UPAYA PENGUATAN PROFIL PELAJAR PANCASILA MELALUI MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan pilar utama dalam membentuk karakter dan identitas suatu bangsa. Salah satu aspek penting dalam pendidikan adalah pengenalan dan penguatan nilai-nilai Pancasila, sebagai ideologi dasar negara Indonesia. Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) menjadi wahana utama dalam membentuk profil pelajar yang kokoh, berwawasan kebangsaan, dan mampu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa.
Pendidikan Pancasila sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah bertujuan untuk tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian pelajar agar sejalan dengan falsafah negara. Pendidikan ini memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar yang mengikat, menciptakan generasi muda yang memiliki identitas nasional yang kuat, serta mampu menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat.
Melalui mata pelajaran PPKn, pelajar diajak untuk menggali makna dan nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila, seperti gotong royong, keadilan sosial, demokrasi, dan lainnya. Pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai tersebut diharapkan dapat menjadi landasan moral bagi pelajar dalam menghadapi kompleksitas tantangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Selain itu, PPKn juga berperan dalam membentuk pemahaman yang kritis terhadap tata nilai kebangsaan. Pelajar diajak untuk memahami sejarah perjuangan bangsa, konstitusi, sistem pemerintahan, dan hak serta kewajiban sebagai warga negara. Pendidikan ini tidak hanya sekadar mengajarkan materi, tetapi juga melibatkan pelajar dalam diskusi, debat, dan kegiatan praktik yang mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis dan partisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian, pembukaan yang kokoh terhadap mata pelajaran PPKn dapat menjadi kunci penguatan profil pelajar Pancasila. Melalui pengintegrasian nilai-nilai Pancasila dalam setiap aspek kehidupan belajar-mengajar, diharapkan generasi muda dapat tumbuh sebagai individu yang memiliki kedewasaan moral, kepedulian sosial, dan kesiapan untuk menjadi agen perubahan positif demi kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bukan hanya sekadar mata pelajaran, melainkan adalah wahana pembentukan karakter dan identitas nasional yang kuat.
Latar Belakang Pelajar Pancasila Dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran penting dalam membentuk kesadaran dan identitas kewarganegaraan di kalangan pelajar. Di Indonesia, landasan utama pembentukan karakter warga negara terdapat dalam ideologi negara, yaitu Pancasila. Oleh karena itu, latar belakang pelajar Pancasila dalam pendidikan kewarganegaraan menjadi faktor kunci dalam proses pembentukan sikap, perilaku, dan komitmen kewarganegaraan di masa depan.
1. Konteks Sejarah dan Kebijakan Pendidikan
Sejak masa kemerdekaan Indonesia, Pancasila telah diakui sebagai ideologi negara yang mendasari pembangunan bangsa. Kebijakan pendidikan di Indonesia selalu menekankan pentingnya penanaman nilai-nilai Pancasila dalam kurikulum, termasuk dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dirancang untuk membahas nilai-nilai dasar Pancasila, konstitusi, sejarah perjuangan bangsa, sistem pemerintahan, hak, dan kewajiban warga negara. Oleh karena itu, pelajar Pancasila memiliki landasan pengetahuan yang kuat tentang identitas dan peran mereka dalam konteks negara.
3. Keberagaman dan Kesatuan Bangsa
Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman etnis, agama, dan budaya. Pendidikan Kewarganegaraan memberikan kesempatan bagi pelajar Pancasila untuk memahami dan menghargai keberagaman ini sebagai bagian integral dari kehidupan berbangsa.
4. Peran Aktif dalam Kehidupan Demokratis
Melalui pendekatan praktis dan interaktif, pendidikan kewarganegaraan memberikan kesempatan kepada pelajar Pancasila untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan demokratis. Mereka diajak untuk terlibat dalam diskusi, simulasi pemilihan umum, dan kegiatan partisipatif lainnya yang mendukung pengembangan keterampilan kewarganegaraan.
5. Mengatasi Tantangan Kontemporer
Pendidikan Kewarganegaraan juga membekali pelajar Pancasila dengan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu kontemporer, seperti hak asasi manusia, lingkungan, dan ketidaksetaraan. Ini mempersiapkan mereka untuk menjadi agen perubahan yang responsif terhadap perubahan sosial dan global.
6. Integrasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Kehidupan Sehari-hari
Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya bersifat akademis, tetapi juga praktis. Pelajar Pancasila diberi peluang untuk menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, membangun hubungan positif dengan sesama, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Melalui latar belakang pelajar Pancasila dalam pendidikan kewarganegaraan, diharapkan muncul generasi yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang kokoh tentang identitas bangsa, tetapi juga siap berperan aktif dalam memajukan negara Indonesia ke arah.
Teori Dasar Profil Pelajar Pancasila Dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
Teori dasar profil siswa pancasila dalam pendidikan kewarganegaraan, ada beberapa teori yang menjadi landasan analisis.
1.Teori Pendidikan Karakter: Teori ini menekankan bagaimana pendidikan kewarganegaraan mengembangkan karakter siswa. Dimungkinkan untuk menciptakan bentuk yang sesuai dengan karakter dan nilai-nilai Pancasila. Teori-teori seperti teori pengembangan karakter moral Lawrence Kohlberg dan teori pengembangan karakter sosial Bandura memberikan wawasan yang berharga di sini.
2.Teori Pendidikan Kewarganegaraan: Teori-teori pendidikan kewarganegaraan, seperti teori pendidikan kewarganegaraan Westheimer dan Kahne serta teori pengembangan kewarganegaraan Judith Toney Pluta, menjelaskan bagaimana pendidikan kewarganegaraan Dapat memberikan dasar untuk memahami cara kerja dan cara kerja pendidikan kewarganegaraan. dapat mencapai hasilnya. Profil Mahasiswa Pancasila Tujuan.
3.Teori Konstruktivis: Pendekatan konstruktivis menekankan pentingnya pembelajaran aktif dan pemahaman mendalam. Teori ini dapat diterapkan untuk memahami bagaimana siswa dapat membangun pemahamannya terhadap nilai-nilai Pancasila melalui pengalaman langsung, diskusi, dan refleksi.
4.Teori pembelajaran transformatif: Teori pembelajaran transformatif Jack. Mezirow memahami bagaimana pendidikan kewarganegaraan menyebabkan perubahan pandangan dan sikap siswa terhadap diri sendiri, masyarakat, dan negara.
Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Siswa Sekolah Dasar
Peran dapat didefinisikan sebagai aspek dinamis dari posisi. Ketika seseorang memenuhi tugas, hak, dan tanggung jawabnya sesuai dengan jabatannya, maka ia telah memenuhi perannya. (Orenstein dkk., 1984). Peran mencakup norma dan lokasi yang terkait dengan suatu posisi. Peran adalah sebuah konsep tentang apa yang dapat dilakukan seseorang Pancasila merupakan landasan dan ideologi bangsa Indonesia serta memegang teguh prinsip-prinsip kehidupan berbangsa.
Pancasila tercantum dalam pembukaan UUD 1945 dan dijelaskan secara rinci dalam pasal-pasalnya. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila adalah nilai-nilai yang menjadi pedoman kehidupan bernegara dan berbangsa di bidang pendidikan dan hukum, Politik, Ekonomi, Seni, Budaya, Masyarakat (Hidayat, 2015). Negara ini membutuhkan generasi yang benar-benar mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, semakin hari kita melihat tanda-tanda nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan kita semakin merosot. Misalnya saja, terdapat banyak tindakan kekerasan dimana-mana, termasuk di sekolah dan masyarakat pada umumnya, dan pengaruh sosial/kelompok sebaya menjadi semakin menonjol di kalangan remaja yang melakukan kekerasan, dan banyak remaja yang beralih ke produk haram, dan perilaku merusak diri sendiri (seperti tato). Kecemburuan terhadap orang lain, benih kebencian ditaburkan, perilaku tidak jujur semakin meningkat, pedoman moral semakin kabur, dan etos kerja semakin memburuk, era digitalisasi ini memberikan dampak besar terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat pada umumnya. Beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengimplementasikan makna Pancasila dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
1) Iman kepada Tuhan yang Esa.
Sila I, atau "iman kepada satu Tuhan". Sejak dahulu kala, masyarakat Indonesia tidak pernah berhenti mempercayai Tuhan. Perintah pertama ini berisi nilai-nilai yang mengaktifkan empat perintah lainnya. Bangsa ini didirikan untuk mewujudkan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kegiatan bernegara yang berdasarkan Pancasila, negara menjamin hak warga negaranya untuk mengamalkan keyakinan yang dianutnya. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pembelajaran SDN Tanah Merah yang mengamalkan nilai-nilai Sila I Pancasila sudah diterapkan budaya salam dan doa sebelum dan sesudah pembelajaran. Kegiatan ini selalu berlangsung setiap hari. Pembelajaran diawali dengan kegiatan seperti membaca surat pendek bagi umat islam dan mendoakan bagi non muslim. Kegiatan ini juga menunjukkan bahwa para siswa tidak saling mengganggu saat melakukan kegiatan sholat, menunjukkan toleransi antara siswa Muslim dan non-Muslim. Selain itu, sekolah juga mengadakan salat duha dan salat zuhur berjamaah di masjid sekolah. Siswa sudah terbiasa mengikuti kegiatan ini setiap hari, sehingga tidak perlu diminta oleh guru. Mereka langsung menuju masjid pada setiap waktu salat. Pada saat kegiatan salat, kegiatan dzikir dan pembacaan doa berjamaah juga dilaksanakan dengan bimbingan dan pengawasan guru.
Bahkan siswa non-Muslim yang tidak salat pun terlihat sangat sopan. Siswa yang ikut campur dan berdoa, kegiatan pengamalan nilai-nilai Pancasila Pertama di Sekolah Dasar Tanah Merah mencerminkan beberapa nilai sila Pancasila Pertama dan menghormati orang yang lebih tua, Tersenyum dan memberi salam merupakan hal yang lumrah dalam keseharian siswa di sekolah, Budaya menghormati orang yang lebih tua dan menghargai hak orang lain sering terlihat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
2) Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa perwujudan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab dicapai dengan membiasakan
a)siswa mengembangkan budaya senyum, sapa, sapa dan hormat kepada orang yang lebih tua. Tersenyum dan memberi salam merupakan hal yang lumrah dalam keseharian siswa di sekolah. Budaya menghormati orang yang lebih tua dan menghargai hak orang lain sering terlihat dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Hargai hak orang lain dengan membiasakan mengantri dan menghargai pendapat orang lain.
b)Guru memerintahkan siswa untuk bersikap sopan dan menegur siswa yang tidak sopan. Guru melatih siswa berperilaku hormat dalam berbagai situasi, termasuk aktivitas baik di dalam maupun di luar kelas. Selama kegiatan pembelajaran, beberapa siswa berperilaku sebagai beriku, Kata-kata kasar dan candaan saat kegiatan. Guru langsung menegur siswa dan memperingatkan mereka. Guru juga memberikan kesempatan yang sama kepada siswa tanpa memandang latar belakang, jenis kelamin, dan aktivitas pembelajaran serta penyelesaian tugas lainnya. Hal ini dibuktikan dengan guru memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk mengemukakan pendapat, mengajar orang lain secara bergiliran, dan membagi tugas piket secara adil. Para siswa juga tampak peduli satu sama lain dan bersedia mengajar teman yang tidak mampu, berbagi makanan, dan membantu mereka yang membutuhkan.
c)Sekolah juga membiasakan anak menjenguk temannya yang sakit, sehingga menumbuhkan rasa saling mencintai antar manusia. Biasanya mahasiswa diajak ke rumahnya, namun jika rumahnya jauh, perwakilan mahasiswa yang berkunjung hanya sedikit. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru mencerminkan sila kedua Pancasila: ‘kemanusiaan yang adil dan beradab’.
3) Persatuan Indonesia : Untuk menanamkan rasa cinta tanah air, hendaknya guru menjaga kehidupan pribadinya terutama dengan piket, merawat tanaman di sekolah, menjaga kebersihan lingkungan, dan menyanyikan lagu “Indonesia Raya " lagu.
Kegiatan piket akan dilaksanakan di seluruh kelas, dan setiap siswa mendapat bagian yang sama setiap minggunya. Saat mengelompokkan, setiap guru akan membuat pertimbangannya masing-masing tergantung situasi siswa. Setiap hari Senin setelah upacara, siswa dan guru mengikuti kegiatan perawatan tanaman. Pagi harinya, saat siswa hendak mulai mempelajari materi, salah satu siswa yang muncul mengajak mereka menyanyikan lagu ``Indonesia Raya'' bersama-sama. Siswa yang akan menjadi pemimpin hari itu akan bergantian. Pihak sekolah juga secara tidak langsung menanamkan rasa keterikatan pada tanah air dan rasa bangga menjadi warga negara Indonesia dengan memajang gambar presiden, wakil presiden, dan burung garuda di setiap ruang kelas. Selain itu, berbagai hasil karya siswa seperti karya batik dipajang di dalam kelas. Membantu siswa merasa lebih nyaman dan terintegrasi ke sekolah. Hakikat nilai inti yang ketiga adalah persatuan dan nasionalisme. Guru mengamalkan nilai-nilai prinsip ketiga tersebut melalui berbagai kegiatan. Di antaranya lagu wajib nasional, pengenalan permainan tradisional, cinta lingkungan, dan mendorong kerja sama siswa.
4) Masyarakat yang berpedoman pada kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Dalam proses pengamalan nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam sila keempat, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya, seperti:
a) Saat belajar, siswa dapat bertanya, membagikan jawaban, dan mengungkapkan gagasannya. Para siswa juga tampak berani mengemukakan pendapatnya selama perkuliahan. Kelas juga memiliki struktur kepemimpinan kelas: ketua, sekretaris, dan bendahara. Perwakilan kelas akan ditentukan melalui diskusi. Menurut guru kelas 6 tersebut, guru hanya sebagai moderator, dan siswa mengambil keputusan sendiri. Guru kelas II tersebut juga mengatakan, ketua kelas akan dipilih melalui pemilihan. Siswa diminta menulis dan menghitung nama siswa yang ditunjuknya pada selembar kertas. Siswa yang memperoleh suara terbanyak menjadi ketua, disusul sekretaris dan bendahara. Namun, di kelas bawah, sistem pengelolaan kelas belum berfungsi sepenuhnya. Selain itu, guru memberikan tanggung jawab kepada siswa untuk berani bergantian memimpin temannya dalam berbagai kegiatan di sekolah seperti: Siswa akan bergiliran menyelesaikan tugas ini setiap hari. Setiap siswa mengambil giliran, dan pada akhirnya setiap orang dapat merasakan peran kepemimpinan, bahkan dalam aktivitas kecil dan sederhana. Hakikat nilai sila keempat adalah demokrasi dan musyawarah untuk mufakat. Kegiatan pembelajaran SDN Tanah Merah menganut nilai-nilai sila keempat ini dengan memberikan kesempatan yang sama kepada siswa dalam mengemukakan pendapat, mengajarkan demokrasi, serta mengedepankan musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan permasalahan. Guru dalam kegiatan pembelajaran selalu menerima pendapat siswa dan berusaha menyikapi setiap permasalahan dalam kegiatan pembelajaran dengan bijaksana.
5) Keadilan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia.
Mengamalkan nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam kegiatan pembelajaran di SDN Tanah Merah berarti guru memberikan kesempatan yang sama kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya dan bertindak adil terhadap anak, hal ini dicapai dengan cara memberi. Guru menanggapi jawaban siswa tanpa membeda-bedakan siswa. Contoh lainnya adalah ketika seorang guru sedang mengajar kelas III dan ada siswa yang tidak membawa penggaris, maka guru tersebut berusaha meminjamkan penggaris kepada semua siswa yang tidak mempunyai penggaris. Guru juga memberikan kesempatan kepada anak untuk memimpin temannya dalam menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan memimpin secara bergiliran. Siswa juga terlihat tidak pilih-pilih dalam mencari teman. Siswa ingin berteman dengan semua orang di kelasnya. Siswa juga ingin berbagi dengan temannya. Hal ini terlihat ketika siswa kelas dua sedang melakukan kegiatan menggambar. Siswa ingin berbagi warna dengan siswa lain, dan siswa ingin bermain dengan salah satu mainannya.
Berdasarkan hasil penelitian dan kajian teori, nilai inti yang kelima akan terwujud ketika guru bersikap adil terhadap semua siswa dan mengajarkan siswa untuk mau berbagi kepada orang lain, sehingga dapat kita simpulkan. Mereka juga terlihat pilih-pilih dalam mencari teman, dan kesediaannya untuk berbagi menimbulkan rasa kepedulian terhadap teman lainnya. Keadilan berarti memberikan hak sesuai dengan hak orang lain, berlaku adil, tidak mempergunakan hak milik untuk bertentangan atau merugikan kepentingan umum, menikmati kerja keras, dan menerima hasil kerja orang lain, yang dicapai melalui penilaian yang berujung pada saling menguntungkan kemajuan dan kemakmuran.
Strategi Pembelajaran Dalam Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan.
Profil pelajar Pancasila dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mencakup beberapa aspek penting yang ingin diwujudkan melalui pendidikan. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat enam penanda utama dalam profil pelajar Pancasila, yaitu berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global[2]. Melalui mata pelajaran PKn, tujuan utamanya adalah untuk menanamkan dan memperkuat nilai-nilai tersebut dalam diri peserta didik[1]. Dengan demikian, PKn menjadi wadah penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian pelajar sesuai dengan ajaran Pancasila.
Berbagai strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) antara lain:
1. Model Pembelajaran Situasi: Strategi ini memungkinkan siswa belajar dalam situasi dunia nyata dan membuat hubungan antara apa yang dapat mereka lakukan dan apa yang dapat mereka lakukan untuk memahami materi dalam kehidupan sehari-hari PPKn
2. Pembelajaran berbasis portofolio: siswa dapat mendokumentasikan hasil pekerjaannya, dan hasil dokumentasinya disusun dalam folder yang berisi informasi, metode ini sangat sesuai dengan kurikulum pendidikan yang sekarang dimana kurikulum merdeka yang metode pembelajarannya berbentuk laporan, projek dan mandiri. Hal ini membantu siswa belajar lebih aktif dan memahami perkembangannya dalam memahami materi PKn
3. Pembelajaran Kolaboratif : Strategi pembelajaran ini mengutamakan kerjasama antar siswa dalam memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas, sehingga mendorong terbentuknya sikap saling bekerjasama dan kooperatif.
4. Pembelajaran Berbasis Proyek : Siswa diberi tugas untuk membuat proyek yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila dan kewarganegaraan agar dapat belajar secara aktif dan kreatif . Metode ini selain untuk memahami materi, juga melatih kedekatan antar siswa.
Diharapkan dengan menerapkan strategi pembelajaran ini, siswa akan lebih terlibat dalam pembelajaran kewarganegaraan dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang Pancasila dan nilai-nilai kewarganegaraan.
Simpulan
Dapat disimpulkan bahwa bagi siswa sekolah dasar, pendidikan kewarganegaraan memegang peranan penting dalam penanaman nilai-nilai Pancasila yang diterapkan dalam proses pembelajaran.
Karena pendidikan kewarganegaraan mengajarkan agar siswa sekolah dasar mempunyai nilai-nilai moral dan sosial, selalu berperilaku baik, saling menghargai, bertanggung jawab, disiplin, mandiri, kreatif, karena mengajarkan kita untuk bersikap santun, demokratis, dan mempunyai jiwa nasionalisme yang kuat.
Peran pendidikan kewarganegaraan sangat penting di setiap jenjang sekolah.
Namun hal tersebut bisa sangat berpengaruh jika diajarkan sejak usia dini di sekolah dasar.
Karena untuk membentuk kepribadian yang baik harus diajarkan sejak kecil, dan ketika dewasa kita sudah paham bagaimana mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan kepada kita.
Hal ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan apa yang diajarkan dalam pendidikan kewarganegaraan yaitu penanaman nilai-nilai moral dalam kehidupan bermasyarakat, siswa sekolah dasar didorong untuk berperilaku sesuai dengan faktor lingkungan disekitarnya.
Oleh karena itu, pribadi yang berkepribadian Pancasila sangatlah penting karena dibutuhkan sebagai pribadi yang mampu membawa bangsa dan negara ke arah yang lebih baik di masa depan.
Saran
1.Pengenalan nilai-nilai pancasila, dengan mengenalkan secara singkat dan mudah dipahami peserta didik.
2. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-sehari, conroh ilustrasi yang mendasar dalam lingkungan sekolah.
3.Pengaruh Pendidikan kewarganegaraaan dalam pembentukan profil pelajar Pancasila, dengan cara menjelaskan dasar-dasar bagaimana berperan dalam membentuk profil pelajar Pancasila dan nilai-nilai pancasila dalam kewarganegaraan
4.Strategi pembelajaran yang mendukung.
Diharapkan dengan menerapkan strategi pembelajaran ini, siswa akan lebih terlibat dalam pembelajaran kewarganegaraan dan mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang Pancasila dan nilai-nilai kewarganegaraan.
Daftar Pustaka
Abdulatif, S., & Dewi, D. A. (2021). Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Membina Sikap Toleransi antar Siswa. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran Guru Sekolah Dasar, 4(2), 103–109.
Humaeroh, S., & Dewi, D. A. (2021). Peran Pendidikan Kewarganegaraan di Era Globalisasi Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Journal on Education, 3(3), 216–222. https://doi.org/10.31004/joe.v3i3.381
Izma, T., & Kesuma, V. Y. (2019). Peran Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Membangun Karakter Bangsa. Wahana Didaktika : Jurnal Ilmu Kependidikan, 17(1), 84.https://doi.org/10.31851/wahanadidaktika.v17i1.2419
Paka Sriulina Tarigan, Deny Setiawan, S. M. (2021). the Effect of Discovery Learning Model and Social Skills on Student Learning Outcomes Ppkn Subjects in Class V Sdn 034799 Doloktolong. Sensei International Journal of Education and Lingusitics, 1(2).
Sianturi, Y. R. U., & Dewi, D. A. (2021). Penerapan Nilai Nilai Pancasila Dalam Kehidupan Sehari Hari Dan Sebagai Pendidikan Karakter. Jurnal Kewarganegaraan, 5(1), 222–231. https://doi.org/10.31316/jk.v5i1.1452
Sujana, I. W. C. (2019). Fungsi Dan Tujuan Pendidikan Indonesia. Adi Widya: Jurnal Pendidikan Dasar, 4(1), 29. https://doi.org/10.25078/aw.v4i1.927
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2017). Kurikulum 2013: Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Prayitno, K. E., & Sulhadi. (2019). Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Civic Literacy. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 8(1), 21-34.
Trismayanti, S. (2020). Strategi Tenaga Pendidik dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar. AlIshlah: Jurnal Pendidikan Islam, 17 (2). Https://Doi.Org/10.35905/Alishlah.V17i2.1045
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H