Belitan masalah yang terjadi tentu saja dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan siswa. Misal orangtua yang sakit, di PHK, atau adik yang memerlukan pengobatan namun tidak dapat dipenuhi sehingga sakit parah.
Beban psikis seperti yang disebutkan di atas bukan hal mudah bagi siswa, apalagi di usianya yang masih dini. Ketika terpaksa harus menghadapi, maka dia akan berusaha kuat melawan gejolak perasaannya, Apalagi bila dia tidak memiliki siapa pun untuk mencurahkan himpitan kesedihan yang dia hadapi, sehingga akan terlihat pada perubahan sikapnya sewaktu di sekolah.
Itulah mengapa peranan guru bimbingan konseling (BK) sangat vital dalam menghadapi kondisi para siswa seperti ini. Jadi akan salah kaprah bila guru BK hanya menangani permasalah-permasalahan kenakalan siswa, pelanggaran peraturan dan sejenisnya, sementara siswa yang memendam kesedihan terlupakan.
Akan lebih tepat bila seyogyanya guru BK juga mampu mendalami perasaan siswa, menjadi tempat curhat siswa, sehingga tidak ada permasalahan terpendam dialam lingkungan sekolah. Sebab permasalahan pastinya tidak hanya dihadapi oleh satu kepala, tapi ada puluhan kepala lain yang menyimpan kepahitan hidup dan memerlukan penyelesaian secepatnya.
Penyelesaian permasalahan sudah seharusnya tidak hanya kepada siswa yang pro aktif mendatangi tempat konsultasi, namun juga terhadap siswa yang pemalu dan takut menceritakan masalahnya. Oleh karena itu sudah selayaknyalah guru BK melakukan jemput bola.
Permasalahan di sekolah
Bisa dibayangkan ketika siswa telah menemui permasalahan di rumah, tapi kemudian sesampai di sekolah menemui permasalahan yang lain, yang kian membebani kondisi mental dan psikisnya.
Permasalahan-permasalahan yang biasanya ditemukan di sekolah diantaranya adalah, perundungan, pelecehan, dan beragam hal lain. Bahkan yang mengejutkan terkadang permasalahan bukan hanya berasal dari teman-teman siswa, namun juga warga sekolah yang lain, misal kepala sekolah, karyawan sekolah ataupun guru. Kok bisa?
Guru terkadang tak menyadari telah melakukan perundungan yang bisa menghancurkan mental siswa. Yakni ketika siswa telah dibebani permasalahan di rumah, kemudian akibat kesedihannya dia tidak bisa berkonsentrasi belajar dengan baik di sekolah. Lalu dia curhat ke teman, padahal di saat itu guru sedang menjelaskan materi pelajjaran. Akibatnya guru menjadi marah, mungkin melemparnya dengan penghapus, atau melontarkan kalimat-kalimat yang kian membuat down mental si anak didik.
Pengaruh negatif di masyarakat
Ketika suasana rumah dan sekolah baik-baik saja, Ternyata timbul permasalahan baru yang ada di masyarakat atau dalam lingkup lebih luas. Misalnya siswa yang tinggal di perumahan kumuh dengan tingkat kriminalitas tinggi, teman-teman yang pemabuk dan lingkungan negatif sekitarnya sedikit banyak dapat mempengaruhi.Â