"Tunggu, Kak Mega!" Tomi berhasil menghentikan langkahku. Seketika jantungku berhenti berdetak, bola mataku membulat seperti bola pingpong. Bagaimana dia bisa tahu namaku? Padahal selama pertemuan kami tak sekalipun aku menyebutkan nama.
"Sebagai balasan kebaikan hati Kakak, aku akan menyanyikan lagu yang dilarang itu. Tapi dengan satu syarat ...." Tomi menggantungkan ucapannya.
Tiba-tiba telingaku berdengung, suara di sekitarku lambat laun menghilang, bahkan seiring Tomi menggenjreng kentrung. Ada apa ini? Rohku seolah ditarik oleh sesuatu namun aku tak paham. Mengapa? Sebenarnya kenapa ini? Adakah yang salah dengan diriku?
Benarkah tubuhku dapat menembus ruang dan waktu?
***
"AWAS!!!"
Aku terbeliak kesadaranku ditarik kembali oleh genggaman tangan seseorang yang begitu kuat.
"KAU BISA MATI BODOH!" teriaknya. Saat itu pula aku mematung, seunit truk bermuatan hilang kendali. Truk itu berkecepatan tinggi, menabrak siapa saja yang menghalangi jalannya.
Apa yang terjadi? Batinku dengan seegala pikiran yang kacau. Aku berbalik hendak melihat wajah orang yang menyelamatkan nyawaku. Bahkan aku merasakan airmata itu terbendung.
"Terima kasih," rengekku.
Pria yang baik dengan kaos putih dibalut jas cream serta tas selempangnya berwarna coklat. Dia membawaku ke tepi jalan sembari memberikanku sebotol air mineral. Aku menerimanya dengan senang hati lantaran kuteguk air tersebut sampai habis. Hari ini cuaca panas sekali ya? Ramalan cuaca yang kulihat di televisi tadi pagi mengatakan kalau sekarang mendung. Tapi mengapa aku bisa sehaus ini? Memang tinggal di iklim tropis tak bisa diajak konfirmasi.