"Kita bisa tanam padi di lahan belakang rumah, Pak," ujar Sisri, mencoba berperan.
Bapak tersenyum puas. "Ide bagus! Tapi kita butuh lebih dari itu. Pala, bagaimana kalau kita bangun irigasi baru?"
Saya menanggapi. "Iya, Pak, bisa saja. Tapi mungkin kita juga harus menggali sumur terlebih dahulu, supaya airnya mencukupi."
Bapak mengangguk. "Betul! Kita butuh sumber daya air yang stabil. Nah, Sisri, kau akan bertanggung jawab untuk mengawasi sumur itu!"
Sisri, meski masih bingung, mengangguk penuh semangat, "Siap, Pak!"
Di saat suasana rapat seakan serius, tiba-tiba bapak berhenti berbicara. Wajahnya berubah pucat, tangan kirinya gemetar. Ia terjatuh dari kursi, tubuhnya kaku, dan wajahnya menegang. Ibu sangat panik dan berteriak , "Pak! Pak! Bangun pak. Tolong!"
***
Untungnya saya segera membawa bapak ke rumah sakit dan masih bisa diselamatkan. Dokter mengatakan bahwa ia terkena serangan stroke ringan, namun masih bisa pulih dengan terapi. Setelah beberapa minggu perawatan, bapak kembali ke rumah, namun kondisinya tak sama lagi. Post power syndrome yang dideritanya semakin parah. Ia terus-menerus marah-marah, memerintah ini-itu, dan selalu merasa masih punya kekuasaan yang besar.
Ironisnya, bagi saya, kondisi ini menjadi berkah terselubung. Saya mendapatkan lebih banyak uang dari ibu dan anak-anak bapak yang meminta saya untuk selalu berada di sisi bapaknya. Mereka tampaknya lebih nyaman membayar saya ketimbang meluangkan waktu untuk merawat ayah mereka sendiri.
Namun, keadaan semakin sulit. Bapak sering mengamuk ketika hal-hal tidak berjalan sesuai keinginannya. Ia berteriak dan marah-marah pada saya seolah-olah saya bawahannya di kantor dulu. Ia memanggil saya ke kamarnya pagi-pagi setelah subuh, meminta laporan tentang proyek pertanian yang sebenarnya tidak ada.
Di ruang kerja bapak, saya datang membawa tumpukan berkas proyek pertanian. Meski sudah pensiun, bapak masih bersikeras menjalankan peran seolah dia masih menjabat sebagai kepala dinas. "Selamat pagi, bapak Ir. Bambang Kusuma, M.P. Ini berkas-berkas proyek pertanian yang bapak minta. Saya sudah rangkum secara singkat, Bapak tinggal memeriksa dan tanda tangan." Ucap saya.
Bapak menjawab dengan tegas. "Pagi, Pala. Baik, bacakan satu per satu. Saya ingin memastikan semuanya sesuai prosedur."