Mohon tunggu...
GoneGone
GoneGone Mohon Tunggu... Wiraswasta - Tukang Ketik

Menulis, Membaca, Berpetualang dan Bercinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Paprika

31 Januari 2023   17:11 Diperbarui: 31 Januari 2023   17:13 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oke. Kalau begitu Mama berangkat kerja dulu ya."

Mama dan Si Babi Jantan meninggalkan aku bersama Paprika. Kami berdua hanya diam saling tatap di meja makan. Mama memang tidak pernah memiliki asisten rumah, dia percaya aku sudah dewasa dan bisa merawat diri dengan baik. Rumahku juga tidak terlalu besar, jadi biasanya Mama menyewa jasa cleaning service yang rutin membersihkan rumah setiap seminggu sekali. Mama juga suka memasak, dia selalu menyiapkan makanan yang banyak agar aku tidak kelaparan sampai Mama pulang nanti. Mama memang terlampau baik dan sempurna untuk menjadi isteri dari seorang babi jantan. Aku kecewa mengingat hal itu.

Paprika tetap menjaga jarak dan aku memikirkan banyak hal ketika memerhatikan wajah oriental itu. Sama sekali tidak ada mirip-miripnya dengan Si Babi Jantan. Jangan-jangan Paprika juga sama sepertiku, dia bukan anak kandung babi jantan. Ibunya seorang pelacur yang bingung harus memilih siapa laki-laki yang bertanggungjawab atas kehamilannya. Lalu Si Babi Jantan itu satu-satunya yang bersedia menanggung hak asuh. Bisa saja 'kan?

Bola mata Paprika memutar seperti ingin mengatakan sesuatu padaku. Kata-kata yang mungkin saja tidak pernah kudengar sebelumnya.

"Aku tidak suka ibumu, dasar kerdil!" Bibirnya menyungging senyum sinis, aku menyukainya.

Tinggi badanku cuma 150 dan tidak pernah bertambah lagi meski aku sudah minum berbagai jenis obat peninggi badan. Tak apa, dia memang pantas mengataiku. Aku tetap suka Paprika. Dia terlihat semakin seksi ketika mengumpat.

"Dan aku sangat membencimu," lanjutnya.

Aku masih diam. Suaranya benar-benar merdu. Aku semakin tertarik untuk menidurinya.

"Apa kamu mau berenang bersamaku?" Aku tetap bertanya meski tahu jawaban apa yang akan dia berikan.

"Jangan harap!" Paprika kemudian melenggang pergi ke kamarnya.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun