Bersamaan dengan itu karya sastra diciptakan oleh penulis sebagai wadah bagi penulis untuk mengekspresikan dirinya melalui berbagai bentuk karya sastra dan menyajikan pengalaman penulis kepada penikmat karya sastra (masyarakat).
Selanjutnya, penelitian mengenai nilai-nilai budaya memiliki potensi besar untuk menjadi sumber pembelajaran, baik bagi peneliti sendiri maupun bagi masyarakat luas. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan.Â
Pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai budaya tidak hanya memberikan wawasan tentang tradisi dan kearifan lokal, tetapi juga membawa manfaat nyata dalam kehidupan sehari-hari.Â
Melalui pembelajaran nilai-nilai budaya, individu dapat merenungkan dan memperbaiki perilaku yang kurang baik, baik yang berhubungan dengan diri sendiri, interaksi dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan dan alam semesta. Dengan demikian, nilai-nilai budaya tidak hanya berfungsi sebagai cerminan masa lalu, tetapi juga sebagai pedoman etika dan moral untuk kehidupan yang lebih harmonis dan bertanggung jawab.Â
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam upaya perbaikan diri serta memperkuat kesadaran sosial dan lingkungan yang lebih baik di tengah masyarakat.
Salah satu novel yang mengandung nilai budaya adalah novel Dompet Ayah Sepatu Ibu. Peneliti memilih novel tersebut didasari oleh beberapa alasan, sebelumnya peneliti telah membaca novel tersebut.Â
Dari pembacaan tersebut, peneliti menemukan gambaran nilai-nilai budaya, meliputi beberapa aspek, diantaranya yaitu terkait hubungan manusia dengan dirinya, hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan manusia dengan sesamanya, serta hubungan manusia dengan masyarakat.
Novel Dompet Ayah Sepatu Ibu ini mengangkat tema perjuangan hidup dan kekeluargaan. Tokoh utama, Zenna, digambarkan sebagai perempuan yang cerdas, rajin, dan pantang menyerah. Zenna harus menanggung beban ekonomi keluarganya sejak kecil dan menjadi tulang punggung keluarganya.Â
Tokoh lain, Asrul, juga mengalami perjuangan hidupnya sendiri. Ia berjuang untuk menjadi Uwais Alqarni, lelaki yang hidup di zaman Nabi Muhammad dan dikenal karena memuliakan ibunya. Asrul dan Zenna akhirnya bertemu di universitas dan memutuskan untuk menjalani hidup bersama.
Novel ini menyajikan pengalaman emosional yang cukup berat, tetapi juga diselingi dengan humor yang menggelitik. Pembaca akan diajak menyelam pada pahit manis kehidupan Zenna dan Asrul, suka duka, lika liku yang begitu berat.Â
Kedua tokoh utama ini bermodalkan semangat dan kerja keras untuk mencapai impian mereka. Asrul menjadi mahasiswa sambil merawat mimpinya sebagai wartawan, sedangkan Zenna menjadi sarjana dan kemudian guru PNS.