Keberuntungan Ical juga saat itu adalah Ical masih didukung oleh Kader-kader Golkar berpengaruh yang berhasil tembus ke Senayan dan menjadi Legisl atif. Sebut saja nama Setya Novanto, Ade Komarudin, Roem Kono, Firman Soebagyo, Azis Syamsudin, Bambang Soesatyo dan lain-lainnya. Sementara Agung Laksono yang didukung Priyo Budi dan lainnya tidak punya pendukung kuat dari kader Golkar yang berhasil tembus ke Senayan.Â
Disinilah kekalahan Agung yang pertama dari Ical. Di sisi lain mayoritas DPD-DPD Tingkat 1 Golkar memang masih dalam genggaman Ical. Tentu kita  masih ingat ketika Rapimnas Golkar 2013 dimana sudah jelas Elektabilitas Ical jeblok tetapi hasil Rapimnas tersebut mayoritas DPD merekomendasikan ARB menjadi Capres dari Golkar.
Jadi pada akhir 2014 kemarin meskipun Agung Laksono didukung JK dan PDIP tetapi Agung tidak berhasil mempengaruhi kader-kader Golkar untuk menyelenggarakan Munas. Selain kekuatan Ical ada di DPR lewat Setya Novanto Cs, Ical juga menguasai DPD-DPD Tingkat 1 dan ditambah masih ada dukungan (waktu itu) dari Akbar Tanjung, Muladi dan lainnya.
Akhirnya kita saksikan sama-sama Ical berhasil mengkadali kubu Agung dan JK dengan membuat Rapimnas Jogja 2014 yang panityanya adalah orang-orang  Ical disusul dengan Munas Bali. Agung tidak mau kalah dan membuat Munas Jakarta dan segera meminta Pengesahan dari Menkumham Yasona Laoly yang merupakan kader PDIP. Berhasil dan PDIP memang membantu Agung sehingga Munas Jakarta mendapatkan Pengesahan dari Menkumham.
Kemudian kubu Ical tidak terima dan menggugat berkali-kali lewat PTUN dan 2 Pengadilan Negeri sekaligus hingga akhirnya konflik Golkar berlanjut sampai Desember 2015. Inilah konflik Golkar terpanjang selama sejarah Golkar.
Putusan Kasasi dari MA yang terakhir adalah Munas yang sah adalah Munas Riau 2009 dimana Ketua hasil Munas tersebut adalah ARB sehingga sampai Desember 2015 Ketua Golkar yang sah sepanjang 2015 adalah ARB. Begitulah keberuntungan dari Ical.
JK YANG TAK PERNAH BERHENTI BERMANUVER DAN AKHIRNYA BERMAIN DUA KAKI
JK punya hutang sama Megawati. Pada saat sebelum Pilpres JK meyakinkan Megawati bahwa dirinya akan mampu membawa Golkar mendukung Jokowi. Oleh sebab itu JK sangat berusaha membantu Agung Laksono untuk menarik Golkar kedalam kabinet Jokowi sejak saat dirinya dilantik hingga akhir tahun 2015.
Faktanya  JK mendapatkan perlawanan keras dari  Ical yang didukung Setya Novanto dan kawan-kawan di DPR. Ical juga didukung Akbar Tanjung yang masih sakit hati pada JK ketika Golkar direbut JK sewaktu jadi Wapres SBY. Lalu kemudian JK mencari cara lain yaitu menghantam “pondasi terkuat “ ARB yang berada di DPR. Sudah jelas sasarannya adalah Setya Novanto. JK melakukannya dengan bantuan kaki-tangannya Sudirman Said dengan isu Papa Minta Saham. Tetapi ternyata Setya Novanto sangat tangguh dan tidak diduga Setnov didukung PDIP. JK pun akhirnya mental dengan sendirinya.
Sebenarnya PDIP sudah tidak mempermasalahkan janji JK untuk bisa menarik gerbong Golkar. Faktanya dalam setengah tahun terakhir Golkar yang dipimpin Setya Novanto di DPR sangat koorporatif dengan PDIP. Mulai dari meloloskan APBN 2016 hingga meloloskan RUU KPK dan RUU Pengampunan Pajak dan lain-lainnya. Makanya PDIP iklas saja membantu Setya Novanto di MKD.
Di sisi lain JK belakangan ini posisinya terpojok. Keberadaan Luhut menjadi Menko Polhukam dan keberadaan Rizal Ramli membuat JK tak berkutik. JK juga sudah berseteru dengan elit PDIP di Kasus Pelindo II. Begitu juga dengan PKB dalam urusan PSSI. Belum lagi nanti PAN masuk juga ke cabinet menambah persaingan di Ring 1.. Intinya JK saat ini butuh kekuatan politik lagi.