Dengan ukuran panjang kapal hingga 65 meter, dan dapat mengangkut hingga 600 orang, pada masa itu, pelayaran dengan muatan hewan bertubuh besar bukanlah suatu masalah. Setidaknya hal tersebut dapat kita cermati pada berita dalam kronik Cina yang mengatakan bahwa abad ke-7 utusan to-ho-lo yang berkunjung ke Negeri Cina, memohon untuk diberikan kuda-kuda dengan jenis yang baik, dan kaisar dikatakan mengabulkan permintaan tersebut.
Perkiraan letak wilayah kerajan Ho-ling di Pulau Sulawesi
Di pulau Sulawesi, Terdapat  suatu toponim kuno bernama "karatuan" yang menunjukkan keidentikan dengan dengan kata "kadatuan". Perbandingan keidentikan antara bentuk kata "karatuan" dan "kadatuan" secara jelas kiranya dapat kita lihat pada bentuk kata "kraton" dan "kdaton".
Karatuan jelas berasal dari akar kata "Ratu" demikian pula kadatuan berasal dari akar kata "Datu", dan bahwa hal ini merupakan wujud dari perubahan antara fonetis r dan d. Di sisi lain, dalam beberapa prasasti, nama Sriwijaya biasanya ditulis dengan sebuatan "Kadatuan Sriwijaya".
Dengan pertimbangan di atas, saya berasumsi bahwa penggunaan sebutan "Karatuan" pada wilayah-wilayah tertentu di pulau Sulawesi bisa jadi berlatar historis bahwa di tempat itu, pada masa lalu, adalah merupakan pusat kedatuan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, rekonstruksi perpindahan ibu kota She-po lebih ke Timur (ke wilayah Po-lu-chia-sseu) pada masa T'ien-pao (Tampa Balusu), saya perkirakan, yakni dari karatuang (wilayah tappalang, mamuju, Sulawesi Barat hari ini) atau Karataun (wilayah Kalumpang, Mamuju, Sulawesi Barat), ke wilayah Balusu (wilayah Toraja Utara hari ini). lihat gambar berikut...
Sementara itu, Karatuang di wilayah Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan hari ini, saya menduga menjadi pusat kerajaan/ Kedatuan beberapa ratus tahun kemudian. wilayah yang berada di ujung semenanjung pulau sulawesi ini tentunya  merupakan posisi yang strategis untuk melayani kegiatan pelayaran dan perdagangan yang telah ramai melintas dari wilayah barat ke timur Nusantara, ataupun sebaliknya.
Demikianlah interpretasi saya terkait informasi kerajaan Ho-ling yang bersumber dari kronik Cina. Lebih jauh mengenai Interpretasi lainnya yang merujuk pada nama wilayah (toponim) yang disebutkan dalam kronik Cina yang kelihatan sangat identik pula dengan nama wilayah yang ada di wilayah pulau Sulawesi, Insya Allah akan saya bahas pada tulisan selanjutnya.
baca juga:
- "Batu Pasui" di Karatuan, Mitologisasi Batu Gnomon Peninggalan kerajaan Ho-ling
- Tekstil Mesir Abad 3-4 M, Bernuansa Motif Toraja/ Bugis
- Genetik Aksara Nusantara, Formula Kunci Mengurai Sejarah
- Jejak Pedagan Nusantara di Asia Tengah pada Masa Kuno
Demikian ulasan ini, semoga bermanfaat... salam.
Bagi yang berminat membaca tulisan saya lainnya, bisa melihatnya di sini: kompasiana.com/fadlyandipa.
Fadly Bahari, Palopo 24 Maret 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H