Beberapa kegiatan berikut ini kiranya dapat memberi peluang membiasakan budaya tulisan (baca-tulis) lebih dominan dalam keseharian hidup peserta didik di sekolah-sekolah. Seperti mengadakan lomba menulis pada majalah dinding (MADING), menyelenggarakan lomba peminjaman buku terbanyak, dan menghadirkan musik yang mendukung kegairahan membaca dan menulis di perpustakaan. Semua itu dapat dipacuh agar lebih semangat dan lebih baik, jika peserta didik sudah terbiasa menulis dalam Buku Harian.
Sejak memimpin SMAN 2 Tasifeto Timur, yang ingin saya kembangkan sejak awal adalah bagaimana peserta didik membiasakan diri menulis di dalam buku catatan harian mereka. Apa yang dipikirkan, dirasakan dan diharapkan dituangkan di dalamnya.
Keinginan kuat setelah memikirkan serius tentang sesuatu atau seseorang pada masa lalu yang dianalisa dengan akal sehat, kadangkala hanya bisa menjadi bahan celotehan.
Perasaan-perasaan pribadi baik positif maupun negatif tidak jarang hanya dicurahkan secara lisan dan sekedar menjadi gosip murahan yang segera dilupakan.
Demikian pula pengalaman unik yang mereka alami seharian kelak hanya bisa sesekali dikisahkan untuk kalangan terbatas. Jika, ketiganya -- pikiran, perasaan, pengalaman -- ditulis dengan baik, kelak bisa menjadi ceritera tertulis yang bermanfaat bagi orang lain ketika apa-apa saja yang dipikirkan menjadi sebuah kumpulan opini; gosip-gosip ringan menjadi kumpulan ceritera pendek ataupun novel karangan sendiri; dan tulisan lepas tentang pengalaman hidup selama ini bukan tidak mungkin suatu saat menjadi tips-tips konkret hidup seharian.
Selain dicetak, masih ada alternatif lain yang bisa ditempuh, misalnya, dengan mem-posting semua jenis penggalan tulisan-tulisan tersebut melalui blog ataupun website pribadi.