Mohon tunggu...
fajarramadhan
fajarramadhan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Videographer

Saya adalah seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilkada Bekasi 2024: Ketika New Media Menjadi Arena Utama Kampanye Politik

16 Januari 2025   16:54 Diperbarui: 16 Januari 2025   16:54 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kemajuan teknologi digital memungkinkan para calon walikota untuk menjangkau audiens yang lebih luas secara efisien melalui media sosial. Dalam konteks Pilkada Kota Bekasi 2024, platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memfasilitasi penyampaian pesan kampanye tanpa hambatan geografis. Dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan media konvensional seperti televisi atau cetak, media sosial memberikan ruang bagi para calon untuk menyesuaikan konten sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Fitur-fitur seperti iklan berbayar, algoritma pencocokan audiens, dan hashtag kampanye memungkinkan penyebaran pesan yang lebih spesifik dan terukur (Kaplan & Haenlein, 2010).

Selain itu, fleksibilitas media sosial memungkinkan kampanye berlangsung secara real-time. Para calon dapat merespons isu-isu terkini dengan cepat, membangun narasi yang relevan, dan menunjukkan komitmen mereka terhadap isu yang dihadapi masyarakat. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi komunikasi, tetapi juga menciptakan kesan kepedulian terhadap aspirasi masyarakat, yang penting untuk menarik perhatian pemilih undecided. Dengan memanfaatkan media sosial secara optimal, para calon dapat memaksimalkan dampak kampanye mereka dengan anggaran yang relatif terjangkau.

6. Peran Teknologi dalam Personalisasi Pesan Kampanye

Personalisasi adalah salah satu kekuatan utama teknologi digital dalam kampanye politik. Dengan memanfaatkan analisis big data, calon walikota dapat memahami preferensi, minat, dan kebiasaan audiens mereka. Data ini memungkinkan penyampaian pesan yang lebih relevan kepada kelompok tertentu, misalnya generasi muda yang lebih peduli terhadap isu lingkungan atau kelas pekerja yang memprioritaskan stabilitas ekonomi. Algoritma media sosial mendukung pendekatan ini dengan menyaring konten yang paling relevan untuk pengguna tertentu, sehingga pesan kampanye lebih efektif (Bennett & Segerberg, 2012).

Namun, pendekatan ini menimbulkan tantangan etis terkait penggunaan data pribadi. Beberapa platform menggunakan data tanpa izin eksplisit dari pengguna, yang dapat menciptakan kesan manipulasi dan merusak kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi tim kampanye untuk memastikan bahwa personalisasi dilakukan secara transparan, mematuhi peraturan privasi, dan tetap menghormati hak pengguna. Transparansi dalam hal ini tidak hanya memperkuat citra politik calon tetapi juga menjaga integritas kampanye mereka.

7. Polarisasi dan Fragmentasi Sosial dalam Media Digital

Media sosial, meskipun memiliki potensi besar untuk menyatukan berbagai kelompok masyarakat, juga dapat memperburuk polarisasi sosial. Algoritma yang dirancang untuk mempertahankan keterlibatan pengguna sering kali mendorong konten yang memicu emosi, seperti debat politik yang panas atau isu kontroversial. Dalam konteks Pilkada Kota Bekasi, polarisasi ini dapat membentuk kelompok-kelompok yang saling bertentangan berdasarkan preferensi politik, agama, atau latar belakang sosial ekonomi. Hal ini dapat menghambat komunikasi lintas kelompok dan meningkatkan risiko konflik sosial (Allcott & Gentzkow, 2017).

Fragmentasi ini memaksa para calon untuk lebih berhati-hati dalam menyusun pesan kampanye mereka. Pesan harus inklusif, menyentuh isu-isu yang relevan dengan berbagai kelompok, tanpa memicu sentimen negatif. Strategi seperti kampanye yang mempromosikan persatuan dan dialog antar-komunitas dapat menjadi solusi untuk mengurangi dampak polarisasi. Pendekatan ini tidak hanya membantu menjaga stabilitas sosial tetapi juga memperkuat citra para calon sebagai pemimpin yang bijaksana.

8. Keberlanjutan Interaksi Politik di Era Digital

Keunggulan media sosial tidak hanya terbatas pada masa kampanye tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk memperkuat hubungan dengan masyarakat setelah pemilihan. Interaksi yang berkelanjutan melalui platform digital dapat membantu para calon terpilih untuk mempertahankan hubungan dengan pemilih mereka, misalnya dengan memberikan laporan perkembangan kerja atau membuka forum diskusi. Langkah ini menciptakan transparansi dan meningkatkan akuntabilitas para pemimpin di mata masyarakat (Loader et al., 2014).

Selain itu, keberlanjutan interaksi digital juga menjadi alat penting untuk membangun citra kepemimpinan yang modern dan responsif. Pemimpin yang secara aktif berkomunikasi melalui media sosial menunjukkan komitmen mereka untuk tetap terhubung dengan masyarakat. Dalam jangka panjang, ini dapat meningkatkan tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap kinerja pemimpin, yang merupakan aspek penting dalam membangun stabilitas politik lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun