Jauh di ribuan tahun yang lalu, ketika doa dari bumi yang memanjat ke langit belum seramai hari ini, dari sebuah puncak gunung yang hening dan dingin, sebuah doa membelah langit malam -- meluncur deras ke langit tertinggi.
Diiringi tangisan sedu sedan, untaian kalimat doa beserta ikrar itu tercetus ke angkasa. Makhluk-makhluk di alam yang mendengar... dibuatnya tertegun, tak terkecuali para malaikat penjaga langit.Â
Malam itu, awal bencana terbesar dalam sejarah umat manusia dimulai. Itu adalah bencana terbesar kedua, setelah yang pertama yaitu saat diusirnya nenek moyang manusia keluar dari surga. Uniknya, penyebab terjadinya bencana masihlah orang yang sama.
Adegan permohonan doa itu terekam dalam Rigveda, hymne 7.77 :Â "dia juga mengajukan petisi untuk diberikan umur panjang, karena dia konsisten mengingatkan orang-orang akan waktu yang terbatas di bumi".Â
Tujuan permohonannya agar diberi umur panjang bisa dicermati pada hymne 1.48, yang berbunyi: "Dia yang memelihara/ merawat/ menjaga semua hal, layaknya seorang janda yang baik".
ia juga dikatakan "memancarkan cahaya yang diikuti oleh matahari (surya), yang mendesaknya untuk maju (3,61). Dia dipuji karena mengarahkan, atau diminta untuk mengusir kegelapan yang menindas". (7.78; 6.64; 10.172).Â
Dalam tradisi Rigveda, dia yang disebut sebagai "janda yang baik" lebih dikenal dengan nama Ushas.
Ushas adalah dewi yang paling mulia di Rig Veda. Ia dianggap setara dengan dewa (laki-laki) utama Veda. Ia dihormati sebagai yang menghidupkan kembali bumi setiap hari, mengusir kekacauan dan kegelapan, menggerakkan semua hal, mengirim semua makhluk hidup untuk melakukan tugas mereka.Â
Dalam "family books" dari Rig Veda, Ushas disebut sebagai putri ilahi. Menurut Sri Aurobindo (1872 -- 1950), seorang filsuf, yogi, guru, penyair, dan nasionalis India, Ushas adalah medium kebangkitan, aktivitas dan pertumbuhan dewa-dewa lain; ia adalah kondisi pertama dari realisasi "Veda" (sanskerta: pengetahuan dan kebijaksanaan). Ushas berasal dari bahasa Sanskerta "usa" yang berarti "fajar". Karena itu ia dikenal sebagai dewi fajar dalam tradisi Hindu.
Ya, sepeninggal Adam, Ibu Hawa mulai mengembangkan konsep "Adam sebagai guru paling awal yang kehadirannya bagaikan  matahari pagi yang menghilangkan gelap malam" yang, awalnya hanyalah ungkapan filosofis bergaya metafora semata, ia dorong ke tingkat yang lebih konkrit.