Mohon tunggu...
Hiya Hiya
Hiya Hiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun ini dibuat untuk keperluan tugas

Journalism Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Budaya Korea: Potensi Ancaman terhadap Budaya Lokal di Indonesia

10 Desember 2021   10:33 Diperbarui: 22 Desember 2021   12:59 2417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disclaimer: Artikel dibuat untuk keperluan akademis  dan tidak untuk menyudutkan atau menyinggung pihak manapun. Judul dan isi dibuat dengan mengacu pada tema tugas.

Sejak memasuki fase transformasi teknologi dan globalisasi, produk-produk asing mulai masuk dan dipasarkan di Indonesia, baik itu menggunakan platform offline bahkan juga platform online yang menjadi pilihan konsumen belakangan ini. Produk yang dipasarkan diantaranya seperti kebutuhan pokok, kebutuhan gaya hidup, sampai kebutuhan akan entertainment. Salah satu dari jenis produk tersebut yang paling diminati masyarakat Indonesia saat ini adalah produk-produk yang berasal dari Korea Selatan. Korea Selatan merupakan salah satu contoh negara penghasil budaya yang telah menjamur ke seluruh dunia. Kondisi dimana menjamurnya budaya ke seluruh dunia ini dinamakan korean wave. Pada dasarnya Korean Wave atau bahasa Indonesianya Gelombang Korea, terjemahan dari istilah (Hallyu) pada bahasa Korea yang artinya adalah 'arus Han' ini sendiri mengacu pada Hankuk atau Korea. Sedangkan berarti 'arus, aliran'. Korean Wave masuk kategori yaitu suatu fenomena (Robertson, 1992: 87).

Beberapa contoh hasil dari budaya Korea yang ada diantaranya K-Pop, Drama Korea, operasi plastik, gaya busana, kuliner, permainan, dan yang lainnya. Budaya tersebut bisa kita lihat penampakannya pada masyarakat di Indonesia, terutama pada generasi z dan millennial. Mulai dari gaya berpakaiannya yang 'korea-an', fanatik terhadap idolanya di K-Pop dan juga aktor pada drama Korea, tren makan-makanan khas korea seperti kimchi, bulgogi dan tteokbokki, modern dance dan masih banyak lagi indikator budaya korea lainnya yang terlihat pada masyarakat. Hal tersebut dapat terjadi atau meluas dengan mudah karena adanya faktor pendukung, seperti media sosial dan media massa serta akses internet membawa suatu kebudayaan berpindah dari negara lain dapat diserap oleh penggunanya.

Pandemi dan Digitalisasi Menjadi Salah Satu Indikator Tersebarnya Korean Wave

Penyebaran budaya Korea semakin masif terjadi disaat kondisi pandemi yang masih melanda wilayah Indonesia, yang mana hal ini membuat banyak orang harus melakukan beberapa aktivitasnya seperti sekolah, kuliah, dan juga bekerja secara daring di rumah. Pandemi juga mendorong digitalisasi dan transformasi teknologi yang faktanya menjadi salah satu indikator yang mempermudah Korean wave masuk ke Indonesia. Kemunculan platform-platform seperti WeTV , iQiyi, Viu yang menyediakan film drama Korea, lalu ada Tiktok dan Youtube dengan konten-konten mukbang, K-POP dan modern dance menjadi jembatan dari penyebaran budaya Korea ke Indonesia. Hal ini menyebabkan banyak dari masyarakat Indonesia terutama generasi millenial dan z mengisi kegiatan dan waktu waktu luang mereka salah satunya dengan mempelajari budaya Korea melalui platform-platform tersebut. 

Korean Wave: Budaya Populer yang Tersebar di Seluruh Dunia Memberi Keuntungan Bagi Korea Selatan

Berkaitan dengan hal di atas, Hull pada tahun 1998 lewat bukunya menyatakan bahwa budaya populer adalah sebuah budaya yang secara luas dapat diterima oleh kebanyakan masyarakat dimana budaya tersebut diperkenalkan. Selain itu, Huang lewat jurnalnya yang berjudul Korean Wave: The Popular Culture, Comes as Both Cultural and Economic Imperialism in The East Asia pada tahun 2009 menyebut bahwa kepopuleran budaya populer Korea di luar negeri, terutama melalui drama Korea telah memberi keuntungan yang berlimpah bagi negara itu. Budaya populer dari Korea tidak hanya terkenal serta memiliki penggemar fanatik saja, tetapi ternyata juga membawa keuntungan dari segi pendapatan nasional Korea Selatan. Hal ini terbukti dengan jumlah turis yang datang ke negara itu meningkat drastis setelah Korea mengekspor produk drama Korea ke luar negeri. Salah satu contoh diuraikan oleh Lee melalui bukunya pada tahun 2007, intensitas orang Jepang yang mendatangi Korea lebih sering setelah drama Korea berjudul 'Winter Sonata' tayang di Jepang. Mayoritas dari mereka datang ke Korea biasanya ingin melihat langsung lokasi-lokasi syuting dari drama Korea yang telah disaksikan.

Kenapa Budaya Korea Selatan Semakin Digemari Masyarakat Indonesia? 

Studi jurnal oleh Simbar tahun 2017 yang berjudul Fenomena Konsumsi Budaya Korea pada Anak Muda Di Kota Manado menjelaskan bahwa Indonesia termasuk negara yang sedang terkena demam Korea. Saat ini layar televisi, majalah, media sosial,  internet dan juga perusahaan-perusahaan teknologi  yang sekarang berlomba-lomba untuk menayangkan atau menginformasikan seputar berita dan budaya Korea bahkan sampai membuat platform-platform baru untuk menyajikan konten, film dan hal-hal yang berkaitan dengan budaya Korea. Di televisi bahkan cukup banyak yang menayangkan tayangan-tayangan hiburan setiap harinya yang berkaitan dengan Korea, misalnya film, musik dan infotaiment. Media massa di Indonesia pun ikut andil juga melalui majalah, tabloid bahkan koran sebagai menuliskan tentang berita seputar Korea sehingga para remaja juga bisa melihat dan mendapatkan video-video film, musik sampai dengan berbagai informasi-informasi tentang budaya Korea melalui media elektronik.

Kebudayaan Korea (Selatan) yang telah meluas di berbagai penjuru dunia tidak terkecuali Indonesia, menunjukan bahwa kebudayaan Korea Selatan yang menyebar dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat. Masing-masing orang memiliki perspektif yang berbeda dalam menyukai kebudayaan Korea Selatan. Cindy (nama samaran), seorang penikmat kebudayaan Korea Selatan. "Saya pribadi yang membuat saya menyukai budaya Korea itu karena, selera musik yang sesuai dengan selera saya, gaya berpakaian yang sangat modis dan gak ketinggalan zaman, cara bersikap rakyat korea selatan itu yang lumayan begitu tertib dan bisa diatur, tontonan film dan Universitas di Korea yang bagus." tutur Cindy. Hal yang sama diutarakan oleh Hamzah, seorang mahasiswa di UPN Veteran Jakarta, "karena budaya korea menawarkan hal-hal yang umumnya disukai di zaman sekarang, seperti fashion yang unik dan kekinian, genre lagu yang banyak disukai, penampilan artisnya yg menarik, dan sebagainya," tuturnya.

Apabila berbicara mengenai orang Korea, mungkin yang akan muncul pertama kali di pikiran adalah mengenai fisik yang tampan dan cantik dengan bentuk tubuh yang ideal dan tergolong sempurna. Fisik yang tampan dan cantik juga menjadi salah satu indikator atau faktor penting tentang mengapa orang Indonesia menyukai orang-orang Korea khususnya para artis dan selebriti di sana. Hal ini tentu menimbulkan adanya sikap dari para penggemar yang pada akhirnya terinspirasi untuk memiliki fisik yang bagus layaknya orang Korea dengan melakukan perawatan bahkan sampai dengan operasi plastik. Faktor fisik yang tampan dan cantik serta bentuk tubuh yang ideal dan tergolong sempurna ini didukung oleh pendapat salah satu army bernama Angel yang mengaku menyukai BTS dan pemeran drakor karena wajah yang tampan dan cantik serta sikapnya yang lucu. "Saya menyukai mereka ya karena pada cakep dan juga mereka lucu-lucu gitu, di run bts ada bangtan bom jadi ngehibur pas lagi sedih. Intinya gitu, awal-awal suka karna mereka lucu dan ganteng," ucapnya.

Faktor-Faktor Yang Mendorong Konsumsi Budaya Korea di Asia

Pada dasarnya ada banyak sekali faktor yang mendukung cepatnya budaya pop Korea masuk ke dalam kehidupan masyarakat, terutama pada kaum muda. Berdasarkan hasil penelitian dari jurnal Simbar tahun 2017 yang dilakukan kepada para pecinta Korea di salah satu kota di Indonesia pendorong bagi anak muda untuk mengkonsumsi budaya pop Korea diantaranya sebagai berikut:

  1. Globalisasi, sebagai suatu proses, berlangsung pada semua bidang kehidupan manusia seperti politik, ideologi, sosial, ekonomi, budaya dan pertahanan keamanan.

  2. Teknologi informasi dan komunikasi, kemunculan satelit, internet handphone, komputer telah menciptakan konvergensi media dan teknologi menjadi media baru. Media baru ini membuat orang dari seluruh penjuru dunia mudah berkomunikasi dan bertukar informasi. Karena kemajuan dari teknologi dan komunikasi inilah yang memungkin dan memudahkan setiap orang untuk mendapatkan informasi dari berbagai tempat, termasuk para kaum muda pecinta Korea.

Hal ini juga diperkuat karena banyak Industri pop Korea tampaknya sangat memahami peluang dan keinginan pasar negara Asia. Dapat kita lihat bahwa industri entertainment Korea sangat totalitas dalam membuat dan menyebarkan budaya pop Korea ke banyak negara di dunia, terutama di wilayah Asia. Produk-produk pop Korea ini  memiliki kualitas yang baik dan didukung oleh bintang yang rata-rata memang berpenampilan menarik, tentu akan menjadi nilai plus pada produk budaya pop Korea sehingga menjadi mudah disukai. Contohnya seperti banyak film atau drama Korea yang terbukti bagus dari segi konsep, ide, alur cerita serta kualitas teknologi filming sehingga akhirnya banyak konsumen yang tertarik, lalu membentuk basis penggemar yang cukup kuat. Selain itu juga grup-grup musik Korea seperti boyband atau girlband yang memiliki followers dan penggemar hingga mencapai jumlah jutaan.

Periklanan dan Transformasi Teknologi Menjadi Faktor Internal dan Eksternal Tersebarnya Budaya Korea di Indonesia

Terdapat dua faktor penyebab terkikisnya budaya dari waktu ke waktu, yakni faktor internal dan eksternal. Tidak memungkiri bahwa salah satu faktor terbesar terkikisnya budaya dalam negeri adalah karena masuknya budaya dari luar. Masuknya budaya luar akan menyebabkan perubahan sosial pada masyarakat, dimana perubahan tersebut dalam hal nilai, sikap, dan pola perilaku pada kelompok-kelompok di masyarakat. Begitupun dengan budaya korea yang merupakan salah satu budaya luar yang masuk ke Indonesia. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya budaya korea ini masuk disebabkan oleh transformasi teknologi dan digitalisasi yang mana perkembangan media sosial dan media massa menjadi jembatan dari tersebarnya budaya tersebut. Selain itu faktor internal yang mana ini disebabkan oleh adanya pihak dari Indonesia yang membawa masuk budaya Korea ini. Pihak dari Indonesia ini yaitu perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan kebudayaan Korea untuk menarik keuntungan lewat produk-produk yang dikeluarkan. Bukti ini dapat dilihat pada makanan instan Mie Sedap yang mengeluarkan varian rasa Bulgogi, sebagai makanan khas dari Korea.

Bukti atau fakta lain terjadi di dunia periklanan Indonesia. Penggunaan bintang iklan produk Indonesia dengan artis Korea bernama Siwon yang dilakukan oleh salah satu perusahaan makanan terbesar di Indonesia yaitu Wings Food pada iklan Mie Sedap. Selain itu iklan dengan menggunakan talent boyband dan girlband Korea, yaitu BTS yang dilakukan oleh salah satu perusahaan marketplace terbesar di Indonesia yaitu Tokopedia. Faktor dari penggunaan aktor atau aktris, boyband atau girlband dilatarbelakangi oleh kepopuleran mereka. Selain itu faktor fisik orang Korea khususnya para artis, yang cantik dan tampan tentu akan memberi nilai dan daya tarik sendiri bagi pengiklan untuk menyewa mereka demi menarik konsumen dari iklan itu sendiri. Keadaan fisik yang cantik dan tampan dari artis dan boyband atau girlband Korea sebagai bintang iklan pada suatu produk perusahaan Indonesia inilah dapat menimbulkan pandangan bahwa hanya orang-orang yang cantik dan tampan yang dapat menjadi terkenal dan berpotensi disewa sebagai bintang iklan. Sehingga pada akhirnya terbentuk standar kecantikan masyarakat Indonesia yang terinspirasi atau dapat dikatakan mengikuti standar kecantikan dan ketampanan orang Korea.

"Karena sekarang bukan hanya diminati kaum muda tapi juga kaum dewasa, banyak produsen-produsen Indonesia juga yang banyak banget ngambil tema Korean Wave ini di iklannya padahal kan budaya atau artis Indonesia banyak yg bagus dan bertalenta," ujar Ratu Nadya selaku Dosen ahli di UPN "Veteran" Jakarta.

Apakah Korean Wave dapat Menjadi Ancaman Bagi Budaya Lokal?

Hal ini tentu sangat mungkin dimana Korean Wave dapat menjadi ancaman yang dapat mengikis budaya lokal. Terlebih bila dilihat berdasarkan data Indonesia sebagai negara di Asia yang saat ini merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia merupakan rumah bagi jutaan K-popers atau pecinta K-pop. Pada tahun 2019, data Twitter mengumumkan daftar negara yang paling banyak men-tweet terkait artis Kpop sepanjang tahun 2019 dan Indonesia berada pada peringkat 3 setelah Thailand dan Korea Selatan. Sedangkan untuk penayangan video-video K-pop di Youtube berdasarkan negara, Indonesia menempati posisi ke-2 dengan persentase 9.9% (Won So, 2020). Sementara itu, Korea Selatan berada pada posisi pertama dengan persentase yang tak jauh berbeda dari Indonesia yaitu 10.1%.

Masuknya budaya pop Korea ke Indonesia tentu dapat menimbulkan masalah dan ancaman bagi kebudayaan lokal yang ada di negara ini. Para kaum mudah terpengaruh akan mulai meninggalkan kebudayaan bangsa mereka dan lebih memilih budaya pop Korea yang masuk ke Indonesia. Generasi muda, khususnya mahasiswa dan pelajar yang seharusnya berupaya untuk menjaga dan mempertahankan kebudayaannya atau bahkan dapat mengikuti jejak budaya pop Korea dengan tetap menonjolkan kelebihan dan keunikan kebudayaan bangsa Indonesia sendiri. Jangan sampai di saat budaya kita tergantikan dengan budaya bangsa lain, barulah kita menyadari betapa bagusnya nilai-nilai  yang terkandung dalam budaya kita itu sendiri. Karakter masyarakat Indonesia terutama para generasi mudanya yang suka mengimitasi atau meniru budaya dari negara lainnya dapat membuat matinya kreativitas yang dimiliki oleh generasi mudah tersebut dan dapat menyebabkan hilangnya identitas atau jati diri bangsa Indonesia. Hal ini seolah menjadikan negara Indonesia tidak mempunyai karakter kebudayaan dan kearifan lokalnya sendiri yang khas dan dapat ditonjolkan. Masuknya budaya pop Korea ini dapat dikatakan berpotensi menjadi ancaman bagi eksistensi dan keberadaan budaya lokal Indonesia serta dapat membuat budaya lokal tergeser dari hati masyarakat Indonesia di negerinya sendiri.

Cara Mencegah Budaya Luar (Budaya Korea) Mengikis Budaya Lokal

Kebudayaan Korea yang masuk bersama terpaan Korean Wave ataupun kebudayaan asing lainnya sudah dapat dipastikan memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat lokal. Hal-hal yang positif dapat dipelajari seperti sikap disiplin dan teratur tentu dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari namun hal negatif perlu diatasi bahkan dicegah, salah satunya terkikisnya budaya lokal serta hal-hal negatif budaya korea seperti bullying dan rasis terhadap suku atau ras dan warna kulit dan. Perlu adanya pencegahan dari berbagai pihak terhadap pengaruh negatif dari masuknya budaya luar khususnya budaya korea (Korean Wave), mengingat generasi muda pada saat ini dapat dengan mudah terpengaruh oleh rayuan-rayuan duniawi dan banyak dari mereka yang masih remaja sehingga masih rentan dalam mencari jati dirinya sendiri. Bahkan tidak sedikit dari generasi muda sudah terjerumus arus negatif budaya asing. Kurangnya rasa bangga dan peduli dalam melestarikan kebudayaan lokal tertanam pada generasi muda saat ini. Mereka lebih tertarik untuk mempelajari bahkan menerapkan kebudayaan asing.

Oleh karena itu, perlu adanya sikap dari kita sebagai generasi penerus dan pewaris bangsa Indonesia. Sikap itu salah satunya dengan menyiapkan diri untuk menghadapi arus globalisasi yang kian merajalela dengan cara membuang dan menghempaskan seluruh pengaruh negatif budaya asing yang dapat mengancam jati diri bangsa ini. Hal-hal yang perlu dilakukan seperti menyaring informasi dan budaya yang masuk, memiliki jiwa patriotisme dan nasionalisme yang tinggi, dan yang paling penting adalah melestarikan kebudayaan lokal. Perlu dipahami juga bahwa kita boleh menyukai budaya luar seperti budaya korea ini, namun harus tetap dalam batas wajar dan jangan berlebihan apalagi sampai fanatik.  Tidak hanya individu yang berperan aktif akan tetapi perlu adanya kolaborasi dari beberapa pihak yaitu orang tua, pemerintah, pengusaha dan budayawan. "Perbanyak acara-acara bertema budaya Indonesia, diperbaiki deh tayangan-tayangan televisi karena semua ini mulainya dari media yg kita lihat atau tonton sehari-hari," tutur Ratu Nadya selaku Dosen ahli di UPN "Veteran" Jakarta.

Untuk pandangan positif nya karena, sikap tertib dan dapat diatur nya rakyat Korea yang bagus, banyak nya universitas impian, dan untuk perfilm juga musik musik nya yang tidak pernah gagal. Negatif nya, masih ada budaya Korea yang merasis kan suku, warna kulit, juga. Pengaruh negatif tersebut akan berpengaruh besar pada Generasi muda Di Indonesia mengingat anak muda jaman sekarang dengan gampangnya terbuai oleh rayuan rayuan perduniawian, dimana anak remaja masih rentan mencari jati dirinya sendiri . Tidak sedikit yang bahkan sudah terjerumus arus negatif budaya asing, kita seharusnya sebagai penerus dan pewaris Negara Indonesia harus siap oleh setiap tantangan globalisasi yang semakin merajarela dengan cara menghempaskan seluruh pengaruh negatif budaya asing yang akan mengancam jati diri bangsa. Oleh karena sikap patriotisme dan nasionalisme perlu ditanamkan pada generasi muda untuk mengantisipasi pengaruh negatif dari adanya kebudayaan asing, yang melibatkan semua pihak terutama peran orang tua, pihak pemerintah dan para ulama budayawan. Jurnal ini menjelaskan Upaya yang harus ditempuh dalam menghadapi pengaruh negatif budaya asing terhadap Generasi Muda Di Indonesia. Hasil riset dipakai buat tingkatan pemahaman khalayak dalam upaya mengatasi pengaruh negatif budaya asing terhadap Generasi Muda Di Indonesia

Persebaran budaya yang masif membuat "Waktu saya mulai menyukai genre musik-musik nya, disitu saya mulai mempelajari dan mencari tahu tentang kebudayaan di Korea Selatan." Oleh sebab itu mereka memiliki banyak kegiatan baru untuk mengisi waktu luangnya salah satunya dengan mempelajari budaya korea. Dilansir dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang telah melakukan survei untuk melihat apakah terjadi peningkatan penggemar drama Korea selama pandemi. Hasilnya yakni sebanyak 842 orang dari 924 responden menonton drama Korea selama pandemi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun