Â
Masyarakat mulai dilanda ketakutan dan kekhawatiran bila harus keluar untuk membeli kebutuhan pokoknya sekalipun, belum lagi pengetatan penjagaan aparat pada tempat-tempat umum semakin menambah parah bagi masyarakat yang mata pencahariannya mengharuskan keluar dari rumah atau berhadapan dengan oranglain setiap harinya untuk melanggengkan perekonomiannya.
Â
Sebuah riset yang dilakukan oleh P2E LIPI (Pusat Pengabdian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) menyebutkan bahwa pengaruh virus COVID-19 terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan, usaha mikro akan berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan kayu dan rotan 1,77% dan usaha menengah 0,01%.[6]
Â
Metode Penjualan Modern Dan Inovasi Produk
Â
Akibat PSBB dan pengetatan regulasi sosial tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya, maka para pelaku UMKM mau tidak mau harus mulai memikirkan sebuah langkah-langkah taktis untuk segera keluar dari jurang keterpurukan ekonomi usahanya atau ancaman bangkrut dan kemiskinan akan menghadang di depannya.
Â
Cara tradisional harus segera ditinggalkan dan memulai cara-cara baru yang lebih bisa mewakili kenyamanan teknologi era 5.0, yaitu model Digital Marketing yang tanpa pelaku usaha harus keluar rumah untuk menawarkan produk dan menjualnya. Pandemi rupanya telah mengubah wajah perbelanjaan yang dilakukan oleh masyarakat, sekarang orang akan lebih memilih berbelanja secara online karena beberapa alasan :
Â
- Irit biaya ;
- Â
- Efisien dan tidak butuh tenaga ;
- Â
- Harga bisa memilih yang paling murah ;
- Â
- Penuh promo dan diskonan ;
- Â
- Hemat waktu ; dan
- Â
- Pembeli merasa nyaman dan aman dari penyebaran covid-19.[7]