1. Task Structure (Struktur Tugas): Tugas yang tidak terstruktur atau ambigu membutuhkan arahan yang lebih jelas, sehingga gaya directive lebih efektif. Tugas yang terstruktur mungkin lebih cocok dengan gaya supportive atau achievement-oriented.
2. Formal Authority Systems (Sistem Otoritas Formal): Jika sistem otoritas sudah kuat, pemimpin dapat lebih berfokus pada dukungan emosional (gaya supportive). Jika sistem otoritas lemah, pemimpin harus memberikan arahan tambahan (gaya directive).
3. Primary Work Group (Kelompok Kerja Utama): Jika kelompok kerja tidak mendukung, pemimpin harus memberikan motivasi tambahan dengan gaya supportive atau achievement-oriented. Jika kelompok kerja sudah mendukung, pemimpin dapat mengadopsi gaya yang lebih partisipatif (participative).
b. Gaya Kepemimpinan yang Dipilih:
Berdasarkan faktor-faktor di atas, pemimpin dapat memilih salah satu dari empat gaya kepemimpinan berikut:
1. Directive (Direktif): Pemimpin memberikan arahan spesifik tentang apa yang harus dilakukan, kapan, dan bagaimana melakukannya. Cocok untuk bawahan dengan preferensi terhadap struktur atau yang menghadapi tugas ambigu.
2. Supportive (Mendukung): Pemimpin menciptakan lingkungan kerja yang ramah dan peduli terhadap kebutuhan bawahan. Cocok untuk bawahan yang membutuhkan afiliasi atau tugas yang penuh tekanan.
3. Participative (Partisipatif): Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan dan menghargai masukan mereka. Cocok untuk bawahan dengan internal locus of control atau yang percaya diri terhadap kemampuan mereka.
4. Achievement-Oriented (Berorientasi pada Pencapaian): Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mendorong bawahan untuk mencapai kinerja maksimal. Cocok untuk bawahan yang memiliki tingkat kemampuan tinggi dan percaya diri.
c. Fokus pada Faktor Motivasi: Â Â Â Â Â
Setelah memilih gaya kepemimpinan yang sesuai, pemimpin fokus pada faktor-faktor motivasi untuk memastikan bahwa bawahan dapat mencapai tujuan: