Jelas dan sangat terlihat bahwa Jokowi mengetahui semua yang terjadi di Golkar. Jokowi tahu kubu ARB dekat dengan PDIP belakangan ini, Jokowi juga tahu bahwa JK sangat bernafsu menarik Golkar ke Pemerintahan.
Jokowi sejak awal memang tidak takut dengan kekuatan politik dari partai-partai. Setahun lebih memimpin negeri ini Jokowi sudah berkali-kali diserang KMP. Terasa menghentak memang serangannya. Tetapi yang lebih menohok ketika diserang dan ditekan PDIP dan partai-partai pendukungnya. Sakitnya tuh disini, kalau boleh diistilahkannya. Jadi untuk Jokowi sendiri tidak ada kepentingannya Golkar akan bergabung ke Pemerintah atau tidak. Apalagi sebelumnya PAN sudah merapat sehingga kubu KMP tidak akan segalak sebelumnya.
Yang penting bagi Jokowi adalah suasana politik kondusif. Jokowi tidak menginginkan adanya kegaduhan politik terus-terusan. Konflik Golkar nyata-nyata membuat Parlemen selalu gaduh. Ini harus diakhiri. Dan akhirnya Jokowi memanggil Agung Laksono dan ARB ke Istana untuk mencari tahu lebih jelas apa permasalahannya. Clear, Jokowi sudah tahu apa yang harus dilakukannya.
Sikap PDIP kepada ARB yang lembut dan nafsunya JK menarik Golkar juga menjadi pertimbangan Jokowi. Begitu juga dengan masukan dari Luhut Panjaitan dan tim penasehatnya yang akhirnya semuanya membuat Jokowi mengambil pertimbangan kuat untuk memilih salah satu kubu yang bertikai.
Dua kekuatan besar yang setara bila dibiarkan berperang maka akan terjadi perang yang panjang dan kehancuran yang fatal, tetapi bila salah satunya lebih besar kekuatannya maka perang akan cepat selesai dan kehancuran fatal bisa dihindari.
Jokowi memilih “merestui” keinginan Aburizal. Tidak penting bagi Jokowi tentang siapa yang menjadi penguasa Golkar. Tidak ada dampaknya buat Jokowi. Lebih berdampak buruh kegaduhan politik berkepanjangan daripada mengurusi siapa Ketua Umum Golkar. Inilah salah satu pertimbangannya hingga akhirnya Jokowi bersedia mengutus Luhut Panjaitan menghadiri Rapimnas yang diselenggarakan kubu Ical.
Pertimbangan Jokowi itu juga searah dengan yang diinginkan PDIP. Beda kepentingan sebenarnya tetapi searah. PDIP ingin membantu Ical karena berharap Ical, Setya Novanto dan kawan-kawan akan terus membantu kepentingan PDIP di Parlemen sementara untuk Jokowi yang penting kegaduhan politik ini berhenti.
Dan akhirnya hanya ingin menghimbau kepada Agung Laksono. Berhentilah bermimpi untuk menjadi Ketua Umum Golkar. Lupakan saja keinginan itu. Ical sudah didukung JK, PDIP hingga Jokowi. Biarkan Ical melaksanakan Munaslub sesuai dengan keinginannya. Berdoa sajalah bahwa pada saat Munaslub nanti akan terjadi perubahan kekuatan di DPD-DPD sehingga yang akan menjadi Ketua Umum nanti bukanlah orang-orang Ical sehingga Golkar bisa lebih baik lagi. Hehehee..
Segitu aja masbro, pengamatan politik dari wong gunung. :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H