Sumber pendapatan pemerintah kolonial dalam administrasi pemerintahan gemeente diperoleh melalui pajak tanah, pajak reklame, pajak tontonan, izin mendirikan tempat tinggal dan izin kegiatan usaha ekonomi.
Status Gemeente pada Salatiga membuka peluang otonomi dalam mengatur beberapa hal antara lain, (1) Mengatur, memperbarui, dan membuka jalan-jalan dalam kota (mencakup pembuatan taman kota, jembatan, saluran air), (2) Membersihkan dan memperindah jalan-jalan, taman, dan lapangan, (3) Menyelenggarakan penerangan jalan untuk umum, dan (4) Mengatur pemakaman.
Staatsblad menjadi tonggak penting bagi Gemeente Salatiga dibawah kepemimpinan Burgemeester (Wali Kota) dan Gemeenteraad (Dewan Kota). Komposisi organisasi Pemerintah Gemeente Salatiga terdiri atas 25 orang Belanda sebagai staf serta penentu kebijakan, 20 orang pribumi dan 3 orang timur asing.
Sedangkan pada organisasi Gemeenteraad (Dewan Kota) terdiri atas 8 orang Belanda, 2 orang pribumi dan 1 orang China. Terdapat satu pejabat berkebangsaan Belanda yaitu Afdeeling Controleur yang bertugas membantu Burgemeester untuk menangani dan mengawasi dalam bidang perkebunan.
Burgemeester dan Gemeenteraad ditunjuk langsung oleh Gubernur Jenderal yang menempatkan J.H.J. Sigal menjadi menjadi Burgemeester pertama merangkap Assistent Resident.
Setelah dilantik, Burgemeester dan Gemeenteraad mulai bekerja keras untuk mewujudkan pembangunan Salatiga yang nyaman bagi warga Belanda. Walaupun ditujukan untuk kenyamanan penduduk kulit putih, namun nyatanya fasilitas-fasilitas publik juga dirasakan oleh pribumi.
Fasilitas jalan beraspal dan memberikan ruang khusus bagi pejalan kaki di sisi jalan yang disebut trotoar dengan memperhatikan aspek kerapian dan estetika, untuk menjaga suasana sejuk kota ini pemerintah juga melengkapi dengan tanaman terutama pohon berukuran besar.
Fasilitas listrik sudah dapat dirasakan warga Salatiga pada tahun 1920-an walaupun masih terbatas di jalan-jalan protokol dengan pembangkit tenaga air di Desa Jelok Kabupaten Semarang.
Mata air Senjoyo memang sudah sejak lama memasok kebutuhan air minum bagi Salatiga, selain dirumah-rumah kulit putih disediakan juga keran umum untuk warga pribumi. Fasilitas perkantoran juga dibangun satu kompleks dengan kantor Assistent Resident yaitu Algemeene Volksch Bank dan Post Telefoon Telegram Kantoor.
Menghadirkan Eropa di tanah Jawa menjadi acuan utama pemerintah Gemeente Salatiga, pola-pola pembangunan kota disesuaikan dengan pola yang sama di Eropa pada masa itu.
Penataan jalan menyerupai pola radial konsentris Eropa dengan ciri empat ruas jalan lebar yang mengarah pada satu titik berupa bundaran taman dilengkapi air mancur yang dijadikan pusat kota sampai saat ini.