Penyelesaian permasalahan sudah seharusnya tidak hanya kepada siswa yang pro aktif bercerita namun juga terhadap siswa yang pemalu dan takut menceritakan masalahnya
Terkadang guru tidak menyadari perubahan perilaku pada siswa akibat kesibukannya mengajar. Padahal hal tersebut perlu diketahui sebab sangat vital dalam pembelajaran, karena keadaan emosi dan psikis siswa mempengaruhi kemampuannya dalam mencerna materi pelajaran.
Mungkin para guru sering menemui kejadian-kejadian seperti ini di sekolah. Misalnya Si A yang semula bahagia ceria, bermain tanpa beban bersama teman temannya, tiba-tiba berubah menjadi pemurung. Atau si B yang biasanya selalu berani menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru, tapi secara mendadak hari ini berubah menjadi peragu dan penakut.
Guru cerdik mampu memahami siswa secara psikologis
Perubahan-perubahan seperti di atas kerap tidak disadari guru. Namun memang kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan guru, sebab kesibukan dalam menyiapkan materi pembelajaran, kemudian mengurus segala macam tetek bengek administrasi sekolah tentu sangat menyita waktunya. Belum lagi bila guru telah berkeluarga dan memiliki anak, maka bisa dibayangkan beban di pundak guru ketika harus memikul semuanya.
Tetapi itulah tantangan menjadi guru, di satu sisi kita tak dapat menyalahkan sepenuhnya. Namun disisi lain, kita patut mengangkat topi tinggi-tinggi sebagai tanda simpati kepada para guru yang telah sedemikian cerdik mengelola waktu, mengorbankan "me time" demi perhatian terhadap anak didik.
Itulah kenapa kita tidak bisa menyalahkan guru sepenuhnya, bila terjadi sebuah permasalahan pada siswa, namun di sisi lain kita juga salut terhadap guru yang mampu memahami permasalahan siswanya dari segi psikologis, meskipun guru bagai dicekik oleh gurita waktu.
Faktor penyebab perubahan kondisi psikologis siswa
Guru dituntut jeli dalam mengamati dan menyikapi  keadaan siswa, sehingga mampu memahami bahwa perubahan kondisi siswa bisa dipengaruhi beberapa faktor, antara lain:
Keadaan di rumah
Bukan tanpa alasan bila suasana rumah menjelang siswa berangkat ke sekolah diterpa berbagai permasalahan. Bahkan bisa jadi permasalahan itu telah ada beberapa waktu sebelumnya.
Belitan masalah yang terjadi tentu saja dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan siswa. Misal orangtua yang sakit, di PHK, atau adik yang memerlukan pengobatan namun tidak dapat dipenuhi sehingga sakit parah.
Beban psikis seperti yang disebutkan di atas bukan hal mudah bagi siswa, apalagi di usianya yang masih dini. Ketika terpaksa harus menghadapi, maka dia akan berusaha kuat melawan gejolak perasaannya, Apalagi bila dia tidak memiliki siapa pun untuk mencurahkan himpitan kesedihan yang dia hadapi, sehingga akan terlihat pada perubahan sikapnya sewaktu di sekolah.
Itulah mengapa peranan guru bimbingan konseling (BK) sangat vital dalam menghadapi kondisi para siswa seperti ini. Jadi akan salah kaprah bila guru BK hanya menangani permasalah-permasalahan kenakalan siswa, pelanggaran peraturan dan sejenisnya, sementara siswa yang memendam kesedihan terlupakan.
Akan lebih tepat bila seyogyanya guru BK juga mampu mendalami perasaan siswa, menjadi tempat curhat siswa, sehingga tidak ada permasalahan terpendam dialam lingkungan sekolah. Sebab permasalahan pastinya tidak hanya dihadapi oleh satu kepala, tapi ada puluhan kepala lain yang menyimpan kepahitan hidup dan memerlukan penyelesaian secepatnya.
Penyelesaian permasalahan sudah seharusnya tidak hanya kepada siswa yang pro aktif mendatangi tempat konsultasi, namun juga terhadap siswa yang pemalu dan takut menceritakan masalahnya. Oleh karena itu sudah selayaknyalah guru BK melakukan jemput bola.
Permasalahan di sekolah
Bisa dibayangkan ketika siswa telah menemui permasalahan di rumah, tapi kemudian sesampai di sekolah menemui permasalahan yang lain, yang kian membebani kondisi mental dan psikisnya.
Permasalahan-permasalahan yang biasanya ditemukan di sekolah diantaranya adalah, perundungan, pelecehan, dan beragam hal lain. Bahkan yang mengejutkan terkadang permasalahan bukan hanya berasal dari teman-teman siswa, namun juga warga sekolah yang lain, misal kepala sekolah, karyawan sekolah ataupun guru. Kok bisa?
Guru terkadang tak menyadari telah melakukan perundungan yang bisa menghancurkan mental siswa. Yakni ketika siswa telah dibebani permasalahan di rumah, kemudian akibat kesedihannya dia tidak bisa berkonsentrasi belajar dengan baik di sekolah. Lalu dia curhat ke teman, padahal di saat itu guru sedang menjelaskan materi pelajjaran. Akibatnya guru menjadi marah, mungkin melemparnya dengan penghapus, atau melontarkan kalimat-kalimat yang kian membuat down mental si anak didik.
Pengaruh negatif di masyarakat
Ketika suasana rumah dan sekolah baik-baik saja, Ternyata timbul permasalahan baru yang ada di masyarakat atau dalam lingkup lebih luas. Misalnya siswa yang tinggal di perumahan kumuh dengan tingkat kriminalitas tinggi, teman-teman yang pemabuk dan lingkungan negatif sekitarnya sedikit banyak dapat mempengaruhi.Â
Hal ini dapat terjadi bila kondisi mental siswa rapuh dan kurang percaya diri, sementara keluarga juga tidak mendukungnya. Seperti siswa yang terjebak ikut geng motor, menjarah warung beramai-ramai dengan teman sekampung, atau pun menjadi pengedar sekaligus pemakai narkoba dan obat-obatan terlarang akibat solidaritas terhadap dunianya.Â
Siswa mudah terpengaruh hal-hal negatif karena dia telah merasa biasa dengan kondisi tersebut,. Segala perilaku negatif dan kriminal menjadi makanan sehari-hari, yang tentu saja bukan sesuatu aneh lagi, bahkan telah dianggap sebagai kebiasaan, alas bisa karena biasa.
Cara menyelesaikan permasalahan siswaÂ
Permasalahan-permasalahan pada berbagai lingkungan diatas sering membebani dan menggelayuti hari-hari siswa. Memang sudah sewajarnya bila guru BK mampu menyelesaikan karena memang merupakan bidang keahliannya. Namun di zaman globalisasi seperti sekarang, terkadang tak cukup guru BK saja yang mampu mengatasi segala permasalahan tersebut. Guru-guru bidang studi lain juga dapat berperan membantu meyelesaikan, sehingga siswa memiliki banyak alternatif jawaban dari beragam permasalahan yang menerpa.
Lalu, bagaimana cara menyelesaikan permasalahan siswa bila tersebut terjadi pada saat anda tengah memberikan materi pembelajaran?
Jeda Sejenak
Berikan perhatian berlebih pada siswa bermasalah, tak perlu membuang waktu lama. Tatap matanya dengan lembut, dekati dia, tanyakan permasalahannya, buat janji dengannya untuk membicarakan setelah selesai pelajaran selama beberapa puluh menit sehingga tidak mengganggu jadwal belajar siswa yang lain.
Selesaikan saat itu juga
Jika anda seorang guru jenius yang mampu menyelesaikan permasalahan dalam hitungan menit tanpa membuat kelas menjadi hiruk pikuk, maka anda dapat membahas dan menyelesaikan problem siswa saat itu juga. Tentunya hal ini bisa dilakukan setelah menanyakan empat mata terlebih dahulu dengan siswa yang bermasalah, sebab siapa tahu dia tak mau permasalahannya menjadi konsumsi publik. Bila anda mengmbarnya saat itu juga, bisa dibayangkan betapa dia merasa dipermalukan, maka bebannya bukan berkurang, justru akan bertambah.
Memahami kondisi psikis siswa
Pahami kondisi psikis siswa, jika dia berkepribadian tertutup, maka hindari membahas permasalahannya di depan banyak siswa lain. Namun bila dia berkepribadian terbuka serta telah memberi sinyal pada anda bersedia membuka permasalahannya di kelas, tentu saja anda dapat membahasnya dengan cara mengaitkan secara cerdik pada materi pelajaran.
Dengan cara demikian, maka siswa yang sedang bermasalah tidak akan merasa tersindir ataupun sakit hati karena menjadi bahan diskusi, namun justru dia terhibur dan ceria kembali karena menemukan jawaban permasalahan langsung dari teman-teman sebayanya. Empati dari siswa lain dan ditambah dengan kesimpulan jawaban permasalahan dari anda sebagai guru dalam sosok dewasa yang lebih bijaksana pastilah sangat membantu.
Sadari permasalahan bukan hanya dari satu kepala
Memang tidak mudah menghadapi dan memecahkan permasalahan siswa, apalagi bila di sebuah kelas berisi puluhan siswa, yang tentu saja bisa membawa permasalahan beragam. Namun dari kecermatan dan kepiawaian guru mengatasi permasalahan, maka hal tersebut tidak akan menjadi hal yang sulit lagi.
Dengan kondisi kelas tanpa siswa terbebani masalah, maka pelajaran akan lebih mudah dipahami, dan diwujudkan dalam perilakunya. Apalagi ketika guru mampu mengatasi permasalahan siswa, maka siswa akan makin mempercayai guru, sehingga pembelajaran lebih mudah dilaksanakan.
Kini saatnya menghadapi masalah tanpa masalah. Memberikan materi pembelajaran sekaligus menjadikan permasalahan siswa sebagai bagian dari materi yang diajarkan. Suatu hal yang menyeluruh dan mencakup semuanya. Betapa indah mewujudkan situasi kelas tentram, yang kemudian akan menjadi wujud terbesar sebuah sekolah  tanpa permasalahan.Â
Negara akan damai ketika dunia pendidikan melahirkan generasi-generasi penerus yang cerdas namun tanpa beban kejiwaan. Mari wujudkan generasi itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H