Mohon tunggu...
Mohammad Djaya Aji Bima Sakti
Mohammad Djaya Aji Bima Sakti Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Life is your choice :)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Materialisme dan Problem Kemanusiaan dalam Perspektif Psikologi Islam

9 Oktober 2019   21:45 Diperbarui: 16 April 2021   09:42 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dalam perjalanan mencari kebahagiaan tersebut setiap individu memiliki cara yang berbeda-beda. | pexels

Salah satu dari bentuk ketidaksinambungan antara langkah menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dan hasil dari langkah tersebut yang berlandaskan pada keinginan material dalam diri manusia adalah rumus kebahagiaan dan kesejahteraan yang di cetuskan oleh salah satu presiden Amerika Franklin D. Roosevelt.

Pada awal abad ke-20 ia mempromosikan "The Four of Freedoms" yaitu; Freedom of Speech (Kebebasan dalam berbicara), Freedom of Religion (Kebebasan dalam beragama), Freedoms of Fear (Kebebasan dari rasa takut), Freedom of Want (Kebebasan dalam berkehendak). Kebebasan dalam bertindak dan beragama menimbulkan masalah tersendiri dalam diri manusia, ketidakadanya aturan dalam diri mereka menimbulkan mereka bebas dan hal itu menyalahi konsep manusia dalam Islam.

Islam memandang manusia sebagai makhluk yang diciptakan dengan bentuk yang paling sempurna, meskipun tidak dapat dipungkiri memang dalam diri manusia terdapat nafsu dan keinginan kuat untuk memiliki suatu kelebihan dari manusia lainnya, baik dalam segi materi maupun kekuasaan, tapi hal itu tidak seutuhnya benar, karena manusia itu sendiri sejatinya tidak bebas melainkan memiliki koridor aturan dalam hidupnya.

Dalam Islam manusia diartikan sebagai : Human being is the superior most creature of Allah. The superiority is not physical but spiritual. Human being have developed faculty of understanding, which enables them to comprehend the reality, distinguish between right and wrong. Dilain sisi, penciptaan manusia memang sangat lengkap dari unsur materi dan unsur yang tersembunyi didalam materi tersebut.

Manusia diciptakan dari tanah bisa diartikan mewakiliki seluruh sifat yang terdapat dalam diri mereka yang manusiawi, namun keseluruhan sifat dan keinginan itu telah dirancang khusus dengan aturan peribadatan kepada Allah Yang Menciptakan mereka. Aturan tersebut menjadi bentuk pembatas dan petunjuk yang mengarahkan sifat manusia tersebut kedalam hal-hal yang benar.

"Human beings, according to Islamic doctrine of creation, are made of two elements. One is clay and the other is the spirit of Allah. Clay being the lowest element represents the drive, desires, ambitions, and egoistic traits that the lead them such a state where they learn to respond only to these needs and get physical pleasure that is of temporary nature. Spirit of Allah being the highest and the purest element leads human beings to such a state where they learn to respond to the command of Allah (Swt)."

Bersimpangan dengan konsep manusia dan jalan hidupnya yang telah diatur dalam Islam, timbul kemudian sebuah paham yang menjadi problem dalam kehidupan manusia. Paham tersebut adalah kapitalisme, kaum kapitalis memandang bahwa kemiskinan itu termasuk salah satu dari bahaya kehidupan dan merupakan salah satu dari problematikanya. Dalam pandangan mereka kaum miskin adalah beban negara dan hartawan, karena manusia itu memiliki tanggungjawab atas diri mereka sendiri, mereka bebas berbuat, mereka bebas menggunakan hartanya.

Paham tersebut kemudian banyak menimbulkkan problem dalam kehidupan masyarakat, dimana individu-induvidu dalam paham ini mulai mencerminkan pribadi yang keras, egois serta mementingkan diri sendiri secara berlebih-lebihan. Sikap ini dilandasi keinginan memiliki harta dan kekayaan melebihi lainnya, sehingga yang miskin akan semakin miskin dan yang kaya akan semakin waspada pada segala kemungkinan kerugiaannya.

Sangat berbeda dengan Islam, dimana nafsu terhadap harta tersebut benar-benar diatur dalam berbagai macam konsep dan ajaran, seperti zakat yang telah ada sejak sebelum Rasulullah Saw. diutus sebagai Nabi, yaitu ketika masa Nabi Ismail yang telah menyeru pada umatnya untuk mendirikan sholat dan membayar zakat  dengan tujuan terciptanya pengaturan atas nafsu terhadap harta sehingga manusia jauh dari bentuk dan paham materialis apalagi kapitalis.

Dalam hal ini zakat memiliki konsep yang sangat lengkap berbeda dengan kapitalis ataupun materialis yang membuat manusia seakan bebas dan tidak beradab terutama dalam masalah harta. Konsep dua haul, nisab dan kewajiban berzakat telah mengarahkan manusia pada sisi kemanusiaan yang sebenarnya.

Baca Juga: Menelisik Madzhab Materialisme serta Menjawab Keragu-raguan Mereka

Kesimpulan

Pembahasan mengenai manusia memang sangat kompleks dan beragam, jangkauan ranah manusia sebagai makhluk paling sempurna membuat kajian mengenai konsep manusia merupakan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya. Melalui makalah singkat ini, dapat kita lihat bagaimana jika unsur materialistik dalam diri manusia tidak diimbangin dengan koridor wahyu dan petunjuk ajaran agama, sudah pasti akan menuai banyak problem baik lama maupun problem baru yang entah kapan akan terlahir lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun