Zach tertawa riang dan dia bersumpah melihat kekesalan di mata Arina. Lucu sekali caranya mengungkapkan ketidaksukaannya saat merasa terancam, "Ya, kurasa begitu. Bagaimana kalau nanti kita makan malam di rumah sepulang kerja? Mama akan senang sekali melihatmu berpakaian seperti seorang sekretaris pribadi."
Arina tersenyum dan melangkah pergi. Zach membiarkan Arina berlalu walaupun dia kecewa Arina tak menanggapi godaannya. Arina bukan anak kecil yang dulu dikenalnya. Dia sudah menjadi gadis yang dewasa dan hampir siap bekerja atau siap menjadi ibu rumah tangga.
Sugara membawa lagi Gendis ke ruangannya setelah mengajaknya melihat -- lihat.
"Kalian berdua bisa menungguku sebentar di sini, kan? Aku ada pertemuan sebentar dan silahkan diminum tehnya." Sugara berkata pada kedua temannya.
"Mungkin kami permisi saja sekarang ya, Ray?" Ali Nurdin mengusulkan.
"Kumohon jangan, kita harus makan siang bersama baru aku bisa mengizinkan kalian pergi."
Saat itu Arina melangkah masuk. Dia melihat ke arah Gendis sebentar. Gendis sangat cantik dan Sugara duduk di sebelahnya.
"Maaf, Pak."
"Ya, Arina."
"Mereka sudah menunggu di ruang rapat."
"Terima kasih, Arina...tunggu Arina."Â