Mohon tunggu...
Fanni Carmila
Fanni Carmila Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumahtanga. Mantan wartawan. Wiraswasta. Hobi mengarang

Asyik kalau bisa berkomunikasi dengan orang yang punya hobi sama.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Balada Gadis Padang Hijau (2)

20 Desember 2021   02:35 Diperbarui: 20 Desember 2021   05:55 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lengkinganku membahana berbarengan dengan teriakannya yang panjang "Aku tidak mau........!"

Lalu dengan sekujur tubuh lunglai aku menyaksikan kekasihku terjun disertai jeritannya yang kian lama kian sayup " Aku...... ti..........dak...............ma......"

Aku lari memburu ke arah pagar pembatas. Menyaksikan gadis yang kucintai terbang meluncur bagai burung layang-layang mengepakkan sayap  terjun ke bawah, menyisakan bayangan gaun putihnya yang berkibar tertarik daya tarik bumi makin mengecil hingga lenyap dari pandangan.

Teriakannya yang sayup menggema " Aku...... tidak mau......."

Selanjutnya sunyi senyap.

Matahari yang mulai naik ke titik kulminasi menyorotkan sinarnya yang kuat menyapu tebing gunung, menimbulkan kilatan warna keemasan. Namun jauh di bawah sana tidak nampak apa-apa. Dasar jurang tertutup tanaman perdu dan pakis-pakisan. Sesekali kudengar gemericik bunyi tetesan air yang muncul dari balik cadas diselingi lenguhan burung-burung liar pemangsa serangga.

Aku terus berteriak memanggil Kencana. Namun yang kudengar hanyalah gema suaraku sendiri. Makin lama makin parau hingga aku kehabisan suara. Terbelenggu oleh kesunyian berkepanjangan.

                                                                      ***

Hari-hariku bergulir menjadi minggu, bulan hingga tahun. Aku masih terus menjalani kehidupan yang diwarnai kesunyian berkepanjangan. Tak mampu mengolah peristiwa yang menimpaku dengan nalar, seolah segenap kesedihan bisa kulupakan begitu saja. Cukup dijadikan mimpi buruk yang bisa dihapuskan ketika kita terbangun keesokan harinya.

Hidup ternyata tidak sesederhana itu ketika kita jatuh cinta kepada seseorang yang kehadirannya dalam hidup kita cuma sekelebatan. Kencana itu mirip fatamorgana di padang gurun. Bila dipandang dari jauh begitu cantik memabokkan. Namun tatkala kita berusaha mendekati dan meraihnya, ia menghilang begitu saja.

Aku cuma bisa meratapi kepergiannya, dan merangkai kenanganku terhadapnya dalam tulisan panjang yang sedang engkau baca ini. Kenanganku kepadanya adalah kenangan kepada gadis terakhir dalam hidupku (fan.c)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun