Masa Awal Kehidupan, Curahan Kemurahan dan RahmahNya
Di usia ketigamu ini,Anakku...ibu ingin bercerita kepadamu, Afka. Mungkin nanti bila kau telah dapat membaca, kau akan mengetahui tentang sejarah paling menarik dalam kehidupan keluargamu, terutama tentang kehidupan ibu dan pikiran -- pikiran ibu.  Kakek dan nenek buyutmu adalah orang --orang yang jujur dan petani yang berbakat. Kakek dan nenek buyutmu  dari pihak nenekmu tinggal di kaki Gunung Lawu.
Orangtua kakek buyutmu memiliki tanah yang sangat luas di tempat -- tempat berpemandangan paling indah di Tawangmangu, sebagian dihibahkan dan sebagian lagi berpindah tangan karena dijual generasi berikutnya. Penjualan ini jauh sekali dari keinginan berfoya -- foya, namun sebagian besar karena digunakan untuk menyekolahkan anak -- anaknya, hal yang sangat jarang pada waktu itu menyekolahkan anak -- anak hingga pendidikan setinggi mungkin sebagai kewajiban memberikan bekal kehidupan bagi anak -- anaknya.
 Cerita tentang kakek buyutmu adalah seorang pegawai pemerintah yang ditugaskan di daerah paling terpencil di Tawangmangu. Namun kakekmu adalah seorang patriotisme. Dengan gaji kecil dan tujuh anak yang menunggu di rumah untuk diberi  makan dan minta diajak jalan -- jalan ke pasar, kakekmu tak pernah menyerah.
Nenek buyutmu adalah cerita lain lagi. Nenek buyutmu adalah pedagang yang handal. Nenek buyutmu membuka warung soto dan gorengan. Warung yang sama yang sekarang adalah toko kita. Pembeli warung soto akan melepas lelah dan mengobati lapar dibuatkan segelas teh oleh gadis kecil anak penjual soto, yaitu nenekmu. Para pembeli akan mampir sebab mereka melihat gadis cilik itu sangat manis dan rajin. Dugaan mereka benar sebab gadis cilik itu dididik untuk menjadi anak perempuan yang rajin, bisa memasak, mencuci baju bahkan bertugas mencari kayu bakar   di hutan.
 Nenek buyutmu juga petani jeruk. Pada saat itu jeruk adalah tanaman yang sangat produktif di Tawangmangu. Jeruk Tawangmangu juga sangat terkenal dan dicari --cari oleh penggemar jeruk karena terkenal manis dan isinya tebal. Kadang --kadang nenekmu dan saudara -- saudaranya akan mengklaim sebuah pohon diantara deretan pohon -- pohon jeruk milik keluarga dan bila nanti berbuah maka mereka akan menjualnya sendiri ke pasar dan mendapatkan uang saku.
Namun ada juga cerita sedih yang bila dipahami olehmu, mungkin jauh dari pikiran dan duniamu. Sebab saat ini segalanya mudah bagimu. Kamu minta apa saja akan mudah didapatkan. Namun pada saat -- saat itu, Â nenekmu dan keenam saudaranya harus berbagi sebutir telur yang dicampur dengan parutan kelapa muda lalu digoreng dan dipotong -- potong menjadi tujuh bagian. Mereka makan itu dengan nikmat sebagai teman nasi yang dicampur sego jagung. Satu hal, nenekmu adalah juru masak yang sangat handal. Nenek buyutmu bahkan adalah juru masak kraton yang bertugas memasak untuk hajatan kraton di Tawangmangu. Sehingga ibu pikir nenekmu dan saudara -- saudaranya dapat dengan mudah dan nikmat melewati masa -- masa itu.
Afka, kakekmu juga memiliki cerita yang menarik. Kakekmu juga berasal dari keluarga besar. Kakek buyutmu dari pihak kakekmu adalah seorang petani. Kehidupan yang sulit saat itu memaksa mereka untuk menyewakan sawahnya kemudian mereka bekerja di sawah mereka sendiri namun mereka bekerja untuk orang lain. Kakekmu pelajar yang hebat dengan bakat matematik yang sangat baik. Kakekmu juga bekerja di bidang yang sangat dicintainya sejak muda. Kakekmu bahkan menolak untuk menjadi pegawai pemerintah karena hendak mengejar impiannya sendiri. Kakek dikala muda adalah orang yang memegang teguh pendiriannya sehingga tidak mau menerima kesempatan yang dirasa bukan panggilan hatinya. Aku menyebutnya tidak menyerah dengan keadaan!
Kenangan -- kenangan kecil kakek adalah mencari ceceran -- ceceran bulir padi yang ditinggal orang yang sedang memukul gabah, mencari singkong -- singkong yang ditinggalkan pemiliknya yang mencabutnya lalu memilih yang bagus -- bagus saja untuk dibawa pulang. Kakek akan mengambil singkong yang ditinggalkan oleh pemiliknya. Ada sebuah cerita saat kakek berangkat ke sekolah suatu pagi, kakek menemukan berikat -- ikat kangkung yang terjatuh di jalan. Mungkin pemiliknya adalah orang- orang yang naik kereta api lalu menjatuhkannya tanpa sengaja. Apapun, kakekmu membawanya pulang dan memberi kejutan untuk nenek buyutmu yang memasaknya dengan nikmat di tungku andalan. Aku pikir saat itu mungkin sayuran cukup langka di daerah kakek buyutmu sehingga kakekmu menceritakannya pada ibu seolah -- olah yang ditemukannya adalah seplastik apel merah yang ranum -- ranum.
Kakek buyutmu sangat membanggakan kakekmu. Pada saat itu jarang sekali seorang petani dapat menyekolahkan anaknya saampai ke STM. Tibalah saatnya kakekmu lulus STM, kakek buyut menyerahkan surat sawah kepada seorang kenalannya asal kakek bisa melanjutkan kuliah. Namun kakekmu mendatangi kenalan kakek buyutmu dan meminta kembali surat sawah itu. Dianggap ingusan dan tak mengerti apa -- apa, kakekmu yang saat itu masih remaja berkata bahwa dia bukan anak kecil. Kakek berkata bahwa bapaknya memiliki anak laki -- laki telah dewasa, yang bisa berfikir untuk seluruh keluarganya. Kakek tak ingin melanjutkan kuliah dengan beban moral yang sangat berat menjual satu -- satunya harta milik keluarga.
Selepas itu kakekmu memulai desain -- desain pertamanya membangun gedung, kampus, dan rumah-rumah. Kakekmu juga pergi merantau ke Aceh dan ketika pulang kampung dan mengira bahwa akan kembali lagi ke Aceh, ternyata takdir berkata lain. Kakekmu tidak kembali lagi ke Aceh dan yang disesalinya adalah karena kehilangan sebuah buku kesayangannya tentang syariah ekonomi Islam. Beberapa tahun kemudian saat kakekmu kembali ke sana untuk bersilaturahmi dan melacak buku -- bukunya, rumah kontrakannya dulu telah berganti tangan dan bukunya tak dapat ditemukan.
Pertemuan kakek dan nenekmu di Tawangmangu. Mereka menikah lalu nenek dibawa kakek ke daerah Pajang, Surakarta. Ibu lahir di sana dan saat ibu berusia beberapa bulan, nenekmu menghendaki untuk tinggal di Tawangmangu saja. Saat kelahiranku di malam hari jam sepuluh malam bulan Oktober tahun 1981. Meskipun kenangan -- kenangan manis saat menunggu kelahiran ibu di Pajang selalu menjadi catatan sejarah bagi nenekmu, namun nenek ingin tinggal di desa kelahirannya.
Sejak itulah cerita masa kecilku dan rumah masa kecilku dimulai.Cerita tentang rumah masa kecil ini seharusnya dimulai dari pertemuan kakek dan nenekmu di desa kelahiran nenekmu. Nenekmu semasa muda adalah gadis yang sangat manis berkulit putih dan berambut sedikit berombak. Dari cerita mereka kepada ibu, ibu selalu membayangkan kakekmu menunggangi seekor kuda yang banyak disewakan di dekat vila -- vila di Tawangmangu untuk melepas bosan dan jemu di proyek yang sedang dikerjakannya. Kemudian nenek secara kebetulan oleh panggilan alam yang ditandai oleh hembusan angin dan mekarnya bunga- bunga sedang berjalan bertelanjang kaki  dengan teman -- temannya, gadis -- gadis desa yang suka mentadaburi alam di dekat -- dekat rumahnya. Lalu kakekmu dan nenekmu jatuh cinta dan menikah.
Saat ibu merefleksi awal kehidupan tentu sangat kaya dan menarik. Kaya bukan karena materi namun lebih kepada apa yang telah dilewati sejak masa awal kelahiranku tersebut yang berhembus nafas kehidupan mulai dari sepenuhnya bergantung kepada orang lain, disuapi, dimandikan, dininabobokan hingga fase remaja dan dewasa.Menarik, karena alangkah meruginya bila dari waktu panjang, kesempatan panjang, cerita panjang selama rentang waktu tersebut tak meninggalkan kesan tertentu, kesan mendalam.
Keluarga kami adalah keluarga kecil, bapak, ibu, mbak Am (panggilanku), dan dik Um (adik perempuanku). Kami tinggal di tempat yang sangat menyenangkan. Menyenangkan bukan bila akrab dengan taman- taman bunga yang meski bunga -- bunga liar namun cukup meriah untuk bermain pasaran?.Pasaran adalah bermain peran sebagai penjual dan pembeli, pasaran adalah permainan anak- anak perempuan kecil di dusun kami dengan merangkai atau mengiris -- iris bunga berwarna --warni lalu ada yang bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Kenangan lain adalah tentang rumah pohon yang dibuat di pohon cengkeh belakang rumah kami namun tepatnya di tanah milik kakek dan nenek buyutmu. Ibu juga selalu memimpikan kebun di depan sebuah rumah yang tak dihuni. Kebun itu adalah bagian dari masa kecil ibu yang indah. Disana semua tanaman dibiarkan hidup tanpa campur tangan siapapun kecuali tangan -- tangan anak -- anak kecil yang gemar menikmati warna -- warni bunga dan bau --bau wangi hingga aneh yang bisa dihirup dari bermacam --macam bunga dan daun di sana.
Saat musim kupu -- kupu atau musim capung adalah saat -- saat bermain paling mengasyikkan. Aku dan teman -- temanku akan menangkap atau hanya mengejar serangga -- serangga itu. Benar, Nak...outbound kami waktu itu sungguh menyehatkan dan berkesan. Tanpa gadget membuat kami kreatif menciptakan mainan atau permainan. Di satu hari kami menjadi pembuat kue dari lumpur, di hari lain kami membuat boneka dari daun singkong, dan ketapel dari ranting pohon.
Buku -- buku di masa kecil ibu dibelikan kakekmu hingga bertumpuk -- tumpuk dari toko buku sriwedari. Buku -- buku itu tidak semuanya buku cerita, buku pelajaran, buku memasak, dan buku silat semuanya ada di tumpukan -- tumpukan itu. Kakekmu juga akan membacakan dongeng untukku dan adikku setiap malam. Kakek suka bercerita tentang kisah nabi, dongeng nusantara, dan kupikir cerita rekaan kakek sendiri. Kesukaanku adalah majalah anak -- anak setiap bulan sekali. Aku selalu suka buku baru. Kadang -- kadang aku juga meminjamkannya untuk kakak sepupu kesayanganku. Kadang --kadang aku membacanya hingga tertidur, namun saat kakek mengangkat tubuhku ke kamar dan berkata bahwa aku anak pintar yang suka membaca buku, aku bisa mendengarnya.
Cerita detektif adalah cerita terbagus di masa kecilku. Petualangan tokoh -- tokohnya yang ditemani seekor anjing selalu membangkitkan semangat dan imajinasiku. Aku juga suka nama -- nama makanan yang sedang disantap dalam buku cerita anak itu. Afka, kau harus membacanya kapan -- kapan!
Masa -- masa sekolah ibu di Taman Kanak -- Kanak adalah tentang seragam hem berwarna kuning telur dan rompi serta rok berwarna hijau muda. Kotak makanan dan pesta kebun serta mainan- mainan pembangunan berwarna merah, biru, dan hijau. Ibu mendapat beberapa teman namun ada satu anak perempuan yang bersikap agak galak kepada ibu. Tapi ibu tak takut kepadanya. Seingatku anak itu satu tahun lebih tua dari ibu. Namun ada teman -- teman baik juga yang menjadi teman ibu lagi saat duduk di bangku SMP. SMP adalah reuni dengan teman TK.
Titik puncak ibu di SD adalah saat ibu duduk di kelas tiga. Waktu itu ibu bisa meraih rangking tiga besar. Wali kelas ibu sangat penyayang dan ibu tak pernah melupakan jasa beliau dan juga guru -- guru SD ku yang lain. Ibu masih ingat bahwa bu guruku memintaku memperbaiki tulisanku, beliau mengatakannya demi kebaikanku, sebab meskipun aku menjawab dengan baik namun ibu guruku perlu usaha lebih untuk bisa memahaminya. Masa SD ku adalah tentang kaset pita berisi dongeng istanasentris yang sangat bagus. Aku tak ingat alur ceritanya, namun aku ingat bahwa aku sangat menyukainya dan juga sebagian besar teman -- teman sekelasku yang kupinjami kaset itu. Mendengar cerita adalah favorit semua orang. Perpisahan saat ibu duduk di kelas enam cukup menyedihkan. Ibu membaca pidato perpisahannya dengan teks yang ibu susun sendiri.
Sejak itu beberapa teman SD masih tetap sekelas dengan ibu di bangku SMP.Ibu juga senang mengenal beberapa teman ibu waktu di TK menjadi teman sekelasku juga. Â Di bangku SMP ibu menjadi ketua kelas. Semua teman -- teman menurut apa yang ibu katakan. Ibu juga dekat dengan para guru. Kesukaan ibu adalah mata pelajaran bahasa Indonesia dan PMP. Guru PMP sangat simpatik dan semua teman sekelas menyukainya. Pak guru PMP mengingatkan kami tentang sopan santun dan moral dan mencintai Indonesia. Ibu juga sangat suka bahasa Inggris. Ibu berfikir untuk menulis surat ke benua lain saat menguasai bahasa Inggris.
Perpisahan saat di kelas tiga juga masih terasa menyedihkan saat itu. Aku sangat sedih berpisah dengan guru -- guru idolaku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana aku tanpa mereka. Selama tiga tahun bersekolah di SMP aku menemukan sahabat -- sahabat yang baik dan guru -- guru yang mendidik sepenuh hati. Mereka tak pernah menelantarkan kami dengan jam -- jam kosong, atau mengabaikan pertanyaan kami, atau menutup kesempatan kami untuk mencapai potensi apapun yang mungkin kami capai. Mereka sangat menghargai pencapaian kami sebut saja bait puisi karya kami, drama Ande -- Ande Lumut yang kami perankan, ataupun gerak dan lagu Madu dan Racun yang kami tampilkan. Kadang -- kadang aku juga mendapatkan rasa percaya diriku saat seisi kelas membiarkan aku satu -- satunya yang menjawab soal fisika atau biologi di papan tulis.Guru IPAku yang juga Wali kelasku di kelas tiga itu sangat sayang padaku. Aku berharap bisa bertemu dengan beliau lagi.
Tibalah masa SMA dan aku harus naik bis selama kurang lebih satu jam untuk sampai ke sekolah. Aku merasa kendala geografis saat seseorang bertanya padaku di hari pertamaku di sekolah mengapa aku jauh -- jauh bersekolah di sana. Tapi sebenarnya saat- saat itu bearable sebab aku bersama sahabatku di SMP dan seorang saudaraku. Aku menemukan belahan -- belahan jiwaku. Mereka bernama Endang, Wiwid, dan Dhani yang menjadi temanku selama hidupku. Mereka juga rajin membaca novel -- novelku yang tidak diterbitkan. Resminya aku hanya menulis untuk mereka. Kurasa aku membantu kebutuhan teman -- temanku akan bacaan remaja sehingga mereka tak perlu ke toko buku atau ke perpustakaan. Atau tidakkah mereka pergi ke perpustakaan sekolah? Kalau aku pergi ke perpustakaan saat jam istirahat. Cukup sering sebab aku tak tahu lagi apa yang bisa kulakukan di saat jam istirahat. Aku membaca beberapa buku yang kupahami dan yang tak kupahami atau tak begitu kupahami untuk bahan tulisanku. Aku juga menemukan majalah Horison di perpustakaan SMA dan Trubus, namun yang kedua tak menarik minatku. Masa SMAku sederhana saja. Tiga tahun dan aku lulus. Aku sering merindukan saat -- saat belajar di ruang kelasku namun live must go on, right?
 Masa Dewasa dan Penemuan Panggilan Jiwa (1998 -- 2008)
Mengapa ibu ingin menceritakan tentang tahun 1998? Sebab di tahun itu seingat ibu terjadi krisis moneter, ibu tak tahu kapan dimulainya krisis itu namun gilanya keadaan sungguh mencekam. Semua toko -- toko termasuk toko kecil kita tak bisa buka. Bahan -- bahan pokok mahal dan langka sehigga ibu terpaksa menyimpan kemasan terakhir miyak goreng untuk konsumsi sendiri. Ibu- ibu dan anak -- anak menunggu berdiam di dalam rumah, sementara bapak -- bapak berjaga di jalan memastikan keadaan aman dan menunggu situasi agar kejadian yang tak diharapkan, tak terjadi di wilayah kami. Seingatku waktu itu Tawangmangu benar -- benar aman. Warga menjaga di depan toko milik keturunan cina yang pada waktu itu dijadikan sasaran kemarahan. Di pintu -- pintu toko orang menulisi pro reformasi dan reformasi adalah kata yang baru untuk ibu. Saat pelajaran di sekolah, guru -- guru juga belum mengajarkan tentang kata reformasi.
Jadi reformasi adalah keinginan bangsa ini untuk memperbaiki keadaan sistem politik, ekonomi, sosial dan budaya untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang. Kabar -- kabar berhembus kencang. Sebagian besar tentang kekacauan dan kriminal. Toko -- toko hak milik orang dibakar. Siapa yang tega berbuat hal seperti itu di rumahnya sendiri, aku tak pernah habis pikir. Bukankah mereka juga tinggal di sini, mengapa berbuat kerusakan dan kekacauan? Bukankah mereka juga memiliki saudara, keluarga , dan anak yang tak layak mengkonsumsi tontonan barbar seperti itu? Teganya orang --orang ini membiarkan sejarah kelam tinggal lama atau selamanya dalam pikiran anak -- anak bangsa ini.
Namun keadaan membaik. Anak -- anak sekolah mendapatkan transportasi lagi ke sekolah dan mendapatkan tontonan di TV. Mereka terinspirasi kakak --kakak mahasiswa, pejuang HAM, dan tokoh reformasi tentang pentingnya belajar giat agar berguna bagi nusa dan bangsa. Kelak saat mereka dewasa, mereka akan membuat keadaan lebih baik di bidangnya masing -- masing.
Aku melewati masa -- masa reformasi dengan melanjutkan sekolah dan lulus dari SMA tahun 2000. Di tahun itu juga aku menjadi mahasiswa di prodi bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Saat itu bulan Agustus dan aku membagi waktuku untuk menikmati perayaan HUT RI di kampung dan masa --masa orientasi mahasiswa baru. Aku memenangkan semacam lomba pidato untuk mahasiswa baru dalam acara di Prambanan atau Borobudur ( aku tak bisa mengingatnya). Masa kuliahku adalah tentang speaking class, listening session, Golden Library, perpustakaan program, contest- contest bahasa Inggris di program, dan tentu saja Perpustakaan Universitas. Rasanya sangat membahagiakan tersembunyi di balik rak -- rak buku yang panjang, tinggi, dan penuh buku. Aku bisa membawa dua sampai tiga buku setiap minggu. Namun aku selalu pergi ke rak fiction dan mengembalikan sebagian besarnya tanpa terbaca. Aku mulai cemas mungkin aku telah kehilangan kemampuanku dalam membaca atau buku -- buku itu yang ada di atas kemampuanku untuk mengecapnya, mengunyahnya, menelannya atau mengembalikannya dengan hanya mencicipi beberapa halamannya. Â Semua buku -- buku itu berbahasa Inggris dan penulisnya adalah nama -- nama besar yang belum kukenal. Namun saat itu kurasa aku akan selalu bisa kembali ke perpustakaan itu. Ingatlah untuk tak pernah menyerah dengan bukumu. Jangan menunda untuk membacanya sedikit demi sedikit. Kuharap saat itu aku tak menundanya hingga hari ini.
Bagian yang menarik juga di tahun --tahun ini adalah lulus kuliah di tahun 2005 dan desakan -- desakan menikah. Setelah wisuda aku bekerja di beberapa sekolah dan lembaga pendidikan, memberikan les bahasa Inggris dan les membaca. Semuanya terasa sangat profesional karena bukankah aku seorang guru sarjana pendidikan. Namun di tahun --tahun itu aku sadar bahwa aku harus terus belajar agar mengajarku lebih terprogram dan aku harusnya belajar lebih banyak tentang teori -- teori pendidikan, teori -- teori belajar, dan perkembangan peserta didik bila aku sungguh seorang profesional pendidikan.
Tekun Bekerja dan Menambatkan Hati (2009- sekarang)
Untuk menemukan diriku sendiri aku mencoba menulis. Aku berhasil menerbitkan sebuah cerpen dan memenangkan sebuah lomba penulisan esai bagi guru SD se Jawa Tengah yang diadakan oleh pusat perbukuan. Saat pengumuman kejuaraan aku diundang ke Semarang dan aku mendapatkan hadiah buku -- buku. Seandainya saat itu di perpustakaan aku tak menunda untuk mencoba memecahkan kode -- kode dari buku- buku di perpustakaan, mungkin aku akan menulis lebih banyak lagi cerpen dan esai.
Kau harus selalu mencintai guru -- gurumu. Mereka adalah semacam penjaga ilmu dan mendidikkannya ke beberapa generasi setelahnya. Bersikap baik, patuh, menyerap ilmu darinya dan tundukkan kesombonganmu di hadapan mereka. Dalam hidup setiap orang akan selalu terkenang wajah guru -- guru mereka seumur hidupnya. Guru yang tidak hanya mengajar namun sekaligus mendidik. Bukan hanya transfer ilmu pengetahuan namun juga menginspirasi dan melatihmu cara berfikir, menyikapi sesuatu dan menyelesaikan masalah -- masalahmu.
Profesiku juga seorang guru. Kakekmu selalu berkata bahwa banyak orang yang bukan guru, namun sesungguhnya dia adalah guru. Guru ada dimana -- mana, kita belajar dari siapapun. Dan saat kau bertemu guru -- guru terkasih itu, ingatlah bahwa itu juga bukti curahan kasih sayang Allah kepadamu. Agar kau tak dibiarkan tak mengetahui, tak termotivasi, tak terlatih, tak terbiasa, tak bersemangat menjalani hidupmu. Ilmu adalah cahaya. Dia akan menerangi hati yang tak berkerak.
Aku selalu menjadi guru pengajar, pendidik sepanjang masa setelah lulus kuliah bahkan sebelumnya aku sudah mengajar di sebuah sekolah sebagai guru honorer. Sejak itu hari senin sampai sabtu sejak pagi hingga minimal jam dua siang aku selalu di kelas, dan di kelas. Kadang -- kadang di hari yang sama aku juga pergi dari satu sekolah ke sekolah berikutnya. Aku punya jam yang cukup padat dan hal itu mengalihkan perhatianku dari urusan perjodohan atau melakukan hal yang aku suka.
Namun di tahun 2012 tepatnya bulan Februari jodoh itu datang. Ibu dan bapakmu bukan teman sekolah, dan kami tak saling mengenal sebelumnya namun Allah yang telah mempertemukan kami. Kehadiranmu melengkapi kebahagiaan kami. Di bulan Mei tahun 2014 kau hadir menyejukkan mata dan hati kami dan menjadi kesayangan kami. Penantian akan kehadiranmu sempat membuatku resah dan merana. Aku telah sangat, sangat meridukanmu sehingga saat kau hadir diantara kami lengkaplah kebahagiaan itu.
Kau putra seorang guru. Saat umurmu belum genap 3 bulan, ibu telah harus kembali ke sekolah mengajar dan mendidik di sekolah. Namun aku ingin kau tetap mendapatkan ASI eksklusif hingga 6 bulan dan meneruskannya hingga 2 tahun. Saat ibu mendidik di sekolah, ibu berdoa kau akan mendapatkan guru -- guru yang menjaga, menyayangimu, dan menerima bakat serta kesulitanmu sebagai bagian dari amanahnya sebagai seorang pendidik. Namun saat ini kau baru berumur 3 tahun dan belum masuk ke sekolah formal, kau akan bermain dan belajar dengan ibu sepulang ibu dari sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H