"Terima kasih, Bud. Tapi tunggu sebentar ya. Ini kaki paman kesemutan."
Man Usman sudah berdiri tapi belum bisa melangkah. Menurut Budi, badan Man Usman kelihatan terlalu gemuk. Wajahnya juga terlihat tidak begitu segar.
"Mungkin Man Usman sedang sakit," batin Budi sambil mencoba menggandeng Man Usman.
"Adi ...."
"Ya, Pak."
"Tolong kamu yang bawa koper ya?"
"Iya, Pak," jawab Adi sambil mendorong koper beroda.
 Mereka bertiga berjalan menuju rumah Budi. Jaraknya sangat dekat. Rumah Budi berada di sebelah toko dan rumah mbah Karsipah. Man Usman kalau ke desa, biasanya memang menginap di kamar Budi.
Setelah tidur siang, sore harinya Man Usman memindah mobilnya ke depan rumah Budi. Malam harinya, sekitar pukul 19.30 WIB, para tetangga berdatangan. Mereka dipersilakan duduk di kursi-kursi yang sudah ditata di halaman rumah. Acara malam itu adalah berdoa bersama menjelang pernikahan Man Lukman.
Seusai acara doa bersama, Man Usman dan Pak Budi masih sibuk menyiapkan barang-barang lamaran yang akan dibawa ke rumah pengantin wanita. Ada lemari kayu berukir yang dihiasi bunga dan kertas warna-warni. Ada berbagai jajanan tradisional. Ada pakaian dan perlengkapan kecantikan. Semua ditata dan dihias dengan bunga dan pita plastik berwarna-warni. Mobil Man Usman juga dihias karena akan dinaiki pengantin.
"Wah ternyata Man Usman jago menghias juga ..." Budi kagum dengan keterampilan pamannya.