***Â
Kali ketiga Thief mengunjungi rumah di pesisir pantai setelah setiap tahunnya hadir tanpa absen. Sekarang, perempuan mungil itu telah resmi menjadi Professional Rogue. Sesuai janji, penghasilannya tujuh puluh persen disalurkan untuk gereja.Â
Ngomong-ngomong, sekarang tempat ini sudah megah.Â
Tapak-tapak kaki kecil berseru kala Thief datang. Anak-anak terbuang itu sudah hafal. Di musim panas yang wangi garam, Dewa penyelamat mereka akan bertandang.Â
Thief menyapa Bunda. Biara renta yang dulu mengurusnya. Yang sampai sekarang masih menemani Zydic. Menjaga rumah pemuda petakilan itu agar keramik deragemnya tetap mengkilap. Katanya menyapa. Tapi sebenarnya Thief cuma mengangguk pada Bunda. Suaranya hilang total pasca kejadian Giganta.Â
Thief memegang Silent Lily Merah sembari duduk memeluk lutut di sebelah nisan. Silent Lily Biru di dekat kepala menoreh kata.Â
'Saya minta maaf, karena telah membunuh kamu.'Â
Desir angin hangat menggoyang rambut. Rasanya, Zydic betulan ada di sana. Di sebelahnya. Duduk bersila membaca semua.Â
'Waktu itu saya dapat kabar. Rumah kita akan ditutup. Disita. Dihancurkan. Saya bingung. Kalau seperti itu, anak-anak akan kemana?'Â
Thief menoleh. Seolah menatap wajah Zydic yang polos dan selalu mau tahu apapun.Â
'Uang yang dibutuhkan untuk menebus hutang besar sekali. Sangat besar. Kalaupun saya jual diri, tidak akan terbayar.'Â