Mohon tunggu...
Amri MujiHastuti
Amri MujiHastuti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Sekolah Dasar

Pengajar, Ibu, pemerhati pendidikan anak

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Autobiografi: Stronger for Better Future

28 Februari 2019   11:27 Diperbarui: 28 Februari 2019   11:40 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pertemuan kakek dan nenekmu di Tawangmangu. Mereka menikah lalu nenek dibawa kakek ke daerah Pajang, Surakarta. Ibu lahir di sana dan saat ibu berusia beberapa bulan, nenekmu menghendaki untuk tinggal di Tawangmangu saja. Saat kelahiranku di malam hari jam sepuluh malam bulan Oktober tahun 1981. Meskipun kenangan -- kenangan manis saat menunggu kelahiran ibu di Pajang selalu menjadi catatan sejarah bagi nenekmu, namun nenek ingin tinggal di desa kelahirannya.

Sejak itulah cerita masa kecilku dan rumah masa kecilku dimulai.Cerita tentang rumah masa kecil ini seharusnya dimulai dari pertemuan kakek dan nenekmu di desa kelahiran nenekmu. Nenekmu semasa muda adalah gadis yang sangat manis berkulit putih dan berambut sedikit berombak. Dari cerita mereka kepada ibu, ibu selalu membayangkan kakekmu menunggangi seekor kuda yang banyak disewakan di dekat vila -- vila di Tawangmangu untuk melepas bosan dan jemu di proyek yang sedang dikerjakannya. Kemudian nenek secara kebetulan oleh panggilan alam yang ditandai oleh hembusan angin dan mekarnya bunga- bunga sedang berjalan bertelanjang kaki  dengan teman -- temannya, gadis -- gadis desa yang suka mentadaburi alam di dekat -- dekat rumahnya. Lalu kakekmu dan nenekmu jatuh cinta dan menikah.

Saat ibu merefleksi awal kehidupan tentu sangat kaya dan menarik. Kaya bukan karena materi namun lebih kepada apa yang telah dilewati sejak masa awal kelahiranku tersebut yang berhembus nafas kehidupan mulai dari sepenuhnya bergantung kepada orang lain, disuapi, dimandikan, dininabobokan hingga fase remaja dan dewasa.Menarik, karena alangkah meruginya bila dari waktu panjang, kesempatan panjang, cerita panjang selama rentang waktu tersebut tak meninggalkan kesan tertentu, kesan mendalam.

Keluarga kami adalah keluarga kecil, bapak, ibu, mbak Am (panggilanku), dan dik Um (adik perempuanku). Kami tinggal di tempat yang sangat menyenangkan. Menyenangkan bukan bila akrab dengan taman- taman bunga yang meski bunga -- bunga liar namun cukup meriah untuk bermain pasaran?.Pasaran adalah bermain peran sebagai penjual dan pembeli, pasaran adalah permainan anak- anak perempuan kecil di dusun kami dengan merangkai atau mengiris -- iris bunga berwarna --warni lalu ada yang bermain peran sebagai penjual dan pembeli. Kenangan lain adalah tentang rumah pohon yang dibuat di pohon cengkeh belakang rumah kami namun tepatnya di tanah milik kakek dan nenek buyutmu. Ibu juga selalu memimpikan kebun di depan sebuah rumah yang tak dihuni. Kebun itu adalah bagian dari masa kecil ibu yang indah. Disana semua tanaman dibiarkan hidup tanpa campur tangan siapapun kecuali tangan -- tangan anak -- anak kecil yang gemar menikmati warna -- warni bunga dan bau --bau wangi hingga aneh yang bisa dihirup dari bermacam --macam bunga dan daun di sana.

Saat musim kupu -- kupu atau musim capung adalah saat -- saat bermain paling mengasyikkan. Aku dan teman -- temanku akan menangkap atau hanya mengejar serangga -- serangga itu. Benar, Nak...outbound kami waktu itu sungguh menyehatkan dan berkesan. Tanpa gadget membuat kami kreatif menciptakan mainan atau permainan. Di satu hari kami menjadi pembuat kue dari lumpur, di hari lain kami membuat boneka dari daun singkong, dan ketapel dari ranting pohon.

Buku -- buku di masa kecil ibu dibelikan kakekmu hingga bertumpuk -- tumpuk dari toko buku sriwedari. Buku -- buku itu tidak semuanya buku cerita, buku pelajaran, buku memasak, dan buku silat semuanya ada di tumpukan -- tumpukan itu. Kakekmu juga akan membacakan dongeng untukku dan adikku setiap malam. Kakek suka bercerita tentang kisah nabi, dongeng nusantara, dan kupikir cerita rekaan kakek sendiri. Kesukaanku adalah majalah anak -- anak setiap bulan sekali. Aku selalu suka buku baru. Kadang -- kadang aku juga meminjamkannya untuk kakak sepupu kesayanganku. Kadang --kadang aku membacanya hingga tertidur, namun saat kakek mengangkat tubuhku ke kamar dan berkata bahwa aku anak pintar yang suka membaca buku, aku bisa mendengarnya.

Cerita detektif adalah cerita terbagus di masa kecilku. Petualangan tokoh -- tokohnya yang ditemani seekor anjing selalu membangkitkan semangat dan imajinasiku. Aku juga suka nama -- nama makanan yang sedang disantap dalam buku cerita anak itu. Afka, kau harus membacanya kapan -- kapan!

Masa -- masa sekolah ibu di Taman Kanak -- Kanak adalah tentang seragam hem berwarna kuning telur dan rompi serta rok berwarna hijau muda. Kotak makanan dan pesta kebun serta mainan- mainan pembangunan berwarna merah, biru, dan hijau. Ibu mendapat beberapa teman namun ada satu anak perempuan yang bersikap agak galak kepada ibu. Tapi ibu tak takut kepadanya. Seingatku anak itu satu tahun lebih tua dari ibu. Namun ada teman -- teman baik juga yang menjadi teman ibu lagi saat duduk di bangku SMP. SMP adalah reuni dengan teman TK.

Titik puncak ibu di SD adalah saat ibu duduk di kelas tiga. Waktu itu ibu bisa meraih rangking tiga besar. Wali kelas ibu sangat penyayang dan ibu tak pernah melupakan jasa beliau dan juga guru -- guru SD ku yang lain. Ibu masih ingat bahwa bu guruku memintaku memperbaiki tulisanku, beliau mengatakannya demi kebaikanku, sebab meskipun aku menjawab dengan baik namun ibu guruku perlu usaha lebih untuk bisa memahaminya. Masa SD ku adalah tentang kaset pita berisi dongeng istanasentris yang sangat bagus. Aku tak ingat alur ceritanya, namun aku ingat bahwa aku sangat menyukainya dan juga sebagian besar teman -- teman sekelasku yang kupinjami kaset itu. Mendengar cerita adalah favorit semua orang. Perpisahan saat ibu duduk di kelas enam cukup menyedihkan. Ibu membaca pidato perpisahannya dengan teks yang ibu susun sendiri.

Sejak itu beberapa teman SD masih tetap sekelas dengan ibu di bangku SMP.Ibu juga senang mengenal beberapa teman ibu waktu di TK menjadi teman sekelasku juga.  Di bangku SMP ibu menjadi ketua kelas. Semua teman -- teman menurut apa yang ibu katakan. Ibu juga dekat dengan para guru. Kesukaan ibu adalah mata pelajaran bahasa Indonesia dan PMP. Guru PMP sangat simpatik dan semua teman sekelas menyukainya. Pak guru PMP mengingatkan kami tentang sopan santun dan moral dan mencintai Indonesia. Ibu juga sangat suka bahasa Inggris. Ibu berfikir untuk menulis surat ke benua lain saat menguasai bahasa Inggris.

Perpisahan saat di kelas tiga juga masih terasa menyedihkan saat itu. Aku sangat sedih berpisah dengan guru -- guru idolaku. Aku tak bisa membayangkan bagaimana aku tanpa mereka. Selama tiga tahun bersekolah di SMP aku menemukan sahabat -- sahabat yang baik dan guru -- guru yang mendidik sepenuh hati. Mereka tak pernah menelantarkan kami dengan jam -- jam kosong, atau mengabaikan pertanyaan kami, atau menutup kesempatan kami untuk mencapai potensi apapun yang mungkin kami capai. Mereka sangat menghargai pencapaian kami sebut saja bait puisi karya kami, drama Ande -- Ande Lumut yang kami perankan, ataupun gerak dan lagu Madu dan Racun yang kami tampilkan. Kadang -- kadang aku juga mendapatkan rasa percaya diriku saat seisi kelas membiarkan aku satu -- satunya yang menjawab soal fisika atau biologi di papan tulis.Guru IPAku yang juga Wali kelasku di kelas tiga itu sangat sayang padaku. Aku berharap bisa bertemu dengan beliau lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun