Mohon tunggu...
Fadly Bahari
Fadly Bahari Mohon Tunggu... Penulis - Pejalan Sepi

Penjelajah dan Pengumpul Esensi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rahasia di Balik Tata Letak Ka'bah - Bagian 2: Hajar Aswad dan Pintu Ka'bah

23 Januari 2023   05:00 Diperbarui: 23 Januari 2023   08:24 5839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kutipan Rig Veda hymne 7.77 tentang "sang pemohon umur panjang" dalam buku David Kinsley (1988) "Hindu Goddesses..." Hlm. 7--8. (Dokpri) 

Karena itu, muncullah nama berhala Suwwa yang dipuja kaum nabi Nuh. Dalam bahasa chichewa yang digunakan oleh orang Chewa (bagian dari etnis Bantu di Afrika), terdapat kata "dzuwa" yang berarti "matahari". Jadi, Suwwa atau Siwa atau Surya, artinya: Matahari.

Pada dasarnya, Hawa mengembangkan metafora ini bukan untuk Adam tapi untuk kepentingan dirinya sendiri. Ia perlu itu untuk melegitimasi dirinya. 

Dalam perjalanannya mengarungi umur panjang, ia selalu menciptakan metafora dalam konsep dualisme "maskulinitas dan feminitas" - di mana ia menyandingkan dirinya dengan suaminya. 

Misalnya, Surya dan Ushas (dewa dan dewi fajar). 'Kala' dan 'Kali' (nama lain Parvati, istri Siwa). Ia juga menggunakan nama Artemis agar dapat berpasangan dengan nama Miteras/ Mithras  (nama lain Dewa Surya).  Nama artemis adalah bentuk anagram dari nama miteras.

Tapi dari begitu banyak personifikasi yang ia munculkan untuk dirinya, profilnya sebagai dewi fajar yang akan saya gali lebih dalam karena ini terkait dengan tema pembahasan utama kita yaitu Hajar Aswad.

Jejak Dewi Fajar di Pegunungan Latimojong

Dalam tradisi lokal masyarakat di sekitar kaki pegunungan Latimojong terdapat kisah tentang Nenek Mori yang dipercaya, pada zaman dahulu kala hidup di atas puncak Latimojong.

Nenek Mori dipercaya memiliki kemampuan istimewa. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari bagi ia dan cucunya, Nenek Mori berburu Anoa. Namun, ia tidak berburu seperti yang dilakukan orang-orang pada umumnya. 

Ketika berburu, nenek Mori cukup melantunkan nyanyian khusus dan sesaat kemudian Anoa-anoa yang banyak berkeliaran di pegunungan Latimojong akan jinak datang mendekatinya. Setelah itu Nenek Mori tinggal memilih salah satu diantaranya, dan Anoa yang terpilih dengan pasrah menyerahkan diri tanpa perlawanan sedikit pun.

Nenek Mori dianggap bukan saja bersahabat dengan Anoa ataupun binatang lainnya yang terdapat di pegunungan Latimojong, tapi ia juga dipercaya bersahabat dengan makhluk halus atau makhluk gaib yang terdapat di wilayah tersebut. Demikianlah penggalan singkat kisah tentang asal usul nama puncak Nenemori di pegunungan Latimojong.

Hal penting yang perlu mendapat telaah dari legenda ini adalah nama "Nene-mori" itu sendiri. Sebutan 'Nene' tentunya mudah dimaknai bermakna "nenek" dalam bahasa Indonesia. Sementara itu "Mori" butuh analisa yang cukup panjang untuk mendapat makna yang sesungguhnya.

Sesungguhnya, terdapat banyak toponim dan etnonim yang menggunakan kata 'Mori' di pulau Sulawesi, seperti; Suku Mori di Sulawesi tengah, Pulau Mori di muara sungai Malili di Luwu Timur, dan Puncak Nene' Mori yang merupakan puncak kedua tertinggi di pegunungan Latimojong setelah puncak Rante Mario. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun