Memang sangat mudah, namun sebagian pelakunya lupa resiko yang harus dihadapi, mungkin menjadi sasaran pembunuhan oleh pelanggan, atau tertular pemyakit menular seksual, seperti kencing darah, nanah, yang berdampak ke human immunodeficiency virus (HIV), hingga titik nadir, yakni acquired immunodeficiency syndrome (AIDS.)
Sebuah resiko yang tidak main-main, sebab uang gepokan yang dihasilkan tidak dapat menutupi biaya bila telah terkena penyakit pada titik nadir. Sehingga bukan hal mengherankan, saat mereka rupawan, disanjung dan dipuja-puja oleh pelanggannya. Namun ketika telah terpuruk pada titik nadir, mereka tergolek lemah sendiri di ujung kematiannya tanpa seorang pun sudi menemani.
Pengaruh public figure
Semenjak tahun 70-an, bioskop di negara ini mengalami kemunduran, hingga kemudian booming kembali setelah industri film nasional memproduksi film esek-esek, yang mengalami kejayaannya hingga era 80-an. Tapi kemudian kembali redup oleh titik jenuh penonton.
Film-film tanpa sensor, sedikit banyak mempengaruhi perilaku penonton untuk melakukan freeseks, sebab ada contoh instant dari film bersangkutan. Perilaku amoral dipoles sedemikian rupa sehingga terkesan menggairahkan dan menggoda, tanpa penonton tahu efek negaif di belakangnya.
Tak beda jauh dengan kondisi saat ini. Perilaku para public figure yang sedemikian terbuka membuka rahasia kehidupan seksualitasnya. Ataupun sosok mereka saat memerankan adegan tontonan publik, seperti sinema, film layar lebar, dan tayangan streaming lainnya. Sedikit banyak pastilah mempengaruhi perilaku moral penonton, terutama generasi muda yang masih bingung mencari identitas.
Sehingga tidak kaget lagi saat membuka tayangan televisi berlangganan, akan banyak dijumpai judul-judul sinema yang tak jauh dari kegiatan esek-esek, seperti Open BO, dan beragam judul lainnya yang tak jauh dari propaganda freeseks.
Mudahnya memperoleh alat kontrasepsi
Bila dahulu, hanya pasangan suami istri dengan menunjukkan buku nikah, baru dapat  membeli alat kontrasepsi atau memperoleh pelayanan keluarga berencana. Namun perhatikan saat ini, siapa pun dapat memperoleh alat-alat kontrasepsi tersebut dengan bebasnya tanpa harus sudah menikah. Bahkan iklannya sedemikian bebas merajalela di jaringan streaming, mungkin dianggap privat, padahal anak kecil pun dapat leluasa mengaksesnya.
Terkesan di negara ini aman-aman saja, sebab memang tak ada iklan yang seperti itu di televisi-televisi nasional, namun di jaringan streaming, jangan ditanya banyaknya iklan tentang alat kontrasepsi, dan hal ini bukan rahasia lagi.
Pemikiran bisnis memicu sikap sekularisme menyuburkan propaganda freeseks terselubung. Bahkan telah banyak generasi muda menganggap dirinya gaul dan modern bila berhasil meniru dan melakukannya, tanpa mereka sadar, bahwa mereka justru adalah korban.