“Barna! Keluar, mana hutang lo? Lekas bayar!” Teriak Imron, kali ini sambil mengacungkan golok.
Barna pun keluar dan langsung menyodorkan secarik kertas yang sudah tertulis rapi dan bermaterai kepada Imron.
“Bang Imron tolong tanda tangani surat perjanjian ini,” ucap Barna memaksa kepercayaan dirinya.
“Perjanjian apa lagi. Jangan banyak betingkah,” ujar Imron dengan raut muka bringas bak badak ngamuk.
“Aku bayar semua sisa hutang ke abang tapi tanpa bunga. Terus, Abang tanda tangani surat pelunasan hutang dan pernjanjian, Sekarang!” Ancam Barna memberanikan diri.
“Abang ingat waktu abang berusaha menjambret penumpangku didepan mini market ?” Sambung Barna tanpa memberikan kesempatan Imron bicara.
“Terus Abang kabur kabur kan?”
“Aku sudah merekam semua peristiwa itu, termasuk wajah dan nomor polisi motor Abang,” ucap Barna kini lebih percaya diri.
“Penumpang aku yang abang jambret bulan lalu. Sekarang lagi di rumahnya siap nyebarin video peristiwa penjambretan Abang ke sosmed. Kalau video itu sampai tersebar, Abang siap-siap aja berurusan sama polisi,” tambah Barna mengancam.
“Kalau abang membunuh aku sekarang. Lihat tu, banyak tetangga sedang menyaksikan kita.”
“Biar badan Abang segede badak, aku enggak takut! Hidup abang bisa lebih melarat dari aku setelah menikmati 20 tahun di penjara!” Bentak Imron yang berbadan kecil ganti mengitimidasi rentenir pasar itu.