Dentang lonceng tua kembali mengusik lelap tidurku. "Oh jam dua malam," batinku. Kembali kupejamkan mata, tapi betapa terkejutnya, ternyata aku tidak sedang tidur sendiri. Samar-samar aku merasakan sesosok tubuh memelukku sangat kuat.
Aku tersentak, antara ketakutan dan kengerian. "Ternyata benar rumah opa menyimpan banyak cerita horor," ucapku dalam hati.
Bulu kudukku berdiri. Tubuhku terasa gemetar dan lemas, namun aku tetap  berusaha melepaskan diri dari dekapan sosok pria itu, tapi aku tak berhasil, ia makin erat memelukku. Semakin aku berusaha melepaskannya, maka semakin kuat ia mendekapku.
Aku berusaha tenang, kuambil nafas panjang. Kupandang wajah pria itu dalam keremangan malam. Sesosok pria kulit putih dengan wajah sangat rupawan. Kerupawanan yang sangat mengagumkan. Tak pernah kujumpai ketampanan sesempurna itu dalam hidupku. Tapi... bukankah pemilik wajah itu adalah pria misterius yang berada di balkon beberapa malam lalu?
Pria itu memaksaku lelap dalam pelukannya. Aku diam tak bergerak di dadanya yang bidang. Aroma tubuhnya harum, sebuah keharuman khas yang sering kujumpai dari buket mawar pink berpita biru yang sering kujumpai di koridor dan juga, balkon depan  pintu kamar tingkat dua.
Aku tak dapat menikmati tidurku lagi. Aku gelisah, jantungku berdegub sangat kencang. Ketakutanku menyeruak saat membayangkan bila tiba- tiba pria itu berubah menjadi vampir menakutkan yang menghisap darahku.
Aku berusaha berteriak, tapi suaraku tercekat di tenggorokan. Tak ada yang dapat kulakukan selain diam pasrah dan berusaha tenang meski tanganku gemetaran. Pria itu mengenggam jemariku dengan kembut. Bunyi nafasnya menandakan bahwa ia telah tertidur lelap. Kembali aku berusaha melepaskan diri, namun tetap gagal. Aku tak berhasil lepas dari pelukannya.
*****
Suara kicau burung mengejutkanku. Rupanya aku tertidur. Tak ada lagi sosok pria yang mendekapku paksa tadi malam. Aku segera melompat dari tempat tidur, bersyukur berhasil lepas dari dekapan yang menakutkanku tadi malam.
Sinar matahari pagi menyeruak masuk dalam kamarku. Kurapikan lingerie kusut masaiku. Memeriksa pintu kamar ke arah bakon. Tak ada randa-tanda kerusakan. "Darimana datangnya pria itu,?"tanyaku dalam hati.
Aku berjalan ke toilet. "Jangan-jangan pria itu sedang bersembunyi di sana?" kembali aku bertanya-tanya. Namun tak ada siapa jua di sana. Langit-langit pun tak menunjukkan tanda-tanda kerusakan.Â