Mohon tunggu...
Evi Widiarti
Evi Widiarti Mohon Tunggu... -

Bekerja di Divisi Penerbitan Bisnis2030, bergerak di bidang E-commerce - Business Internet Provider yang mendevelop beberapa toko online: www.bookoopedia.com (toko buku online) www.solusiukm.com (toko software online) www.hipokuku.com (pengisian pulsa lewat internet) Hobi membaca, Nonton, mendengarkan radio, menulis dan mereview buku juga film.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lutung Kasarung dan Putri Purbasari

24 April 2011   05:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:28 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seekor monyet seukuran monyet dewasa, turun dengan gesit di atap pondokan Putri Purbasari.

“Maafkan hamba Tuan putri.. inilah wujud hamba..mohon dimaafkan bila mengganggu tuan putri..” Monyet tersebut sekali lagi melompat di dekat kaki Putri Purbasari.

“Oh, ternyata kau seekor lutung.. sang maha kuasa pasti sangat menyayangimu hingga engkau dapat berbicara layaknya manusia..” Putri Purbasari tersenyum sambil memandang lutung yang meloncat-loncat dengan riang di dekatnya.

“Terima kasih putri..maukah putri menjadi temanku?”

“Tentu saja lutung yang lucu.. aku akan senang sekali menjadi temanmu…apakah engkau memiliki nama?”

“Tidak tuan putri..hamba tidak memiliki nama, hamba berada di hutan ini karena tersesat..”

“Oh..begitu rupanya, baiklah karena engkau seekor lutung lucu yang tersesat, aku akan memberimu nama: Lutung Kasarung, yang artinya Lutung yang tersesat..”

“Horee… terima kasih..Putri.. sebagai hadiah pertemanan kita, saya akan mengambil sebuah mangga segar untuk tuan putri.. “ Si lutung dengan gesit mengambil buah mangga yang bergelantungan di samping pondokan Putri Purbasari.

Sejak saat itu, Putri Purbasari dan Lutung Kasarung  menjadi teman yang akrab, mereka sering berjalan-jalan di sekitar pondok untuk melihat bunga dan mengambil buah-buahan segar, dan Purbasari menjadi tidak kesepian lagi di dalam hutan yang lebat itu. Hari demi hari, Putri Purbasari semakin gembira dan bercerita tentang masa lalunya kepada si lutung. Tentang keluarganya di Kerajaan Pasir Batang di tatar Pasundan, tentang saudara-saudarnya; Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik, Purbaleuih, dan dirinya sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara, putri –putri dari Prabu Tapa Agung, dan tentu saja peristiwa ketika sang kakak Purbararang yang dengan kejam mencelakainya, hingga dirinya diasingkan oleh kakaknya sendiri di dalam hutan.

Lutung memandang putri  Purbasari dengan sedih.

“Tuan Putri seharusnya menjadi Ratu di kerajaan Pasir Batang, bukan kakak tuan putri, Purbararang  yang kejam.. dan tuan putri seharusnya duduk di singgasana yang megah, bukan di batu dan di bawah pohon ini bersama hamba..”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun