Mohon tunggu...
Eyrine Tanjung
Eyrine Tanjung Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA

Menulis dengan hati, menyelidiki dengan akal, dan melaporkan dengan keberanian itu adalah esensi jurnalisme. - Saya suka membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Serangkai Kebaikan

5 September 2024   14:49 Diperbarui: 13 Oktober 2024   20:10 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis cerpen

Liam pun dengan senang hati membantu temannya memahami cara mengerjakan soal matematika itu. Setelah mereka paham, barulah mereka dapat mengerjakan soalnya.

Bel istirahat pun berbunyi menandakan istirahat, lagi-lagi Liam hanya berdiam diri di kelas dengan coretan-coretan di belakang bukunya. Wali kelasnya sudah sering memperhatikan Liam termenung di kelas. Hari ini, Anto tak bisa menemani Liam. Anto sedang bermain bola dengan teman-teman lainnya di lapangan. Ibu Eva menghubungi orang tua Liam tanpa Liam ketahui, bertanya, mengapa Liam jarang keluar kelas saat istirahat untuk bermain atau jajan di kantin sekolah dan juga tak membawa bekal.

Ibu Liam yang merespon pun menjawab bahwa anaknya itu selalu dibuatkan bekal setiap hari. Justru, Ibu Liam bingung dengan pertanyaan Bu Eva. Sebaliknya, Bu Eva mungkin mengira bahwa bekalnya Liam sudah dimakannya sejak pagi, sebelum pelajaran dimulai.

***

Pulang sekolah, setelah Liam pulang ke rumah, Ibu bertanya kepada Liam mengenai bekal yang selalu Ibu sediakan sebelum berangkat. Liam tertegun mendengar perkataan Ibu yang tadi siang dihubungi oleh wali kelasnya karena hanya diam tak makan ataupun main.

Liam pun menceritakan hal yang sebenarnya terjadi selama ini. Liam berkata, bahwa sejak hari Senin itu, ia bertemu dengan seorang anak laki-laki yang sebayanya. Namanya Dodi, ia tak punya uang untuk sekolah, bahkan untuk makan sehari-hari. Dodi tinggal dengan ibu dan satu adiknya di sebuah gubuk kecil di gang sempit yang kumuh dekat sekolahnya. Dodi telah putus sekolah sejak ayahnya meninggal. Anak itu harus banting tulang sebagai punggung keluarga menjadi pemulung sampah dengan hasil yang relatif kecil untuk menyambung hidup keluarganya.

Liam selalu memberikan bekalnya untuk mereka makan pagi hingga siang. Sedangkan untuk makan malam, mereka dapat menggunakan hasil memulung barang bekas dan sampah dari toko-toko maupun pinggiran jalan. Terkadang, Liam juga menyisihkan uang saku yang diberikan Ayah saat ingin berangkat bekerja. Biasanya, Ayah tak tanggung-tanggung memberi Liam sedikit uang untuk jajan selama seminggu. Jadi, Liam bisa menghemat sedikit uangnya untuk ditabung juga.

Ibu Liam merasa tersentuh dengan cerita Liam. Sungguh berhati mulia anak tunggalnya itu. Mulai esok, Ibu Liam akan membungkus bekal lebih untuk Liam dan temannya itu, agar Liam juga tak kelaparan di sekolah. Ibu Liam tak salah mendidik anakya, Liam telah menjadi anak yang baik, jujur, dan berbudi luhur. Liam adalah anak pintar yang berbudi dermawan seperti namanya. Ibu Liam berpikir, bahwa Liam kelak akan menuai kebaikan yang selama ini ia tanam dengan hati yang ikhlas.

***

Cerita ini mengandung pesan moral yang sangat menyentuh tentang kepedulian dan kebaikan hati seorang anak kecil, Liam. Meskipun masih duduk di bangku sekolah dasar, Liam sudah menunjukkan rasa empati yang besar dengan membantu orang-orang di sekitarnya, baik itu wanita tua yang ia bantu mendorong gerobak, maupun temannya yang membutuhkan bekal makanan. Ada juga pesan tersirat tentang pentingnya menghargai makanan dan tidak menyia-nyiakannya, yang disampaikan melalui dialog antara Liam dan Anto. Sikap Liam yang rela berbagi bekal dengan Dodi, seorang anak yang kurang beruntung, menggambarkan betapa tulus hatinya dalam membantu sesama. 

Meskipun masih muda, dia sudah memiliki kesadaran sosial yang tinggi dan keberanian untuk berbuat baik, bahkan tanpa mengharapkan imbalan. Bagian akhir cerita ini semakin memperkuat makna bahwa kebaikan hati akan selalu mendapatkan balasan yang baik pula, baik dari segi kasih sayang keluarga maupun dari orang-orang di sekitarnya. Keluarga Liam, terutama ibunya, juga menjadi teladan dalam mendukung kebaikan yang dilakukan anaknya, dengan memberikan bekal lebih agar Liam bisa terus membantu orang lain tanpa mengorbankan dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun