*
Suami saya hanya akan berada di rumah sesekali saja, itu pun tidak setiap hari dia bisa berleha-leha menghabiskan waktu dengan leluasa. Selalu saja ada panggilan telepon yang mengganggu kemesraan kami. Tapi tidak malam ini. Sebelum tengah malam, dia sudah menghampiri dengan pakaian serba putih yang belum sempat dia ganti. Saya memintanya terlebih dulu untuk mandi. Bukan apa-apa, saya cuma tidak terbiasa dengan bau obat-obatan yang tertinggal di bajunya. Bukankah malam ini kami akan bercinta?
"Apa yang sedang kamu pikirkan, sayang?" Dia melepas jas putihnya, menghampiri saya yang duduk melamun di atas kasur.
Saya mengunggah senyum. "Kita."
"Kenapa kita?"
"Kenapa harus orang lain?"
"Maksudku, ada apa dengan kita?" tanyanya.
Saya beringsut dari tempat tidur--yang selalu menjajikan permainan sex yang panas--dengan rasa gerah. Orang-orang itu benar. Ada yang salah dengan pernikahan kami.
"Sayang, kamu kenapa? Sudah minum obat?" Lagi-lagi pertanyaan itu yang terlontar.
"Ernest, apa kita baik-baik saja?"
"Ada apa? Memangnya kita kenapa?"