Mohon tunggu...
Eva Nurmayanti
Eva Nurmayanti Mohon Tunggu... Guru - Sebaik baiknya profesi adalah guru, yang ketika tiada maka amalnya akan terus mengalir

Menulis adalah bagian dari jati diri seseorang, dan menulis adalah salah satu cara untuk mengekspresikan diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sakitku karena Dia

11 Maret 2022   14:50 Diperbarui: 11 Maret 2022   15:00 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kau ingin tau? Dia adalah istri ku "puas kau jawab pa Aes.

 Clau ,May dan Vidi terbangun karna mendengar tangisan keras Bu Nur dan menuju ke kamar dimana suara tangisan itu berada.

" Kenapa kau sakiti aku Aes?? Ceraikan aku ceraikan aku!!!" tangis Bu nur semakin kencang dan ketiga anaknya pun menghampiri mereka.

"Kau tidak pernah introspeksi diri Nur , sekian lama aku menderita karna sikap dan sifatmu, aku lelah dengan semua ini, dan sekarang aku ceraikan kau!!!" Ucap pa Aes.

Seketika Bu Nur dan ketiga anaknya pun menangis mendengar ucapan pa Aes. Tak terbayangkan oleh mereka sebelumnya akan terjadi hal ini.

Dengan Terburu buru pa Aes mengemasi pakaian dan dokumen dokumen penting kemudian pergi meninggalkan mereka dengan mobil Ayla berwarna merah. Bu nur dan ketiga anaknya tertegun sambil menangis melihat kepergian pa Aes.

Tak terasa fajarpun telah menyingsing dan suara kokokan ayam seolah menemani Bu nur serta ketiga anaknya menangis di seperempat malam.

Suara adzan di musola dekat rumah Bu nur menyadarkan mereka bahwa waktu salat subuh sudah tiba, mereka bergegas mengambil air wudlu kemudian berjalan menuju masjid yang berada beberapa meter dari rumah Bu nur.

Sambil berjalan menyusuri jalan aspal yang masih basah dan berembun, perasaan Bu nur melayang mengingat kejadian semalam, bagai petir di malam hari, kata kata cerai yang keluar dari mulut pa Aes begitu membuat Bu Nur terpukul.

"Ya Allah berikanlah kesabaran pada hamba dengan ujian yang engkau berikan ini" ucap Bu nur dalam hati sambil mengangkat kedua tangannya. Tak terasa air mata Bu nur jatuh membasahi mukena yang ia kenakan. 

Melihat air mata yang tak henti hentinya membasahi pipi Bu nur, ketiga anaknya merangkul Bu nur berharap Bu nur menyudahi tangisannya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun