- Latar Belakang
Yogyakarta dikenal sebagai Kota Budaya, Kota Pendidikan dan Kota Pariwisata. Budaya masyarakat yang ramah membuat Yogyakarta dinilai cocok untuk atmosfer pendidikan, budayanya yang ramah juga menjadi nilai tambah bagi para wisatawan untuk tidak bosan mengunjungi kembali Yogyakarta dengan mengajak keluarga yang dicintai. Beberapa diantaranya menetap dan tinggal di Yogyakarta tanpa menjadi penduduk Yogyakarta.
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk D.I.Yogyakarta
Wilayah
2011
2012
2013
2014
2015
Kulonprogo
394200
398672
403179
407709
412198
Bantul
922104
934674
947072
959445
972511
Gunungkidul
685003
692579
700191
707794
715282
Sleman
1116184
1128943
1141733
1154501
1167481
Yogyakarta
392506
397594
402679
407667
412704
D.I. Yogyakarta
3509997
3552462
3594854
3637116
3679176
Sumber data : DIY dalam angka 2016, diolah
Dari tabel 1.1 dijelaskan bahwa pertumbuhan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun 2011-2015 bertambah 169179 jiwa dalam kata lain, pertumbuhan penduduk di D.I. Yogyakarta sekitar 4% , Jumlah penduduk tersebut ditambah dengan penduduk sekitar Yogyakarta yang bekerja, belajar dan berwisata di Yogyakarta memberikan permasalahan yang cukup pelik bagi Pemerintah D.I.Yogyakarta  dalam hal penyediaan transportasi.
Transportasi yang baik akan sangat menunjang kelancartan aktivitas masyarakat. Kondisi di D.I. Yogyakarta menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk dan penduduk yang beraktivitas di Yogyakarta berdampak pada peningkatan pemakaian sarana transportasi baik trasnportasi umum maupun pribadi. Banyak angkutan umum maupun kendaraan pribadi setiap harinnya melintasi jalan-jalan yang ada di D.I.Yogyakarta Pada kenyataannya bahwa jumlah kendaraan yang begitu besar di jalan raya tidak diimbangi dengan asrana jalan yang memadai. Panjang jalan yang tidak dapat menampung kendaraan yang melintasi D.I. Yogyakarta. Kemacetan menjadi pemandangan sehari-hari yang harus selalu dihadapi oleh masyarakat D.I.Yogyakarta, Â Kemacetan akan bertmabah parah jika waktu liburan sudah tiba, Â kemacetab bukan hanya terjadi pada jalan-jalan protokol saja tetapi juga terjadi di jalan-jalan kota maupun jalan-jalan alternatif.
Berikut jumlah kendaraan yang terdaftar di D.I.Yogyakarta:
Tabel 1.2 Pertumbuhan Kendaraan Bermotor
Tahun
Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
bus
mobil Beban
mobil khusus
motor
Jumlah
2011
138537
10987
45290
496
1423147
1618457
2012
152178
11019
48508
499
1537534
1749738
2013
169962
11168
52511
514
1673903
1908058
2014
194249
11438
57775
561
1831981
2096004
2015
206658
11558
61143
595
1916666
2196620
Sumber data: DIY dalam angka, diolah
Dari tabel 1.2 diatas dpat diketahui Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di D.I. Yogyakarta pada tahun 2015 tercatat sebanyak 2.196.620 unit (naik 4.80 persen dari tahun 2014) yang terdiri dari mobil penumpang sebesar 9,41 persen, mobil barang sebesar 5,83 persen, bus sebesar 0,53 persen, dan sepeda motor 87,26 persen. Dari jumlah kendaraan di D.I.Yogyakarta tahun 2010-2015 naik sekitar 35%.
- Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diteliti selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
- Â Bagaimana dampak ekonomi terhadap laju pertumbuhan kendaraan ?
- Bagaimana pengaruh laju pertumbuhan kendaraan terhadap kepadatan jalanan?
- Bagaimana Manajemen Transportasi D.I.Yogyakarta mengatur tranportasi ?
- Tujuan penelitian
Dengan rumusan masalah yang sudah ada, maka tujuan penelitian sebagai berikut:
- Menganalisa dan Mengetahui dampak ekonomi dari laju pertumbuhan kendaraan bermotor
- Â Untuk menjelaskan pengaruh laju pertumbuhan terhadap kepadatan jalan
- Menganalisa dan mengetahui persoalan manajemen transportasi di D.I.Yogyakarta
- Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan  Metode Deskriptif Kuantitatif, dengan menyajikan data sesuai dengan fakta yang ada, diinterprestasikan dalam bentuk uraian lalu membuat prediksi dan simpulan.
- Analisis dan Pembahasan
- Manajemen Transportasi di D.I.Yogyakarta
Sistem Transportasi di D.I.Yogyakarta sama dengan di daerah lainnya semua angkutan darat seperti Taksi, Bus antar kota dalam provinsi (AKDP) bahkan bus antar kota antar provinsi (AKAP), hanya sedikit berbeda dengan daerah lainnya, dimana di D.I.Yogyakarta mayoritas memakai Bus dan hampir tidak ada Angkutan Kota, Angkotan desa microlet dan lainnya. (Tribun Yogya, 5/10).
Dalam pengelolaannya, transportasi publik ada yang diurus pemerintah langsung melalui BUMD melalui DAMRI, PT. Anindya Mitra International (AMI) Â Trans Jogja, yang saat ini ada 74 Trans Jogja dan 25 unit di antaranya bus baru bantuan pemerintah pusat, yang beroperasi pada 8 Jalur. Ada jua yang diurus stakeholder seperti Kopata, Aspada, Kobutri, Dan Pospukar, Go-Jek, Grab, Becak dan Andong.
Insfrastruktur Transportasi  (Jalanan)
Tabel 1.5 Kondisi Jalan di D.I.Yogyakarta
- Jalan/ Condition of RoiKeadaan Jalantion of Roads
- Kabupaten/Kota
Kulonprogo
Bantul
Gunung kidul
Sleman
DIY
Jenis Permukaan
145.54
122.98
212.39
138.43
619.34
1. Diaspal
145.54
60.6
212.39
138.43
555.96
2. Kerikil
-
21.1
-
-
21.1
3. Tanah
-
41.28
-
-
41.28
Kondisi Jalan
145.64
122.98
212.39
138.43
619.44
1. Baik
48.84
60.6
55.47
66.6
231.51
2. Sedang
57.1
21.1
94.68
53.7
226.58
3. Rusak
26.24
41.28
56.04
18.13
141.69
4. Tidak Terinci
13.46
-
6.2
-
19.66
Kelas Jalan II
145.54
122.98
212.39
138.43
619.34
- Sumber : D.I.Yogyakarta:2016, diolah
Dari data diatas dapat dilihat jumlah jalanan  619,34 Km dengan kondisi baik 231,51 Km artinya 37% kondisi jalannya baik. 36% sedang dan 27% jalanan di Daerah Istimewa Yogyakarta rusak.
- Analisis dampak ekonomi dari Transportasi Kendaraan bermotor
Transportasi berarti kegiatan memindahkan atau mengangkut barang dan orang dari suatu tempat asal ke tempat tujuan(Origin-Destination Travel). Barang yang diangkut adalah untuk memenuhi kebutuhan kehidupan masyarakat (konsumsi) atau barang yang dimaksud digunakan sebagai bahan baku untuk meng-hasilkan produk akhir (produksi). Sedangkan orang yang menggunakan jasa transportasi adalah untuk bekerja, berdagang, menghadiri pertemuan/diskusi, atau melakukan kegiatan lainnya. Jelaslah, bahwa kegiatan transportasi terkait erat dengan kegiatan-kegiatan sektor lainnya. Kegiatan transportasi digunakan untuk membantu kegiatan sector lain. Transportasi dikatakan sebagai fasilitas yang membantu(supporting facility) sektor-sekttor lain, yang berarti transportasi itu mempu-nyai fungsi yang sangat penting dan strategis dalam perekonomian dan pembangunan.
Selanjutnya, penting dijelaskan tentang fungsi transportasi dalam perekonomian dan pembangunan. Fungsi utama transportasi ada dua, yaitu (1) sebagai penunjang(servicing facility)dan (2) sebagai pendorong atau pendukung(promoting facility), (Adisasmita, 2011). Dalam hal transportasi bagi keuangan D.I.Yogyakarta  yang paling realistis adalah sebagai Pendapatan Asli Daaerah, pada tahun 2015 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.4 Dampak Ekonomi Kendaraan Bermotor
Asal Pendapatan
Besaran (Miliyar)
Pajak Kendaraan Bermotor
580,2
Bea Balik Nama
411,9
Pajak Bahan Bakar
234,2
Jumlah
1,226,3
Sumber : DIY dalam angka 2016, Diolah
Dari data diatas dijelaskan bahwa dapak ekonomi dari kendaraan bermotor berupa pemasukan pajak untuk penpatan asli daerah (PAD) senilai Rp.1.226.300.000.000,00 Namun  Tahun Anggaran 2015 alokasi dana APBD untuk Urusan Perhubungan sebesar Rp. 24.975.930.872.00 Dana ini untuk melaksanakan 10 Program dan kegiatan Urusan Perhubungan. (LKPJ  DIY2014)
- Analisis dampak Jumlah kendaraan bermotor pada kepadatan jumlah kendaraan dijalan
Transportasi lalu lintas telah memainkan peranan yang penting dalam kehidupan termasuk keberlangsungan pembangunan. Volume dan kepadatan lalu lintas bergantung pada pertumbuhan (tingginya) aktifitas ekonomi, biaya transportasi, dan infrastruktur jalan raya. Indikator yang disajikan di sini adalah Intensitas kepadatan kendaraan bermotor menurut provinsi, 2015. Indikator ini menyatakan perkembangan kepadatan (unit/km) kendaraan bermotor setiap kilometer panjang jalan raya atau kepadatan jalan raya (jalan negara, jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota).
- Simpulan
Pemerintah Trade Off dalam mengambil keputusan manajemen tranportasi, disuatu sisi pemerintah menggenjot Pendapatan Asli Daerah lebih dari 41% atau senilai 1,226 Triliun dari hasil transportasi (Pajak Kendaraan+ Bea Balik nama+ pajak bahan bakar). Disuatu sisi lain pemerintah harus memperhatikan akibat yang diputuskannya, bobroknya manajemen transportasi selama ini membuat Yogyakarta macet seperti kota-kota lainnya, kalau tidak diprioritaskan akan lebih buruk dampaknya, baik dirasakan oleh masayarakat asli maupun wisatawan.
- Saran
Dalam penelitian ini, penulis menyarankan :
- Pemerintah harus memperbaiki Manajemen Transportasi, jangan hanya fokus menggenjot Pendapatan Asli Daerah.
- Belanja akan transportasi ditambah, maksudnya perbaiki jalur lalu lintas, jalan yang rusak, armada trasnportasi yang kurang.
- Sosialisasi akan pentingnya naik transportasi publik, pada masyarakat melalui media.
- Bagi masyarakat, harus mulai menyadari pentingnya bertransportasi publik.
Daftar Pustaka
Adisasmita, Sakti Adji, 2011, Transportasi dan Pengembangan Wilayah, Yogyakarta : Graha Ilmu
Suharto, Edi, 2010, Analisis Kebijakan Publik,Bandung: Alfabeta
http://jogja.tribunnews.com/2016/10/03/kemacetan-di-yogyakarta-menuju-tren-layaknya-di-jakarta (diakses 18 Desember 2016, 12.00 WIB)
http://www.krjogja.com/web/news/read/18577/Manajemen_Kemacetan (diakses 18 Desember 2016, 12:15)
http://dppka.jogjaprov.go.id/jumlah-kendaraan-bermotor-diy-2010-sd2015.html# (Diakses 18 Desember 2016, 13:10)
https://yogyakarta.bps.go.id (Diakses 19 Desember 2016, 14.00)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H