Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Selamat Terbang Burung Camarku

11 November 2023   13:35 Diperbarui: 11 November 2023   13:36 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apapun yang terjadi aku mendukung perjodohan tersebut. Karena di mataku teman tersebut cukup baik. Walaupun secara ekonomi belum mapan. Apalagi kami juga cukup mengenal keluarganya.

Kakak menikah secara sederhana beberapa bulan kemudian. Aku menyikapinya dengan rasa syukur dan lega. Karena saudara perempuanku akhirnya bisa keluar dari “kepompong” yang selama ini mengurungnya. Terbang guna mengarungi kehidupan baru bersama pasangannya yang dipertemukan Tuhan secara misterius.

Sayang sekali pernikahan tersebut berjalan kurang harmonis. Mungkin karena keduanya belum cukup mengakrabi karakter maupun sifat pasangannya sebelum membina hidup bersama.

Kakak iparku meninggal tahun 2000 dalam usia 43 tahun karena serangan jantung. Saat itu putra sulungnya baru berumur 14 tahun. Sedang adiknya masih 8 tahun.

Semenjak saat itu kakak perempuanku berjuang sendirian guna merintis tokonya yang masih berstatus kontrak sembari membesarkan kedua anaknya.

Kakak adalah wanita paling tangguh yang pernah kukenal selama hidupku. Sedari kecil aku belum pernah melihatnya berurai air mata. Termasuk ketika ayah maupun suaminya meninggal. Sedari kanak-kanak pula ia sangat rajin menabung. Tidak pernah jajan atau membeli pernak-pernik barang yang dinilai tidak penting.

Sangat mandiri. Kelak dalam menghadapi kesulitan hidup ia senantiasa berusaha menyelesaikannya sendiri. Nyaris tidak pernah meminta bantuan keluarga.

Pada masa usianya masih belasan tahun ia sudah memiliki pertimbangan sangat matang dalam mengelola keuangan. Senang menyimpan tabungan dalam bentuk emas curah ( Ciok Kim) bukan berupa perhiasan yang ketika dijual bakal mendapat potongan harga dari toko. Juga dolar USA. Tatkala Indonesia diterjang badai krisis moneter tahun 1998 kakak adalah satu-satunya saudara kami yang paling menikmati dampak positifnya.

Dalam setiap sendi kehidupannya kakakku sangat terobsesi hidup hemat. Suasana rumahnya suram lantaran berusaha mengurangi pemakaian listrik. Semua pekerjaan ia borong tanpa mengandalkan asisten rumahtangga. Membersihkan rumah, mencuci baju, menjaga toko sembari merawat dan membesarkan kedua anaknya. Ia berusaha menanamkan hidup prihatin terhadap mereka.Sepulang sekolah keduanya diwajibkan membantu sang ibu menjaga toko ketimbang pergi bermain sebagaimana layaknya kanak- kanak.

Berkat ketekunannya kakak mampu memiliki sebuah toko cukup luas yang menjual perabot rumahtangga di  Cilongok. Usahanya  berkembang pesat.

Sangat disayangkan semangatnya mengumpulkan uang tidak ia imbangi dengan keseriusannya menjaga kesehatan. Padahal keluarga kami punya warisan yang bersifat  “kutukan” yaitu penyakit Diabetes dan Tekanan Darah tinggi. Untuk generasi kami saya bersama kedua saudara perempuanku sama-sama menderita penyakit Pra Diabetes semenjak awal usia 40 tahun. Sangat beruntung semua saudara lelakiku hingga kini tidak terdeteksi terserang penyakit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun