Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pria Misterius Rumah Opa Robert

21 Juli 2024   08:54 Diperbarui: 21 Juli 2024   11:32 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:playground.com

Pembantu ketiga adalah Pak Parmin. Sopir pribadi sigap yang siap mengantarkanku betkeliling ke seluruh pelosok desa.

Keempat, Mak Cepot. Wanita tua bersahaja yang selalu cekatan menjaga kebersihan rumah, termasuk mengganti tirai beserta bunga-bunga di vas tiap ruangan.

Terakhir, Wiranti, anak perempuan Mak Cepot. Usianya sekitar empat puluh tahun, namun masih gadis karena tak ingin menikah dalam hidupnya.  Ia  sangat rajin membantu segala tetek bengek pekerjaan emaknya. Bahkan tak segan-segan membantu Bik Imah menyiapkan makanan di dapur.

Bagiku, mereka pembantu yang sangat menyenangkan lagi santun. Betul-betul gambaran orang desa yang selalu penuh pengabdian.

*****

Setelah kejadian suara yang memanggiku namaku namun tak ada sosoknya tadi malam. Maka pagi itu aku mengumpulkan seluruh pembantu. Mencoba menanyakan adanya tamu kemarin malam. Tapi semua menggelengkan kepala.

Tak ada jawaban berarti yang kudapatkan. Dan aku berusaha memakluminya, sebab rumah opa berlantai tiga serta sangat luas. Wajar bila para pembantu tak mendengar suara itu.

Aku bersiap untuk sarapan pagi. Langkahku ke meja makan melewati koridor panjang, seketika terhenti saat kulihat seikat bunga mawar merah muda berpita biru. Aku memungutnya perlahan. "Hmm.. siapa ceroboh meletakkan bunga di tengah jalan?" batinku dalam hati.

"Mak Cepooot.....!" Teriakku memanggil. Siapa tahu bunga itu terjatuh saat akan disiapkan untuk mengisi vas di ruang tengah.

"Iya noon....." Mak Cepot datang tergopoh-gopoh sambil mengangkat kebayanya yang lusuh.

Kubetikan mawar itu kepadanya. Bukannya berterimakasih, justru Mak Cepot terlihat pucat pasi dan sangat terkejut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun