Mohon tunggu...
Jamalludin Rahmat
Jamalludin Rahmat Mohon Tunggu... Penjahit - HA HU HUM

JuNu_Just Nulis_

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sketsa Buku: Ibnu Sina; Sebuah Biografi

17 April 2020   21:59 Diperbarui: 17 April 2020   22:17 1488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Aku paling takut pada sapi, sebab ia punya tanduk, namun tak punya akal_Ibnu Sina_

Tentang Ibnu Sina

Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu 'Ali Husain bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina. Di kenal dengan nama Ibnu Sina sedangkan di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Lahir pada tahun 370 H atau 980 M di Afsyanah, sebuah kota kecil di Uzbekistan saat sekarang.

Ibnu Sina merupakan tokoh Islam yang cemerlang dengan menguasai bidang ilmu filsafat Islam, ilmu kedokteran, ilmu jiwa, ilmu politik, ilmu logika, ilmu tasawuf, ilmu fisika, ilmu seni-sastra. Hidup Ibnu Sina didedikasan untuk membaca, menulis, meneliti dan melakukan uji coba (eksperimen).

Semangat tinggi dalam membaca, menulis dan meneliti sebabkan Ibnu Sina jarang tidur dan jarang makan. Ini berpengaruh kepada kondisi ketahanan tubuh yang semakin menurun sehingga Ibnu Sina terserang penyakit perut (maag kronis). Ibnu Sina wafat di usia 58 tahun pada tahun 428 H/1036 M di Hamadzan, Iran.

Di tentang Ibnu Sina ini akan dilihat kondisi sosio-religio, sosia-intelektual dan sosio-edukasi dari Ibnu Sina. Kondisi sosio-religio yaitu kondisi keagamaan masyarakat yang membentuk pikiran dan sikap seseorang (si tokoh). Kondisi sosio-intelektual merupakan keadaan dimana berkembangnya suasana intelektual masyarakat yang beri pengaruh kepada ke-intelektualan sang tokoh. Kondisi sosio-edukasi berkaitan dengan suasana pendidikan dan keilmuan yang berkembang saat itu sehingga berpengaruh kepada sang tokoh.

Kondisi Sosio-Religio

Ibnu Sina terlahir dalam keluarga penganut Islam Syi'ah Ismailiyah. Sekte dari Islam Syi'ah yang berkeyakinan setelah Imam Shadiq wafat maka keimamahan (pengganti imam) beralih kepada sang putra, Ismail atau kepada cucu yang bernama Muhammad bin Ismail. Walaupun demikian Ibnu Sina bukanlah penganut Syi'ah Ismailiyah.

Agama Islam yang dianut Ibnu Sina berperan penting untuk menjadikannya seseorang yang melakukan sesuatu bukan karena materi sebagai tujuan utama dan ilmu yang dimiliki merupakan pengabdian sang hamba dan mencari jejak Tuhan dimuka bumi. Peristiwa-peristiwa di bawah ini dapat menjadi bukti.

Ketika mengobati orang-orang yang sakit, Ibnu Sina melakukannya semata-mata untuk memenuhi panggilan jiwa kedokteran yang dicintainya dan agama yang dianut. Pun kala menemui kesulitan dalam mengerti suatu ilmu maka Ibnu Sina pergi berwudhu. Kemudian menuju masjid untuk melakukan salat dan berdoa kepada Allah, mohon diberikan penyelesaian.

Ibnu Sina adalah pembaca buku yang rakus, penulis subur dan peneliti yang ulet. Ia mau berlama-lama membaca buku dan menulis di dalam perpustakaan sehingga menguasai hampir sebagian ilmu pengetahuan. Di perpustakaan Istana Samani hampir setahun lamanya Ibnu Sina membaca buku sampai datanglah musibah kebakaran. Intinya, agama Islam yang dianut Ibnu Sina menjadi nilai-nilai atau pedoman jadi pemicu untuk melakukan sesuatu seperti sikap kedokteran yang menolong orang tanpa pamrih, kala menemui kesulitan dalam mengerti suatu ilmu kemudian salat dan rakus membaca, menulis dan meneliti. Bukankah wahyu pertama yang turun dalam al-Qur'an adalah perintah iqra' yang berarti membaca, menelaah dan meneliti.

Kondisi Sosio-Intelektual

Ayah Ibnu Sina berasal dari kota Balkh yang dulunya termasuk Negara Persia (Iran) tapi kini sudah masuk negara Afghanistan. Sedangkan sang ibu bernama Satarah, berasal dari Desa Afsyanah, Afghanistan.

Kota Balkh sebagai tempat ayah Ibnu Sina berasal oleh orang-orang Yunani dikenal sebagai Bakhtra. Kota ini dulunya pernah ditaklukan oleh Iskandar Agung, Raja Makedonia, murid Aristoteles. Masa ini disebut dengan hellenisme, sebuah masa dimana Iskandar Agung dengan para jenderal dan beribu-ribu bala tentara menaklukan daerah-daerah Asia Kecil dan Tengah.

Daerah-daerah yang ditaklukan kemudian diajarkan filsafat (ilmu pengetahuan) Yunani dan berkebudayaan seperti Yunani. Maka di dirikanlah sekolah-sekolah (lebih dikenal dengan nama akademi) yang mana guru, dan materi yang diberikan tentang filsafat Yunani kepada rakyat yang ditaklukan itu. Inilah yang disebut Hellenisme, peng-yunani-an kepada daerah yang ditaklukan supaya berilmu dan berkebudayaan seperti orang-orang Yunani. 

Di kota Balkh ini juga dipelajari filsafat Yunani sehingga kota ini menjadi pusat perdagangan dan metropolitan politik, kota intelektual dan keagamaan, serta pusat kehidupan agama dan para intelektual. Kota Balkh juga pernah jadi pusat peradaban Hellenisme dan oleh orang-orang Islam dalam hal ini semasa Dinasti Samaniah dan Gaznawiah ditaklukan. Agama Zoroaster, Buddhisme, Manu, Kristen-Nestorian, dan yang paling akhir agama Islam yang dianut oleh para penduduk.

Kondisi Sosio-Edukasi

Kota Bukhara tempat hijrah keluarga Ibnu Sina selanjutnya setelah sang ayah di pindahkan ke kota itu. Ayah Ibnu Sina menjadi pegawai tinggi pada masa Dinasti Samaniah (819-1005 M). Kota Bukhara di masa itu merupakan pusat komunikasi antara Timur dan Barat. Orang-orang yang pandai dari Cina juga mengajarkan ilmu di tempat ini. Selain itu, Bukhara menjadi pusat kebangkitan bangsa Turki, dan tempat lahirnya para sastrawan, seniman, filsuf dan cendikiawan.

Beberapa tokoh yang muncul yaitu Abu Syukur seorang pujangga puisi, Abul Muayyad dan Abul Hasan Shahid terkenal sebagai pemuisi. Dan ada juga Bukhari (perawi hadis), Al-Biruni (menguasai ilmu astronomi, matematikawan, fisikawan, ahli geografi, sejarawan, linguistik, etnologis, ahli farmasi, penyair, novelis dan filsuf), Firdausi (seniman) dan banyak yang lainnya.

Dalam kondisi pendidikan masyarakat (sosio-edukasi) yang dipenuhi oleh para ilmuan terkenal inilah Ibnu Sina besar. Dampak dari kondisi pendidikan masyarakat seperti itu menyebabkan Ibnu Sina memiliki kemampuan yang lebih di berbagai bidang keilmuan.

Usia 10 tahun Ibnu Sina telah hafal al-Qur'an 30 juz kemudian usia 17 tahun mampu menguasai ilmu filsafat dan ilmu-ilmu yang berkembang di masa itu. Dengan membaca sendiri buku-buku tentang ilmu kedokteran selama setahun, Ibnu Sina tampil sebagai dokter ternama dengan menyembuhkan penyakit Sultan Bukhara dari Dinasti Samaniah, Nuh bin Mansur ketika tiada seorang dokter pun yang mampu kecuali Ibnu Sina.  

Karya-karya Ibnu Sina

Karya tulis menjadikan ketokohan seseorang dikenal luas. Karena karya tulis yang dihasilkan menjadi abadi dan dibaca dari generasi ke generasi. Karya tulis juga menjadi bukti keaslian pemikiran sang tokoh yang berpangkal dari realitas yang dialami masyarakat kemudian menjadi penyelesai dari realitas tersebut. Ini umpama ujaran pepatah "gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama (karya)."

Ibnu Sina sangat banyak melahirkan karya tulis yang menurut perkiraan berjumlah kurang lebih 276 buah dalam bentuk buku atau risalah, tulisan karya ilmiah, dan prosa. Mampunya Ibnu Sina menghasilkan karya sebanyak itu karena seringnya membaca, menulis dan meneliti serta beragam ilmu yang dikuasai seperti ilmu filsafat Islam, ilmu kedokteran, ilmu psikologi, ilmu tasawuf, ilmu logika, ilmu pengetahuan alam, ilmu matematika dan ilmu pendidikan. Di antara karya tulis (buku) Ibnu Sina yang terkenal yaitu;

Risalah Al-Qanun fi At-Thib (Undang-Undang Ilmu Kedokteran)

Buku ini mengkaji ulang ilmu kedokteran dari sumber Islam maupun sumber kuno seperti dari India, Cina, Mesir dan Yunani. Bukan hanya pengetahuan tentang ilmu kedokteran yang ada digabungkan oleh Ibnu Sina tapi juga membuat karya sendiri yang asli meliputi pengobatan umum, obat-obatan, penyakit-penyakit mulai dari kepala hingga kaki, khusunya ilmu tentang penyakit (patologi) dan ilmu tentang penyedian obat-obatan (farmakopeia).

Buku ini menjadi pedoman dunia kedokteran sampai abad ke-18. Buku ini secara terperinci membuat pembagian jenis penyakit, penyebabnya, gejala, tanda-tanda dan cara menangani.

Risalah Al-Qanun fi At-Thibb terdiri dari lima buku. Buku pertama berisikan kajian tentang pedoman bagi kedokteran umum. Buku kedua membahas material medica (efek terapi yang terjadi pada tubuh dari setiap zat yang dipakai untuk peneymbuhan). Buku ketiga menelaah penyakit yang menggerogoti tubuh tertentu saja. Buku keempat mengkaji penykit yang tidak khusus menimpa tubuh dan secara khusus membahas trauma diantaranya patah tulang. Dan Buku kelima menjelaskan formula obat-obatan dan bagaimana meracik obat-obatan itu.

Kitab As-Syifa

Kata As-syifa' terambil dari bahasa Arab yang berarti obat. Buku ini terdiri dari 10 jilid yang berfokus kepada filsafat. Jilid pertama berfokus pada kajian metafisika, etika dan politik. Jilid kedua dan ketiga membahas matematika, musik dan astronomi. Jilid keempat, kelima dan keenam membahas fisika dan psikologi. Jilid ketujuh, kedelapan, kesembilan dan kesepuluh membahas logika atau mantik.

Kitab An-Najar

Buku An-Najar adalah kitab yang memuat ringkasan dari buku As-Syifa. Buku An-Najar ditulis oleh Ibnu Sina untuk ditujukan kepada para pelajar yang ingin mempelajari dasar-dasar ilmu hikmah (filsafat). Di lain sisi buku ini mengungkap dengan lengkap pemikiran Ibnu Sina tentang ilmu jiwa. Di buku ini tentang logika, fisika dan metafisika ditulis sendiri oleh Ibnu Sina. Sedangkan tentang matematika ditulis oleh Al-Juzjani. Jadi buku An-Najat ini terdiri dari empat bagian.

Buku Roman Fiksi: Buku cerita seekor burung (Kitab Risalah At-Thair), Buku cerita Hayy bin Yaqzan (Kitab Risalah Hayy bin Yaqzan), Cerita Raja Salman dan Absal (Kitab Qishatu Salman wa Absal). 

Roman yaitu karangan prosa (karangan bebas tidak terikat oleh kaidah seperti puisi) yang melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing. Di tiga buku roman fiksi itu, Ibnu Sina memposisikan diri sebagai sufi, psikolog dan pendidik.

Di buku Risalah At-Thair ini Ibnu Sina menceritakan tentang jiwa manusia bagai burung yang ditangkap oleh pemburu. Kemudian si pemburu memasukkan burung itu ke dalam sangkar. Lama terkurung di dalam sangkar sebabkan si burung lupa pada kesadaran asal mulanya.

Kala beberapa teman si burung itu bertandang barulah muncul kembali kesadaran itu dan meminta teman-temannya untuk melepaskannya dari dalam sangkar. Teman-temannya memberitahukan bahwa sangatlah sulit untuk melepaskan diri dari sangkar jika tiada memiliki niat dan tekad yang sangat kuat. Pun banyak cobaan dan ujian dialami kala melepaskan diri.

Kitab Hayy bin Yaqzan

 Buku ini berkisah tentang Ibnu Sina bersama teman-temannya melakukan perjalanan jauh ke sebuah kota. Di perjalanan mereka bertemu dengan Hayy bin Yaqzan kemudian meminta Hayy untuk menemani mereka melakukan perjalanan jauh itu. Hayy bin Yaqzan berujar "Selama Anda tidak mampu meninggalkan teman-teman Anda maka akan mustahil melakukan perjalanan jauh ini."

Oleh Ibnu Sina tokoh Hayy bin Yaqzan adalah pengembara tua yang kuat dan gagah. Hayy bin Yaqzan perwujudan dari seseorang yang berjiwa rasional. Sedangkan teman-temannya sebagai gambaran panca indera.

 Kitab Qishatu Salman wa Absal bercerita tentang Absal -- adik dari Salman -- yang mau maju ke medan pertempuran untuk melawan hasrat jahat yang disebabkan oleh istri kakaknya itu. Kemudian Absal mengumpulkan pasukan tempur namun sayangnya Absal kehilangan pasukan karena tipu daya istri Salman.

 Karena kalah, Absal pun melarikan diri ke dalam hutan dengan ditolong seekor hewan rusa. Di hutan inilah Absal memulihkan diri. Setelah sembuh, Absal kembali menantang istri Salman  untuk berperang. Namun istri Salman yang mengetahui rencana Absal kemudian meracuni Absal dan berhasil. Absal mati dan hancur.

 Kematian sang adik ini diketahui oleh Salman -- kakak Absal -- sehingga hatinya teramat sedih. Bertapa jadi pelipur duka itu. Di dalam pertapaannya, Salman di datangi seseorang yang mengatakan bahwa istri Salman lah yang telah membunuh Absal. Mengetahui berita itu lalu Salman membunuh sang istri dan gerombolannya. Ibnu Sina memposisikan Salman sebagai ruh rasional dan Absal nalar teoritis. Sedangkan sang istri sebagai bentuk jasad, bentuk keduniawian dan pemuja nafsu.     

Penutup

Itulah satu tokoh Islam yang cemerlang yang hampir memiliki sebagian ilmu pengetahuan diantara sekian banyak tokoh yang ada di abad 7 sampai 12 Masehi. Abad ini dikenal dengan masa kebangkitan Islam dalam ilmu pengetahuan tapi sengsara dalam politik.  

Jamal Rahmat

Curup

17.04.2020

 

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun