Mohon tunggu...
Ety Budiharjo
Ety Budiharjo Mohon Tunggu... profesional -

Cinta Dengan Menulis, Menulis Dengan Cinta. My Blog is : etybudiharjo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan featured

Menciptakan Ruang Publik yang Ramah Anak

30 September 2015   16:23 Diperbarui: 26 Agustus 2019   10:25 1249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak bukanlah orang dewasa yang mengetahui segala hal, baik dan buruk. Jika sudah bermain yang dipikirkan oleh seorang anak hanyalah perasaan senang saja. Tanpa peduli apakah mereka bermain di tempat aman atau tidak. Saya juga menyayangkan mengapa pemangku kepentingan memberikan tempat berbahaya seperti itu.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Lewat cerita seorang tetangga yang aktif dalam kegiatan PKK, beberapa bulan lalu Gubernur DKI Basuki Tjahaya Purnama yang akrab dipanggil Ahok, telah meresmikan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak ( RPTRA ) di Kelurahan Gandaria, Jakarta Selatan. 

Saya bersyukur bahwa apa yang saya pikirkan selama ini telah mendapat respon dari pemangku kepentingan, meskipun belum sampai di wilayah tempat saya tinggal, Pondok Pinang.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Nah, sebelum saya menuliskan lebih jauh lagi tentang RPTRA ini ada baiknya sebagai warga Jakarta khususnya dan kota-kota lainnya umumnya kita mengenal lebih dalam lagi tentang Ruang Publik. 

Terus terang saja saya sendiri belum memahami benar apa yang melatar belakangi timbulnya Ruang Publik ini. Semua masih dalam pemikiran individu saya saja, salah satunya adalah keterbatasan lahan di Jakarta.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Awal Mula Terciptanya Ruang Publik

Menurut pandangan umum, ruang publik sudah ada sejak zaman Yunani Klasik. Namun seiring dengan memudarnya era Yunani dan munculnya zaman feodal yang diiringi dengan perkembangan kapitalisme telah terbentuk sebuah ruang publik baru yang oleh Habermas disebut sebagai Ruang Publik Borjuis – pertengahan abad XVII hingga pertengahan abad ke XX ( the bourgeois public sphere ).

Dalam bukunya “Habermas; Rescuing the Public Sphere, mengartikulasikan kepentingan ruang publik untuk kebutuhan masyarakat dengan berkumpul bersama-sama. 

Secara nyata pada awalnya Habermas menggambarkan ruang publik dalam sebuah coffee house dan salon, ketika sekelompok laki-laki anggota kaum borjuis, bangsawan dan intelektual bertemu untuk membahas karya sastra.

Itu adalah sepenggal perjalanan panjang awal mula terciptanya ruang publik. Seiring perkembangan zaman di mana saat ini telah memasuki abad XXI, ruang publik semakin diminati oleh semua kalangan masyarakat. 

Kalau dulu ruang publik hanya diperuntukkan bagi kaum borjuis dan bangsawan saja, namun tidak untuk saat ini. Pada akhirnya masyarakat sangat mengapresiasi keberadaan ruang public ini. Hal ini terbukti dengan beragam kebutuhan serta keinginan masyarakat yang berbeda, maka terciptalah ruang publik baru. Seperti misalnya di Kota Bandung, telah tercipta ruang publik dengan beragam kepentingan dan kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun