Mohon tunggu...
Rita Mf Jannah
Rita Mf Jannah Mohon Tunggu... Freelancer - Pelaku Pasar Modal, Pengamat Pendidikan, Jurnalis, Blogger, Writer, Owner International Magazine

Menulis sebagai sebuah Kebahagiaan dan Kepuasan, bukan Materi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Ini Dia! Sang Calon Ahli Kebiri Hewan Liar Universitas Brawijaya

3 September 2022   09:28 Diperbarui: 3 September 2022   09:35 689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fernando sang calon ahli kebiri hewan Universitas Brawijaya (pic: istimewa)

Apakah permasalahan hewan liar akan selesai dengan cara membunuhnya? Tidak adakah nurani membisikkan luka lara dan sakitnya meregang nyawa saat dibantai?

Australia adalah contoh negara yang melakukan pembantaian besar-besaran terhadap kucing liar hingga musnah tak tersisa. Selang beberapa tahun kemudian negara tersebut kelabakan dan mati kutu diserang ribuan tikus. Tikus yang merupakan predator musuh kucing populasinya meningkat pesat karena tidak ada pemangsanya. Hal ini jelas menunjukkan pembantaian terhadap kucing tidak menyelesaikan masalah, namun justru mendatangkan masalah baru.

Nasib mengenaskan hewan jalanan

Kisah hewan di jalanan seperti kucing ataupun anjing liar adalah kisah mengenaskan, mereka menahan luka lara hingga tak merasakan lagi penderitaannya. Mereka tidak pernah menunjukkan penderitaannya sebab mereka tahu tak akan ada hasil yang didapatkan, kecuali bagi manusia yang masih memiliki nurani, selebihnya hanya pengusiran, pemukulan, tendangan, ataupun pembantaian. 

Saya pernah memungut seekor kucing liar dengan usia tanggung di dekat tempat sampah, terlihat kelaparan saat mengorek-ngorek makanan basi. Terlihat ekspresi takut dan marah saat tangan saya menyentuhnya. Jelas hal itu harus dilakukannya sebagai pembelaan diri karena terbiasa dengan kerasnya kehidupan jalanan agar tak dimangsa hewan lain.

Setelah sampai di rumah, tak terbayang kebahagiaan dari binar matanya saat melihat tumpukan makanan dan minuman yang tersedia. Bola mata kuyu dan layu saat di jalanan menghilang dalam sekejap berganti binar ceria dan segar.

Hari-hari dilalui dengan makan, makan, dan makan, mungkin karena hal itulah yang diinginkan selama hidup di jalanan, menahan lapar selama sekian waktu. Bisa ditebak setelah dipungut, tubuhnya cepat menggelembung, tak seimbang, lebih besar perutnya daripada bagian tubuh yang lain. 

Setelah tahun demi tahun berjalan, kini bagian bentuk tubuhnya yang lain sesuai dengan komposisinya. Bulunya bersih dan menggemaskan, sebab perutnya sudah kenyang, sehingga ada waktu santai menjilati tubuh atau bahkan dimandikan. Tak mengorek-ngorek sampah lagi, jelas karena telah kenyang.

Wahai manusia, sekarang mengerti kenapa kucing-kucing liar di jalanan terlihat dekil dan mengganggu pemandangan? Ya, karena mereka lapar! 

Seandainya semua manusia mau berbaik hati masing-masing memunguti kucing liar, maka selesai permaalahan kucing liar di jalanan. Tak ada lagi cerita pemilik egois yang membuang kucing sembarangan, tak ada lagi para pemangsa kucing yang menangkapnya, sebab para kucing telah aman di dalam rumah-rumah manusia yang memiliki hati nurani dan rasa belas kasih.

Namun tak setiap manusia memiliki rasa itu, karena tak semua orang menyukai kucing, mungkin takut jatah makannya terganggu dengan memberi makan kucing, atau karena merasa belum hidup berlebih sehingga tidak mampu jika harus memberi makan kucing, bahkan bisa juga karena tidak mau menghadapi permasalahan rumit dengan adanya kucing, seperti terus beranak ataupun kencing sembarangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun