Tentang Dirinya
Nok Yayu, yang sering dipanggil Bu Yayu oleh murid-murid dan rekan kerjanya, adalah seorang guru yang lahir di Ciamis, Jawa Barat, pada tanggal 6 September 1972. Beliau merupakan anak bungsu dari delapan bersaudara, yang lahir dari pasangan almarhum Bapak Imam Harmaen dan almarhumah Ibu Endah. Kehidupan masa kecilnya di Ciamis penuh dengan kehangatan keluarga yang mendukung penuh Pendidikan dan kegiatan positif.
Lingkungan keluarga yang harmonis dan penuh perhatian tersebut menjadi pondasi yang kuat dalam membentuk kepribadian Bu Yayu. Ia tumbuh menjadi seorang individu yang mandiri, disiplin dan tekun dalam menjalani setiap aspek kehidupan. Didikan orang tua yang bijak sana serta perhatian dari saudara -- saudaranya memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan karakter dan prinsip hidup yang ia pegang teguh hingga saat ini.
Almarhumah Ibu Endah memiliki peran besar dalam membentuk karakter Bu Yayu. Sebagai seorang ibu yang bijaksana, beliau selalu menanamkan nilai-nilai moral, seperti pentingnya adab, tata krama, kebaikan hati, dan budi pekerti yang luhur. Nilai-nilai ini menjadi fondasi yang kuat bagi Bu Yayu dalam menjalani kehidupannya. Sosok sang ibu menjadi panutan, sehingga Bu Yayu selalu berusaha menjalankan ajaran-ajaran tersebut dalam setiap aspek kehidupannya.
Saat ini, Bu Yayu tinggal di Purwakarta Bersama keluarganya dan telah mengabdikan diri sebagai guru selama lebih dari delapan belas tahun. Kehidupan beliau tidak hanya sosok ibu yang penuh kasih sayang, seorang istri yang setia, serta seorang guru yang berkomitmen tinggi terhadap Pendidikan anak bangsa. Komitmen beliau dalam dunia Pendidikan menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata terhadap pembentukan generasi muda yang berkarakter dan berprestasi.
Riwayat Pendidikan
Perjalanan Pendidikan Bu Yayu dimulai dari sekolah dasar di SD Kertaraharja, sebuah sekolah yang tidak jauh dari rumahnya. Sejak usia dini, beliau sudah menunjukkan semangat belajar yang tinggi dan rasa ingin tahu yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Setelah meyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD), Bu Yayu melanjutkan ke SMP Negeri Panumbangan. Selama di bangku SMP, mata Pelajaran favorit beliau adalah Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Pada Pelajaran ini menggambarkan karakter beliau yang aktif dan senang dengan olahraga.
Setelah lulus SMP, Bu Yayu melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) di Bandung pada tahun 1988. Selama tiga tahun menempuh Pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG), beliau tinggal Bersama kakaknya yang keempat di Bandung. Kehidupan di Bandung memberikan pengalaman berharga bagi Bu Yayu. Selain belajar tentang metode pengajaran dan pedagogi, beliau juga belajar untuk hidup mandiri jauh dari keluarga inti. Kehidupan mandiri tersebut menempa beliau menjadi pribadi yang Tangguh dan bertanggung jawab.
Setelah menyelesaikan Pendidikan di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) pada tahun 1991, Bu Yayu melanjutkan perjalanan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, beliau memilih untuk menimba ilmu di Universitas Islam Nusantara (UNINUS), sebuah perguran tinggi di Bandung. Di universitas tersebut, Bu Yayu mengambil program studi Bahasa Indonesia pada jenjang sarjana (S1), sebuah pilihan yang sesuai dengan minat kemampunyannya dalam bidang Pendidikan dan Bahasa.
Selama masa kuliah, Bu Yayu dikenal sebagai mahasiswi yang penuh semangat, aktif dalam berbagai kegiatan, dan memiliki karakter yang tegas. Sifatnya yang disiplin dan bertanggung jawab sering kali menjadi sorotan di lingkungan akademik. Meskipun beberapa teman -- temannya menganggapnya sebagai sosok yang cerewet dan galak, pandangan tersebut lebih mencerminkan dedikasi dan komitmen tinggi beliau terhadap tugas -- tugas dan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa. Sikap tersebut justru menunjukkan keinginannya untuk selalu memberikan yang terbaik, baik dalam belajar maupun dalam berinteraksi dengan rekan -- rekan seangkatannya.
Berbagai tantangan yang dihadapinya selama menempuh pendidikan tidak menyurutkan langkah Bu Yayu. Dengan ketekunan dan kerja keras, beliau berhasil menyelesaikan studimya di Universitas Islam Nusantara (UNINUS) pada tahun 1996. Gelar sarjana yang diraihnya menjadi titik awal yang kokoh bagi kariernya sebagai seorang pendidik yang berdedikasi tinggi.
Setelah Pendidikan
Setelah menyelesaikan Pendidikan di Bandung, Bu Yayu Kembali ke kampung halamannya di Ciamis. Tidak lama setelah kepulangannya, pada bulan Desember 1997, beliau menikah dengan Bapak Suherman, seorang pria yang kemudian menjadi pasangan hidup sekaligus mitra setia dalam perjalanan hidupnya. Pernikahan ini membawa kebahagiaan baru bagi Bu Yayu, sekaligus membuka babak baru dalam kehidupannya.
Pada bulan September 1998, Bu Yayu melahirkan anak pertamanya di Ciamis. Kehadiran buah hati pertama memberikan warna baru dalam kehidupannya, sekaligus memperkuat peran beliau sebagai seorang ibu. Pada tahun 2000, keluarga kecil Bu Yayu memutuskan untuk pindah ke Jakarta mengikuti pekerjaan sang suami. Di Jakarti Bu Yayu memilih fokus menjadi ibu rumah tangga untuk mengurus anak-anaknya.
Masa awal tinggal di Jakarta tidaklah mudah, keluarga Bu Yayu harus tinggal di rumah kontrakan karena belum memiliki rumah sendiri. Namun, keterbatasan ini tidak membuat Bu Yayu patah semangat. Beliau menjalani kehidupan dengan rasa Syukur dan tetap optimis terhadap masa depan. Pada bulan Mei 2003, beliau melahirkan anak keduanya, yang semakin melengkapi kebahagiaan keluarganya.
Pada tahun 2005, keluarga Bu Yayu memutukan untuk pindah ke Purwakarta. Keputusan ini diambil karena kakaknya yang kelima tinggal di Purwakarta dan berprofersi sebagai guru di sana. Kehadiran kakak di Purwakarta memberikan dukungan moral dan praktis bagi keluarga Bu Yayu, sehingga mereka memutuskan untuk menetap di sana dan membeli rumah. Hingga kini, rumah tersebut menjadi tempat tinggal mereka.
Sebagai seorang ibu, Bu Yayu tidak hanya mendidik anak-anaknya dengan kasih sayang, tetapi juga dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat. Beliau selalu menanamkan pentingnya sholat sebagai pondasi kehidupan. Berkat didikan tersebut, anak-anak beliau tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap tuhan, keluarga, dan diri mereka sendiri.
Karir Sebagai Guru
Setelah menetap di Purwakarta, pada tahun 2006, Bu Yayu memulai karirnya sebagai guru honorer di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) di daerah Purwakarta. Langkah ini menjadi awal perjalanan panjangnya dalam dunia Pendidikan, sebuah profesi yang ia jalani dengan sepenuh hati dan dedikasi. Selama tujuh belas tahun, Bu Yayu setia mengabdikan diri sebagai guru honorer, meskipun perjalanan tersebut dipenuhi dengan berbagai tantangan yang tidak mudak untuk dihadapi. Dari segi ekonomi, penghasilan sebagai guru honorer sering kali jauh dari kata mencukupi untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Namun, kondisi tersebut tidak pernah mematahkan semangat Bu Yayu. Beliau selalu menjalani profesinya dengan penuh rasa Syukur, menyadari bahwa mendidik generasi muda adalah panggilan hati yang bernilai luhur. Setiap tantangan yang dihadapinya justru dijadikan sebagai motivasi untuk terus maju dan memberikan yang terbaik bagi murid -- muridnya.
Keteguhan hati beliau terlihat dari bagaimana beliau tetap konsisten mengajar meskipun dihadapan pada berbagai keterbatasan. Dengan semangat yang tak pernah padam, beliau tidak hanya mengajarkan ilmu kepada siswa -- siswanya, tetapi juga menanamkan nilai -- nilai kehidupan, seperti disiplin, kerja keras, dan rasa hormat terhadap sesame. Peran beliau sebagai guru honorer menjadi salah satu bentuk pengabdian nyata terhadap dunia Pendidikan, meskipun sering kali perjuangannya berjalan tanpa penghargaan yang memadai dari segi materi.
Dengan segala dedikasi dan ketulusan yang dimilikinya, Bu Yayu membuktikan bahwa menjadi seorang guru adalah komitmen untuk menciptakan perubahan positif, bukan semata -- mata mencari penghargaan atau imbilan. Hal ini menjadikan beliau sosok inspiratif yang patut dicontoh, baik oleh rekan -- rekan kerjanya maupun oleh generasi muda yang kelak akan melanjutkan perjuangan dalam dunia pendidikan.
Sebagai seorang guru, Bu Yayu tidak hanya mengajarkan mata Pelajaran kepada siswa-siswanya, tetapi juga menjadi wali kelas yang memberikan arahan yang baik kepada siswa-siswanya. Dengan keteladanan dan kasih sayang, beliau menciptakan suasana belajar yang menyenagkan sekaligus bermakna.
Pada tahun 2024, perjuangan Bu Yayu membuahkan hasil. Setelah melalui proses seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang penuh tantangan, beliau berhasil diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Proses ini tidak mudah, mengingat persaingan ketat dan banyaknya ujian yang harus dihadapi. Namun, semangat juang dan doa beliau akhirnya membuahkan hasil.
Setelah resmi diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), Bu Yayu mendapatkan penugasan baru yang mengharuskannya berpindah ke sekolah lain. Perpindahan ini menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan karirnya, karena beliau harus meninggalkan sekolah lamanya, tempat di mana ia telah mengabdikan diri selama tujuh belas tahun. Sekolah tersebut bukan hanya sekadar tempat bekerja bagi Bu Yayu, tetapi telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya, tempat di mana ia menanamkan dedikasi, cinta, dan pengabdian yang tulus dalam mendidik generasi muda. Meski harus berpisah dengan lingkungan yang penuh kenangan dan hubungan emosional yang mendalam, Bu Yayu menerima penugasan baru ini dengan lapang dada dan hati yang Ikhlas. Baginya, perubahan adalah bagian dari proses kehidupan, dan tugas baru ini merupakan Amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab. Dengan semangat yang sama seperti sebelumnya, beliau siap memberikan yang terbaik di tempat yang baru, melanjutkan kontribusi besarnya dalam dunia Pendidikan.
Penugasan ke sekolah baru tidak mengurangi sedikit pun semangat dan komitmen Bu Yayu sebagai seorang pendidik. Sebaliknya, beliau melihatnya sebagai peluang untuk berbagi pengalaman, mempeluas wawasan, dan memberikan dampak positif, yang lebih luas kepada murid -- murid baru yang akan diasuhnya. Sikapnya yang tegas, penuh dedikasi, dan berorientasi pada pengembangan karakter siswa terus menjadi ciri khasnya yang selalu dikenang oleh semua pihak. Dengan berpindah ke sekolah baru, Bu Yayu membuktikan bahwa pengabdian seorang guru sejati tidak terikat pada tempat atau Lokasi tertentu, melaikan pada niat mulia untuk mencerdaskan anak bangsa di mana pun beliau ditempatkan. Langkah ini menjadi babak baru dalam karirnya, yang tentunya akan dipenuhi dengan semangat baru dan harapan besar untuk terus menciptakan perubahan positif dalam dunia Pendidikan.
Selalu Berbuat dan Berprilaku Baik
Salah satu prinsip hidup yang senantiasa dipegang teguh oleh Bu Yayu adalah "selalu berbuat dan berperilaku baik." Prinsip ini menjadi pedoman utama dalam setiap langkah kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Bagi Bu Yayu, kebaikan adalah nilai universal yang tidak hanya mendatangkan kebahagiaan bagi dirinya sendiri, tetapi juga menciptakan dampak positif yang meluas bagi orang -- orang di sekitarnya. Bu Yayu meyakini bahwa setiap perbuatan baik, sekecil apa pun, memiliki kekuatan untuk menyebarkan energi positif yang dapat menginspirasi dan mempererat hubungan antar manusia. Filosofi hidup beliau terlihat jelas dalam sikapnya yang selalu ramah, tulus, dan penuh perhatian terhadap sesama. Beliau senantiasa siap membantu orang lain dengan sepenuh hati, tanpa pamrih, karena baginya kebahagiaan sejati adalah ketika ia mampu memberikan manfaat dan kebahagiaan kepada orang lain.
Prinsip ini tidak hanya menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi fondasi dalam menjalankan profesinya sebagai seorang pendidik. Dalam mengajar, Bu Yayu selalu berupaya menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada murid-muridnya, percaya bahwa karakter yang baik adalah kunci untuk menciptakan generasi yang unggul dan berbudi pekerti luhur. Keteladanan yang ia tunjukkan menjadi bukti nyata bahwa prinsip hidup yang sederhana namun penuh makna ini mampu menciptakan perubahan positif yang besar, baik dalam skala kecil maupun besar. Dengan menjadikan kebaikan sebagai landasan hidup, Bu Yayu tidak hanya berhasil membangun hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitarnya, tetapi juga memberikan inspirasi kepada mereka untuk ikut menyebarkan kebaikan, menciptakan dunia yang lebih damai dan penuh kasih sayang.
Selain itu, Bu Yayu selalu berusaha untuk berpikir positif dalam menghadapi berbagai tekanan dan situasi sulit yang ia temui dalam kehidupan. Baginya, rasa syukur adalah kunci utama untuk tetap tegar dan bahagia meski berada dalam kondisi yang tidak ideal. Ia percaya bahwa dengan bersyukur, seseorang dapat melihat sisi baik dari setiap pengalaman, baik yang menyenangkan maupun yang penuh tantangan. Bagi Bu Yayu, kebahagiaan sejati adalah perasaan positif yang muncul ketika tujuan hidup tercapai, baik dalam hal-hal kecil maupun dalam pencapaian besar yang membutuhkan perjuangan panjang.
Beliau percaya bahwa dengan bersyukur, seseorang mampu melihat hikmah dan pelajaran berharga dari setiap peristiwa, baik yang menggembirakan maupun yang penuh dengan ujian. Sikap ini tidak hanya membuatnya lebih tangguh, tetapi juga membantu beliau tetap fokus pada solusi, alih-alih terjebak dalam kesulitan. Rasa syukur juga mengajarkan Bu Yayu untuk menghargai setiap pencapaian, sekecil apa pun, sebagai langkah berharga menuju tujuan hidup yang lebih besar.
Bagi Bu Yayu, kebahagiaan sejati bukanlah tentang pencapaian materi semata, melainkan perasaan positif yang muncul ketika seseorang dapat menikmati proses perjalanan hidup, termasuk saat mencapai tujuan, baik itu dalam hal-hal kecil maupun dalam pencapaian besar yang membutuhkan perjuangan panjang dan konsistensi. Pandangan ini tidak hanya menjadi penguat bagi dirinya sendiri, tetapi juga menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitarnya untuk selalu bersikap optimis dan bersyukur dalam menjalani hidup.
Salah satu impian besar yang ingin dicapai oleh Bu Yayu adalah melaksanakan ibadah haji bersama keluarganya. Impian ini bukan hanya sekedar perjalanan fisik, tetapi mencerminkan komitmennya yang mendalam terhadap nilai -- nilai agama serta pentingnya kebersamaan keluarga. Bagi Bu Yayu, ibadah haji merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada Tuhan, sebuah perjalanan suci yang sarat dengan makna syukur dan penghormatan atas segala nikmat serta berkah yang telah ia terima sepanjang hidupnya.
Bu Yayu percaya bahwa ibadah haji adalah kesempatan untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta secara utuh, baik secara spiritual maupun emosional. Dalam setiap doa yang ia panjatkan, terselip harapan dan tekad yang kuat untuk dapat mewujudkan perjalanan tersebut bersama orang -- orang tercinta. Baginya, kebersamaan dalam menunaikan ibadah haji adalah simbol keharmonisan keluarga yang dilandasi oleh nilai -- nilai keimanan dan cinta kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI