Ho-ling juga disebut She-po, terletak di laut selatan. disebelah timurnya terdapat Po-li dan di sebelah baratnya terletak To-po-teng. Di sebelah selatannya adalah lautan, sedang di sebelah utaranya terdapat Chen-la.
Tembok kota dibuat dari tonggak-tonggak kayu. Raja tinggal di sebuah bangunan besar bertingkat, beratapkan daun palem (?), dan ia duduk di atas bangku yang terbuat dari gading. Dipergunakan pula tikar yang terbuat dari kulit lembu. Kalau makan, orang tidak menggunakan sendok atau sumpit, tetapi dengan tangan saja. Penduduknya mengenal tulisan dan sedikit tentang ilmu perbintangan.
Ho-ling menghasilkan kulit penyu, emas dan perak, cula badak, dan gading. Kerajaan ini amat makmur; ada sebuah gua (?), yang selalu mengeluarkan air garam.
Penduduk membuat minuman keras dari bunga kelapa (atau bunga aren). Bunga pohon ini panjangnya dapat mencapai tiga kaki, dan besarnya sama dengan tangan orang. Bunga ini dipotong, dan airnya ditampung dijadikan minuma keras; rasanya amat manis, tetapi orang cepat sekali mabuk dibuatnya.Â
Di Ho-ling banyak perempuan yang berbisa; apabila orang mengadakan hubungan kelamin dengan perempuan-perempuan itu, ia akan luka-luka bernanah dan akan mati, tetapi mayatnya tidak membusuk.
Di daerah pegunungan ada sebuah daerah yang bernama Lang-pi-ya, raja sering pergi ke sana untuk menikmati pemandangan laut. Apabila pada pertengahan musim panas orang mendirikan gnomon setinggi 8 kaki, bayangannya akan jatuh ke sebelah selatannya, da panjangnya dua kaki empat inci.
Dalam masa Chen-kuan (627-649 M), raja Ho-ling bersama dengan raja To-ho-lo dan To-po-teng, mengirimkan utusan ke CIna menyerahkan upeti. Kaisar memberikan surat jawaban dengan dibubuhi cap kekaisaran, dan ketika utusan To-ho-lo meminta kuda-kuda yang baik, permintaan itu dikabulkan oleh Kaisar.
Utusan dari Ho-ling datang lagi pada tahun-tahun 666, 767, dan 768. Utusan yang datang pada tahun 813 M (atau 815 M) mempersembahkan empat budak Sheng-chih (jenggi), burung kakatua yang bermacam-macam warnanya, burung p'in-chia (?),  dan benda-benda yang lain. Kaisar sangat berkenan hatinya, dan memberikan anugerah gelar kehormatan kepada utusan itu. Utusan itu mohon agar gelar itu diberikan saja kepada adiknya. Kaisar amat terkesan akan sikap itu, dan memberi anugerah gelar kehormatan kepada keduanya.
Pada tahun 674 M rakyat kerajaan itu menobatkan seorang perempuan sebagai ratu yaitu ratu Hzi-mo [Sima]. Pemerintahannya meskipun sangat keras akan tetapi adil.
Barang-barang yang terjatuh di jalan tidak ada yang berani menyentuhnya. Pada waktu raja orang-orang Ta-shih mendengar berita semacam itu, ia mengirim pundi-pundi berisi emas untuk diletakkan di jalan di negeri ratu Hsi-mo. Setiap orang yang melewatinya menyingkir; sampai tiga tahun pundi-pundi itu tidak ada yang menyentuhnya.Â
Pada suatu hari putra mahkota yang lewat di situ tanpa sengaja telah menginjaknya. Ratu sangat marah, dan akan memerintahkan hukuman mati terhadap putra mahkota.