Konon,hal ini dilatar belakangi oleh sumpah yang diucapkan oleh Prabu Brawijaya V yang mana isi sumpahnya yaitu jika ada keturunan dari Adipati Cepu atau orang-orang yang berasal dari daerah Cepu yang berani naik ke Gunung Lawu maka akan celaka.Karena sumpah itulah banyak masyarakat dari daerah Cepu yang tidak berani naik ke Gunung Lawu.
Menurut cerita,beliau Prabu Brawijaya V beserta pasukannya mengasingkan diri ke Gunung Lawu karena akibat kejaran dari pasukan yang dipimpin oleh Adipati Cepu.
Etika dalam mendaki gunung
Sebelum melakukan pendakian bawalah perlengkapan yang savety/aman  karena saat berada di alam itu kita tidak mengetahui hal apa saja yang kemungkinan akan terjadi.Alam menjadi sesuatu yang sulit untuk diprediksi keadaannya.
Jangan merusak pipa-pipa paralon air yang ada dijalur pendakian karena paralon itu selain untuk kebutuhan pendaki seperti misalnya untuk isi ulang air.Pipa paralon tersebut juga digunakan untuk kebutuhan warga sekitar disana.
Jangan mencemari sumber mata air yang ada dan gunakan secukupnya saja.
Tetap harus berhati-hati saat musim hujan karena vegetasi tanah di jalur pendakian akan cukup licin.
Jangan merasa panik saat salah jalur tetap tenang dan berusaha untuk mencari jalan keluarnya.Karena jika kondisi pikiran sudah panik maka akan mengaburkan kejernihan hati dan akal untuk menentukan hal apa yang akan dilakukan selanjutnya dan itu tentu akan merugikan diri sendiri nantinya.
Gunung Lawu masih identik sebagai tempat bersejarah dan spiritual maka hendaknya kita harus bisa menjaga sikap dan perkataan selama pendakian.
Jagalah kelestarian dan keindahan alam yang ada di gunung dengan tidak melakukan vandalisme dan membawa lagi turun sampahnya.
Jika kita menyewa jasa porter dalam perjalanan pendakian,maka perlakukanlah beliau dengan cara yang baik.Ajaklah juga beliau untuk  makan,minum dan mengobrol bersama dengan rekan-rekan sependakian kita yang lainnya. Karena hanya tenaga dan usahannya saja yang dapat engkau bayar namun,rasanya tidak bisa engkau bayar.