PEMBANGUNAN MASYARAKAT SEBAGAI PROSES PEMANFAATAN SUMBERDAYA
Pembangunan adalah proses perubahan yang menuju keadaan yang lebih baik. Kondisi itu sering juga disebut dengan peningkatan taraf hidup masyarakat atau kesejahteraan. Walaupun pertumbuhan ekonomi telah meningkat, pembangunan belum dapat disebut sukses apabila pertumbuhan tersebut tidak dapat terdistribusikan secara merata kepada berbagai lapisan masyarakat.
Oleh karena itu, kemudian ada konsep garis kemiskinan sebagai batas untuk membagi kelompok masyarakat. Untuk tujuan ini, standar pendapatan minimal yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti makanan, pakaian dan perumahan adalah patokan yang digunakan (Hardiman, 1982:33). Beberapa indikator sekunder yang berhubungan dengan kemiskinan adalah standar kesehatan, tingkat pendidikan, kondisi perumahan, dan faktor nutrisi.
Abraham Maslow misalnya, membagi kebutuhan manusia menjadi lima: (1) fisik, (2) rasa aman, (3) dicintai dan disayangi, (4) penghargaan, dan (5) mencapai potensi. Dengan demikian, kesejahteraan diartikan sebagai keadaan di mana kebutuhan bukan hanya fisik, tetapi juga mental dan sosial, terpenuhi (Suparlan, 1983:58). Salah satu aspek dari pembangunan masyarakat adalah mengoptimalkan tanggapan masyarakat terhadap sumber daya yang tersedia untuk memaksimalkan manfaatnya dalam kehidupan.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN
Kemampuan identifikasi kebutuhan masyarakat juga diperlukan oleh pihak eksternal agar berbagai program yang di perkenalkan kepada masyarakat lebih sesuai dengan permasalahan dan kebutuhan nyata masyarakat, kebutuhan masyarakat dapat dibedakan menjadi kebutuhan primer, sekunder, tersier dan seterusnya.
Gilbert dan Specht (1977. 290) yang membedakan kebutuhan menjadi beberapa jenis yaitu kebutuhan yang dinyatakan (expressed need), kebutuhan yang di- rasakan (felt need), kebutuhan normatif (normative need) dan kebutuhan komparatif (comatice need)
Untuk meningkatkan kapasitas mengidentifikasikan kebutuhan, baik oleh masyarakat maupun petugas profesional di bidang pembangunan masyarakat, diperlukan teknik needs assessment yang didasarkan pada identifikasi masalah yang ada di masyarakat tersebut.
SUMBER DAYA DALAM PEMBANGUNAN MASYARAKAT
Sumber daya alam ( natural Resources)
Aset alam yang dapat dimanfaatkan dalam pembangunan masyarakat adalah sumber alam dalam arti luas, termasuk makhluk hidup (tanaman, hewan) dan bukan makhluk hidup (sumber daya tambang, mineral, dan seterusnya). Tidak semua sumber daya alam dapat diperbarui, sehingga dikenal pula klasifikasi sumber alam yang dapat diperbarui (renewable Resources) dan sumber alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable Resources).
Sumber daya manusia (human Resources)
Sumber daya manusia berkontribusi penting dalam pembangunan masyarakat, yang relevan dengan salah satu prinsip dasar pembangunan itu sendiri. Dalam pendekatan pembangunan masyarakat, perubahan harus didukung oleh kemampuan. Informasi mengenai kuantitas sumber daya manusia juga penting untuk diketahui, karena jumlah yang besar menawarkan potensi besar pula. Oleh karena itu, jumlah sumber daya manusia harus tetap diusahakan agar menjadi modal dasar (assets) untuk pengembangan pembangunan, bukan menjadi liabilitas nasional
Sumber daya sosial
Nilai-nilai dan norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara anggota suatu kelompok masyarakat disebut sebagai 'modal sosial', yang secara sederhana dapat didefinisikan sebagai kerja sama yang terjalin antara mereka (Fukuyama, 2002a: 22) Dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah dasar untuk munculnya modal sosial. Berkurangnya jarak antar individu dapat membuka jaringan sosial yang lebih luas, yang memungkinkan perluasan kepercayaan dan hubungan timbal balik. Dengan memandang jaringan sebagai modal sosial, bukan hanya sebagai struktur organisasi formal, ini dapat mengantarkan kita pada konsep yang lebih mendalam. Dengan sumber daya alam, sumber daya manusia, dan modal finansial yang sama, mengapa satu masyarakat memiliki kondisi yang lebih baik daripada yang lain.
PEMANFAATAN SUMBER DAYA
Dari potensi menjadi aktual
Untuk mengubah potensi sumber daya pembangunan menjadi aktual, minimal memerlukan dua hal. Yang pertama adalah kemampuan mengidentifikasi sumber daya di sekitarnya yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup, dan yang kedua adalah sikap dan tanggapan masyarakat terhadap sumber daya yang tersedia. Pengetahuan dan motivasi diperlukan untuk mendorong masyarakat memanfaatkan sumber daya yang ada.
pemanfaatan sumber daya alam
Penggunaan sumber daya alam secara efektif dan berkelanjutan merupakan sebuah usaha untuk memaksimalkan keuntungan bagi manusia. Hal ini meliputi berbagai hal, seperti penambangan bahan bakar fosil, pemanfaatan energi terbarukan, dan perlindungan terhadap berbagai ekosistem. Pemanfaatan sumber daya alam yang tepat dapat membantu meningkatkan kesejahteraan manusia dan memastikan stabilitas lingkungan. Dengan demikian, manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan sumber daya alam dapat menjadi sebuah langkah menuju pembangunan yang berkelanjutan.
Pemanfaatan sumber daya manusia
pemanfaatan sumber daya manusia membutuhkan adanya peluang dan kesempatan untuk berusaha dan beraktivitas guna mengaktualisasikan potensinya. Betapa pun tingginya kualitas yang dimiliki tanpa teraktualisasi dalam berbagai bentuk usaha dan aktivitas maka akan tetap tinggal sebagai potensi yang tidak atau belum berpengaruh bagi pemenuhan kebutuhan dan peningkatan taraf hidup. Oleh sebab itu, proses pembangunan masyarakat harus mampu untuk membuka lebih banyak peluang dan kesempatan guna berusaha dan beraktivitas.
Pemanfaatan sumber daya sosial
Untuk memanfaatkan sumber daya sosial budaya yang tersedia secara optimal, penting untuk mengidentifikasi dan memilih unsur yang potensial. Tentu saja, penggunaannya harus disesuaikan dengan struktur fungsi dari proses pembangunan. Dengan demikian, sering kali diperlukan untuk menyesuaikan dan mengubah fungsi sesuai dengan kebutuhan pembangunan, dengan menyesuaikan diri dan mengubah bentuk sesuai dengan perkembangan masyarakat, seperti yang dikritik oleh Sartono Kartodirdjo (1987: 136).
Walaupun masyarakat kompleks, dengan adanya modal sosial, berbagai perbedaan masih dapat dianggap sebagai suatu kepentingan bersama yang dapat dirasakan dan dibangun dalam kehidupan masyarakat. Ini akan mencetuskan tindakan kolaboratif baik untuk permasalahan yang berdampak langsung terhadap peningkatan kesejahteraan, maupun usaha bersama untuk membangun infrastruktur dan fasilitas umum.
PENDEKATAN DALAM PEMANAFAATAN SUMBER DAYA
Peranan masyarakat
Dalam upaya peningkatan masyarakat yang melibatkan perubahan dan pembaruan, ada dua pihak yang terlibat. Yang pertama adalah pihak di luar masyarakat yang bertugas memberikan dorongan untuk pembaruan. Ini meliputi pemerintah dan berbagai lembaga yang dimiliki pemerintah melalui program-program pembangunan. Yang kedua adalah masyarakat sendiri, karena pentingnya peran, inisiatif, kreativitas, dan partisipasi dari masyarakat itu sendiri dalam pembangunan masyarakat.
Manusia bukan saja potensial sebagai pembangunan, tetapi juga sebagai aktor; dengan demikian, mereka dapat merespons potensi yang diberikan alam. Kualitas sumber daya manusia akan memengaruhi kemampuan meresponsnya. Kemampuan tersebut tidak hanya berfokus pada penggunaan yang lebih optimal dari sumber daya alam, tetapi juga pada kemampuan untuk memelihara. Cara manusia menggunakan sumber daya alam tidak bisa dilihat sebagai perilaku individu, tetapi sebagai suatu proses sosial.
Pendekatan yang berorientasi produksi
Secara umum, pendekatan ini dianggap sebagai pendekatan yang berdasarkan pada paradigma pertumbuhan ekonomi. Pola pikir yang digunakan adalah bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menyebabkan perkembangan aspek-aspek lain dalam kehidupan masyarakat, termasuk kesejahteraan sosial. Sementara itu, pengalaman historis di negara-negara barat menunjukkan bahwa pendekatan ini telah mengakselerasi industrialisasi, memicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan, serta mengubah ekonomi dari subsisten menjadi ekonomi pasar.
Masalah kelestarian lingkungan dan sumber daya alam merupakan kelemahan dari pendekatan ini karena lingkungan memiliki kapasitas tertentu untuk mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya. Meskipun motivasi untuk meningkatkan produksi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan didukung teknologi dan modal finansial yang cukup, kita tetap harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan.
Pendekatan yang berorientasi komunitas
Pendekatan yang bertujuan untuk menyesuaikan sistem produksi dengan kebutuhan masyarakat dan komunitas memiliki beberapa karakteristik, seperti: (1) logika yang menonjol adalah logika keseimbangan lingkungan manusia (2) sumber daya utama adalah sumber daya informasi dan inovasi kreatif yang tak terbatas (3) tujuan utama adalah perkembangan manusia yang dirumuskan dalam rangka mencapai potensi manusia (Korten, 1984:8).
Perencanaan pembangunan tidak didasarkan pada pemusatan, melainkan memperhatikan perbedaan dan variasi yang ada di setiap komunitas. Dengan demikian, Korten (19872) tidak terkejut. Sebagai gantinya, kegiatan pembangunan direncanakan berdasarkan inisiatif dan partisipasi masyarakat, yang berorientasi pada kebutuhan
PEMBANGUNAN MASYARAKAT SEBAGAI PROSES PENGEMBANGAN KAPASITAS
Pentingnya pengembangan kapasitas
Peningkatan potensi manusia bisa berbentuk penambahan wawasan dan tingkat keterampilan, kemampuan untuk menyikapi perubahan lingkungan, kemampuan teknis, akses informasi, dan peningkatan proses pengambilan keputusan. Sebagai strategi yang terstruktur, tujuannya adalah memberikan insentif dan dukungan untuk menggerakkan dan meningkatkan kapasitas masyarakat.
Walaupun bantuan eksternal ikut andil, yang utama adalah mengembangkan kemampuan internal masyarakat agar bisa berkembang secara berkelanjutan. Apabila ada induksi energi eksternal dalam perubahan yang direncanakan, tujuannya hannyalah untuk menggairahkan kapasitas internal. Energi eksternal yang ditambahkan perlu dijaga agar tidak menimbulkan ketergantungan.
Dengan konteks pembangunan masyarakat sebagai suatu fenomena dan realitas sosial, ada berbagai perspektif yang dikenal. Saat ini, salah satu perspektif yang menjadi pusat perhatian adalah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengelola proses pembangunannya sendiri. Kewenangan tersebut meliputi proses-proses seperti identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Dari sudut pandang pengembangan kapasitas masyarakat, hal ini dapat disebut sebagai sebuah peluang besar serta tantangan.
Wrihatnolo dan Dwidjo- wijoto (2007: 3) menggambarkan tiga tahapan penting yang harus diikuti yaitu menyadari, meningkatkan kapasitas dan memberi wewenang. Masyarakat harus memahami pentingnya membangun oleh tanggung jawab mereka sendiri. Untuk memungkinkan masyarakat mengelola pembangunan mereka sendiri, mereka membutuhkan kapasitas, dan agar kapasitas tersebut dapat diimplementasikan, mereka membutuhkan wewenang.
Melalui proses belajar
Proses berlangsung secara terus-menerus telah menghasilkan peningkatan kapasitas masyarakat, yang berupa proses belajar sosial untuk pembangunan. Ini dapat diaplikasikan sebagai sebuah eksperimen berbentuk trial and error. Masyarakat menggunakan dinamika kehidupan sehari-hari untuk bekerja bersama menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan.
Maka, dalam proses pembangunan masyarakat, ada dua komponen yang saling terkait; aplikasi tindakan bersama sambil belajar untuk mendapatkan pola dan cara yang terbaik atau kerja sambil belajar. Masyarakat menemukan cara yang lebih baik untuk memenuhi aspirasi mereka, serta mengembangkan mekanisme organisasi untuk mengekspresikan pengetahuan guna mencapai tujuan sosial ekonomi.
Pengalaman yang diperoleh dari kontak dan proses belajar yang lama dan berkelanjutan mencakup tiga tingkat. Tingkat fisik meliputi kendali atas proses material, tingkat sosial meliputi peningkatan kapasitas interaksi yang lebih efektif antara warga masyarakat, dan tingkat mental yang didukung oleh pengetahuan yang telah diuji dan lebih cocok dengan kondisi setempat.
Berdasarkan pandangan evolusi, proses pembelajaran yang merangkumi organisasi, institusi, dan aspek intelektual mengambil tempat dalam proses evolusi. Perubahan dalam kehidupan masyarakat dicirikan sebagai pertukaran bertahap daripada sumber daya material ke sumber daya teknologi dan maklumat.
Ada banyak warga masyarakat yang tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat secara sosial ataupun untuk memanfaatkan peluang dan layanan yang tersedia untuk memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Ini biasa disebut sebagai eksklusif sosial, yang mencerminkan ketidakmampuan suatu masyarakat untuk memberikan kesempatan kepada semua warga masyarakat dan kelompok untuk memenuhi berbagai harapan dan kebutuhan mereka.
Jika masyarakat menyadari bahwa ini adalah bagian dari proses belajar bersama, maka melalui proses belajar mereka akan mencoba membangun tindakan bersama untuk mencapai perubahan.
Energi sosial sebagai pendorong
Energi sosial dapat diartikan sebagai kekuatan yang ada di masyarakat yang dapat menggerakkan tindakan mereka sendiri untuk meningkatkan kondisi hidup atau melindungi diri dari berbagai ancaman dan tantangan. Awalnya, gagasan konstruktif berasal dari kegiatan masyarakat, yang menuntun menuju kondisi hidup yang lebih baik. Secara konseptual, Uphoff (dalam Sajogyo, 1994:154) menjelaskan energi sosial dalam tiga konsep yang saling terkait, yaitu gagasan (idens), idaman (ideal) dan persaudaraan (persahabatan)
Pengembangan masyarakat berlangsung ketika surplus energi sosial mengalir di luar tingkat yang sekarang ada. Jika komposisi energi sosial tetap, perubahan terjadi dengan kecepatan konstan. Oleh karena itu, untuk memastikan peningkatan kapasitas masyarakat berjalan bersamaan dengan pengembangan masyarakat, diperlukan peningkatan energi sosial. Agar proses perubahan berorientasi ke depan terus berlangsung, diperlukan jumlah energi sosial yang lebih dari sebelumnya.
Perubahan yang berlangsung terus-menerus, bahkan dengan kecepatan yang semakin meningkat, dapat meningkatkan kapasitas masyarakat untuk mengelola perubahan jika jaringan sosial yang berhasil dibangun semakin luas. Tingkat suatu organisasi ditentukan oleh peningkatan manfaat sumber daya, peluang, dan kemampuan untuk mencapai perubahan dengan cepat.
Manusia secara kasar diciptakan sebagai setara. Namun dalam kehidupan sosial, adanya perbedaan dalam lapisan sosial berhierarki disebut sebagai stratifikasi sosial. Hal ini disebabkan oleh adanya nilai atau value di masyarakat, yang dianggap berharga, baik atau benar menurut pandangan masyarakat itu.
Peraturan dalam masyarakat lalu menjadi acuan dan orientasi dalam hubungan sosial, termasuk dalam menempatkan seseorang pada lapisan tertentu dalam stratifikasi sosialnya. Jika menurut standar masyarakatnya, kekuasaan dianggap sebagai sesuatu yang penting dalam kehidupan sosial, maka tempat orang dalam hierarki sosialnya akan ditentukan berdasarkan kepemilikan kekuasaan.
Kemajuan dalam kehidupan sosial harus dicetuskan oleh pionir yang menyadari peluang dan mengambil tindakan untuk meresponsnya. Proses perubahan yang lebih luas dalam bentuk pembangunan masyarakat dapat dicapai jika tindakan pionir di replikasi oleh orang lain dan terjadi efek multiplier yang didukung oleh masyarakat. Ide-ide dan tindakan pionir kemudian dapat menyebabkan tindakan bersama yang melibatkan sebagian besar masyarakat. Ini dapat terjadi melalui mekanisme imitasi sosial dimana masyarakat luas mencoba menirukan apa yang telah dilakukan oleh pionir. Juga dapat terjadi melalui proses identifikasi sosial.
Perkembangan yang terus berlanjut dimungkinkan karena asumsi bahwa potensi manusia tak terbatas dan selalu dapat ditingkatkan mengikuti dinamika dan proses perubahan. Konsekuensinya, energi sosial yang dibuat oleh manusia juga dapat berkembang dan membuat perubahan berjalan, bahkan dengan laju yang cepat. Dengan ini, pembangunan masyarakat juga merupakan proses perubahan menuju kondisi yang diharapkan.
Aktualisasi kapasitas melalui partisipan
Kapasitas pengelolaan pembangunan memungkinkan masyarakat untuk memiliki kontrol atas masa depannya, termasuk kontrol terhadap negara, program pembangunan, dan pelayanan sosial. Kekuatan ini juga berarti masyarakat memiliki posisi tawar yang lebih baik untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai warga negara dan warga masyarakat.
Partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan masyarakat, sejak identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan tindakan bersama, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil merupakan bukti peningkatan kapasitas. Melalui partisipasi dalam berbagai bentuk tindakan bersama ini, masyarakat memiliki kemampuan untuk mengelola proses pembangunan secara mandiri.
Kapasitas masyarakat untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan pembangunan masyarakat, mulai dari identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan tindakan bersama, pelaksanaan, evaluasi, hingga menikmati hasilnya, mencerminkan kemampuan rakyat untuk mengelola pembangunan dengan mandiri.
Pembangunan masyarakat adalah suatu proses berkelanjutan yang mengikat satu perubahan dengan yang lainnya, tanpa berakhir. Dengan demikian, tiap aksi perubahan yang diambil tidak dapat dilepaskan dari tindakan di masa lalu dan masa depan. Untuk kata-kata pendek, pembangunan adalah suatu orientasi yang tak berujung (Tjokromidjojo, 1980: 1).
Pembangunan yang dipusatkan pada aspek ekonomi menyebabkan efisiensi, sehingga alternatif sentralistis dan top down dipilih untuk pelaksanaannya.
Strategi pembangunan yang diusulkan di masa lampau telah memberikan peran penting bagi aspek partisipasi. Owens dan Shaw (1977:xvii) contohnya, telah mengemukakan suatu strategi baru di era 1970-an, dimana partisipasi seluruh rakyat menjadi cara dan tujuan dari pembangunan itu sendiri.
Untuk mengerti sejauh mana masyarakat berkontribusi, kita tidak hanya harus melihat tindakan fisiknya, tetapi juga harus memahami motivasi, latar belakang, dan proses di baliknya. Dengan demikian, untuk membedakan antara partisipasi asli dan "partisipasi semu" (pseudoparticipation), kita dapat menggunakan kerangka penjelasan tiga dimensi yang meliputi siapa, apa, dan bagaimana (Cernea, 1988:501).
Menurut konsep partisipasi ideal yang telah disampaikan, partisipasi masyarakat dalam memberikan gagasan untuk perubahan serta partisipasi dalam proses pengambilan keputusan merupakan langkah awal yang penting dan akan mempengaruhi tahap selanjutnya. Hal tersebut disebabkan karena adanya keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan akan menimbulkan rasa milik bagi masyarakat.
Determinan pengembangan kapasitas
Faktor-faktor yang menentukan peningkatan kapasitas masyarakat dengan proses belajar sosial adalah aspirasi masyarakat, energi sosial, tindakan bersama yang berlembaga, pengetahuan dan teknologi, serta stimulasi luar.
Faktor psikologis merupakan penggerak penting bagi suatu aksi atau gerakan. Ide yang konstruktif muncul dan diterima sebagai suatu pemikiran bersama. Ide ini berwujud menjadi harapan yang dirasakan sebagai kepentingan bersama masyarakat. Aspirasi masyarakat yang berasal dari harapan ini menjadi pemicu perubahan. Kesadaran terhadap kebutuhan menjadi pendorong untuk menyelesaikannya.
Upaya untuk mencapai tujuan dan impian bersama tidak bisa dicapai melalui tindakan individu, melainkan melalui tindakan bersama yang membutuhkan energi sosial yang telah disebutkan sebelumnya.
Dalam setiap masyarakat, ada energi sosial yang bisa berbeda dari satu masyarakat ke masyarakat lain. Dalam kehidupan masyarakat, energi sosial ini muncul dalam bentuk tanggung jawab sosial, solidaritas sosial, dan rasa saling percaya yang diperoleh melalui proses interaksi sosial.
Faktor internal yang berasal dari diri masyarakat sendiri bukan hanya determinan dari pengembangan kapasitas masyarakat, tetapi juga stimuli eksternal. Stimuli ini dapat berupa dinamika makro yang berlangsung secara alamiah, atau program yang dimasukkan oleh institusi pemerintah atau nonpemerintah. Bentuk stimuli dari luar ini dapat berupa gagasan konstruktif yang kemudian menimbulkan harapan dan kebutuhan baru.
Lebih penting dari segalanya, pengembangan kapasitas merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan untuk mengelola dan merencanakan pembangunan oleh masyarakat sendiri dengan memerhatikan seluruh dimensi waktu, termasuk masa lalu, saat ini, dan masa depan, sehingga dapat tercermin dari kapasitas sistem sosial untuk mengolah umpan balik.
Kemampuan pengelolaan yang berorientasi masa depan tercermin dari kapasitasnya dalam memperhitung kan dampak dari setiap tindakan dan perubahan yang dilaksanakan. Pemahaman tentang dampak ini dapat di gunakan sebagai pertimbangan utama untuk mengantisipasi. Kemampuan antisipasi bukan hanya terhadap dampak dari proses perubahan, tetapi juga terhadap kecenderungan perubahan yang ada.
Daftar Pustaka.
Hardiman, F. B. (1982). Kemiskinan di Indonesia: Beberapa Permasalahan dan Masalah. Jakarta: Grafiti Pers.
Suparlan. (1983). Sosiologi: Pengantar Pemahaman Sosial. Jakarta: Erlangga.
Wrihatnolo, R., & Dwidjo-wijoto, B. (2007). Manajemen Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Tjokromidjojo, B. (1980). Persoalan Masyarakat dan Pembangunan. Jakarta: LP3ES.
Sajogyo. (1994). Konsep-konsep Pembangunan dalam Perubahan Sosial. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Faiz Dwi Nugroho
Bandar Lampung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H