Mohon tunggu...
Faiq Aminuddin
Faiq Aminuddin Mohon Tunggu... Guru - Guru

pelayan pelajar Irsyaduth Thullab dan penulis lepas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menolong Nina

14 Oktober 2024   16:23 Diperbarui: 14 Oktober 2024   17:00 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menolong Nina

Cerita anak oleh Faiq Aminuddin

Dia biasa dipanggil 'Ani'. Nama lengkapnya Lisa Maharani. Ani sudah kelas tiga. Ani sudah lancar membaca. Ani suka membaca buku. Hampir setiap hari Ani membaca buku cerita. Ani suka buku cerita yang bergambar. Hampir setiap hari Ani pinjam satu buku di perpustakaan sekolah.

Malam itu Ani sedang asyik membaca buku cerita. Ibu tahu kalau Ani belum belajar. Ibu mengingatkan Ani. "Jangan lupa pelajarannya dibaca juga, Nak. Jangan hanya baca buku cerita."

Ani mengambil buku-buku pelajaran sesuai jadwal besok pagi. Setelah belajar dan mengerjakan PR, Ani membaca buku cerita lagi.

"Sudah jam 10, Nak. Waktunya tidur." Ibu mengingatkan lagi.

Ani pun segera ke kamar mandi. Ani buang air kecil sebelum tidur biar tidak mengompol. Setelah gosok gigi, Ani cuci tangan, cuci muka dan kaki. Ani ingat pesan ibu, "Kalau badan bersih, tidur bisa lebih nyenyak dan tenang."

Hari sudah pagi. Ani sudah mandi. Ini hari Sabtu. Ani memakai seragam pramuka. Warnanya coklat. Coklat adalah warna kesukaan Ani. Ani tersenyum manis melihat bayangannya di cermin. Ani puas merasa lebih keren kalau memakai seragam pramuka.

Sebelum berangkat sekolah, Ani sarapan nasi pecel. Ani hanya makan sedikit. Iya sedikit nasi ditemani sedikit bayam dan kangkung rebus serta secuil tempe goreng. Yang agak banyak adalah bumbu kacang kesukaan Ani. Adapun minumnya adalah susu coklat hangat.

Ketika masuk ruang kelas, Ani dipanggil Nina. Nina adalah teman akrab Ani. Ani dan Nina sama-sama suka cerita. Ani suka membaca buku cerita. Nina suka menonton film. Nina juga suka mendengar Ani bercerita. Ani sering menceritakan kembali cerita yang baru saja dibaca. Biasanya, Nina lebih suka mendengarkan Ani bercerita. Tapi pagi ini Nina bercerita lumayan panjang.

Nina bercerita kalau bapaknya kemarin pulang dari Jakarta.

"Jakarta? Jauh sekali ..." Ani penasaran.

"Iya bapakku kerja di Jakarta."
"Berarti jarang di rumah?"

Nina mengangguk. Ani jadi merasa beruntung karena tempat kerja bapaknya tidak jauh. Setiap malam, Ani bisa berkumpul dengan ibu dan bapaknya.

"Berarti sering ditinggal bapakmu ke Jakarta? Kamu tidak sedih?" Ani penasaran.

Nina menggeleng. "Bapak kan pergi kerja. Bapak kerja untuk ibu dan Nina. Nina senang. Kemarin Nina dibelikan majalah anak-anak dari Jakarta. Majalah itu ada banyak isinya. Ada cerita, berita, puisi, teka-teki dan lain-lain.

"Aku boleh pinjam?" tanya Ani.

"Boleh." Nina mengangguk.

Ani tersenyum riang.

"Nanti siang, main ke rumahku ya?" Ajak Nina.

Ani terlihat agak kecewa. Ani mengira majalahnya dibawa Nina ke sekolah. Ani penasaran. Ani ingin segera melihat dan membaca majalah anak-anak.

"Sebentar." Nina membuka tasnya.

Ani sangat berharap Nina membawa majalah itu.

Tapi ternyata Nina tidak mengeluarkan majalah. Nina malah mengeluarkan selembar kertas warna merah.

"Tadi malam aku belajar membuat burung. Aku ikut cara yang ada di majalah. Lihat ya ..."

Nina sibuk melipat kertasnya beberapa kali. Ani memperhatikan dengan penasaran. Dan akhirnya jadilah seekor burung pipit merah. Nina menggambar lingkaran hitam dengan pensil sebagai mata burung.

Ani ingin mencobanya tapi bel sudah berbunyi.

Tidak lama kemudian bu guru masuk kelas.

Pelajaran pun dimulai.

Ketika istirahat, Ani pergi ke perpustakaan sekolah untuk mengembalikan buku. Ani mencari buku origami dan meminjamnya. Ani ingin bisa membuat burung seperti Nina.

Ketika kembali ke kelas, Ani melihat Nina duduk sambil menundukkan kepala. Matanya basah. Sepertinya Ani habis menangis.

"Ada apa, Nin?"

"Burungku hilang. Tadi aku tinggal jajan ... Setelah jajan, aku cari di dalam tas, sudah tidak ada ..."

"Kami yakin, tadi kami simpan di dalam tas?" Ani coba memastikan.

Nina mengangguk.

Ani coba membantu mencari di sekitar tempat duduk Nina. Tidak ada. Mereka cari lagi di dalam tas Nina. Tidak ada. Mereka cari di lantai ruang kelas. Tidak ketemu juga. Melihat Nina sangat sedih, Ani jadi ikut sedih.

Tiba-tiba Rijal masuk kelas sambil menyanyi.

"Buat apa susah. Buat apa susah. Susah itu tak ada gunanya."

"Jangan begitu, Jal."

"Kenapa? Kamu kok melarang orang menyanyi?"

"Temannya sedih kok kamu malah senang."

"Siapa yang sedih?"
"Nina"

"Kenapa?"

"Burungnya hilang."

Rijal malah tertawa. Rijal tidak percaya kalau Nina kehilangan burung. Menurut Rijal, tadi Nina tidak membawa burung ke sekolah.

Mendengar Rijal tertawa, Ani jadi curiga.

"Jangan-jangan kamu yang menyembunyikan ya?"

"Lho kok malah menuduh." Rijal tidak terima.

Rijal memang sering usil di kelas. Beberapa kali buku Ani disembunyikan Rijal.

"Kalau bukan kamu lalu siapa? Kamu kan biasanya ..."

"Hei! Jangan asal nuduh ya!" Rijal berteriak marah.

Untung Bu guru datang dan menenangkan mereka.

"Ani ... tidak baik berburuk sangka pada teman sendiri." Bu guru menasehati.
Ani mengangguk.
"Maaf, Bu Guru. Ani salah," kata Ani pelan.

"Iya. Minta maaf ke Rijal, dong!"

"Maaf ya, Jal..."

Rijal mengangguk dan kemudian berlari keluar kelas.

Ani juga keluar kelas. Ani pergi ke koperasi sekolah. Ani membeli kertas origami. Ani coba membuat burung pipit dari kertas. Ani coba mengikuti cara yang ada di buku. Ternyata tidak jadi. Ani coba lagi. Kertasnya malah robek. Untung ada Kak Rafa.

Kak Rafa adalah kakak kandung Ani. Kak Rafa sudah kelas enam. Ani minta tolong kak Rafa membuatkan burung origami. Kak Rafa coba mengikuti cara di buku.

"Hore berhasil. Terima kasih, Kak." Ani teriak kegirangan.

Ani segera berlari ke kelas. Ani memberikan burung origaminya kepada Nina.

Nina tersenyum.

"Terima kasih, Ani."

Nina memperhatikan burung origami pemberian Ani.

"Tapi ini bukan burungku. Ini belum ada matanya." Nina mengembalikannya kepada Ani.

"Tolong kamu gambar matanya. Burung ini untuk kamu. Tadi Kak Rafa yang membuatnya."

Nina membuka tas untuk mengambil pensil.

"Lho pensilku juga tidak ada."
Ani terkejut.

Nina mengeluarkan buku-bukunya dari dalam tas.

Ani coba merapikan dan menumpuk buku-buku tersebut. Ada satu buku besar yang terlihat melembung. Sepertinya ada barang yang terselip dalam buku besar tersebut. Mungkin pensil yang dicari Nina. Ani segera membukanya.

"Nina... lihat ini." Bisik Ani.

Nina melihat pensil dan burung pipitnya terselip di buku besar itu. Ani dan Nina pun tertawa geli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun