Mohon tunggu...
Eryani Kusuma Ningrum
Eryani Kusuma Ningrum Mohon Tunggu... Guru - Miss eR

Pengajar Sekolah Dasar... Suka jalan-jalan (travelling)... Suka berkhayal lalu ditulis... Suka menjepret apalagi dijepret... kejorabenderang.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksi Islami

Melati Putih di Antara Mega Mendung

30 Mei 2018   23:22 Diperbarui: 30 Mei 2018   23:35 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

("Ya Allah, cucuku yang cantik sudah pulang, sini duduk dengan nenek")

Sontak aku terharu, dalam pertemuan tersebut aku menceritakan semua pengalamanku di Negeri Kangguru tersebut bersama Nenek Fat yang sudah aku anggap sebagai Nenekku sendiri. Bercerita tentang sekolah, berteman hingga rasa inginku untuk pulang ke kampung halaman ini. Hingga akhirnya aku bertanya tentang Mega. Nenek Fat bercerita semenjak aku pergi meninggalkan desa ini, Mega bersama Ayah dan Ibunya pindah ke kota Jogja dan melanjutkan sekolah disana dan saat ini ia mendapatkan beasiswa kedokteran di Jakarta.

"Jakarta Mbah?" tanyaku tak percaya yang disertai anggukan Nenek Fat.

"Mbah duwe nomor handphone Mega mbah?" tanyaku penasaran.

Nenek Fat menggeleng, yang ia tahu ia hanya dapat menerima telepon setiap bulan dari Ayah dan Ibu Mega. Perasaanku menjadi sedih. Sekiranya Mega di Kota Jogja, aku akan langsung kesana untuk menemuinya.

"Ra usah khawatir Nduk, Mega engkuh bali saat hari royo" ungkap Nenek Fat menjelaskan yang membuat hatiku lega karena akan segera bertemu dengan Mega.

Aku pulang dengan bahagia tanpa merasakan lapar dan dahaga. Sungguh Ramadhan yang indah pikirku. Melewati sungai yang jernih, sawah yang menguning dan ilalang yang rindang. Saat itu sekolahku di utara rumah Mega. Aku selalu membawa sepeda mini saat berangkat sekolah. Sebelum berangkat aku mampir untuk menjemput Mega dan selalu ia yang memboncengiku. 

Mega selalu bersemangat untuk menggowes sepedaku karena baginya sepeda adalah kendaraan yang mahal yang belum dapat Ayahnya belikan untuknya. Tiba-tiba air mataku menetes mengingat kenangan tersebut. Ada rasa bersalah yang menyelimuti. Mengapa saat SMP aku tak melanjutkan komunikasi dengannya? Tak berusaha menyuratinya? Aku hanya bersenang-senang dengan teman baru di sekolah yang baru hingga kuliah ini.

Tiba-tiba messengerku berbunyi membuyarkan lamunanku. Aaah Steve menanyakan kabarku disini. Oh ya aku lupa untuk mengabarkan Steve bahwa aku sudah tiba di desa tercinta ini. Astagfirullah! Aku lupa kalau di zaman yang canggih ini ada facebook. Namun harapanku musnah, ia tak ada di pencarian orang. Aku pulang dengan senja yang menggelanyut indah.

Tiga hari menjelang hari raya, aku bertemu dengan Nenek Fat di pasar. Dengan perasaan sedih beliau mengungkapkan kabar bahwa mega Lebaran ini tidak jadi pulang karena sedang ada praktek kerja.

"Ya Allah... " Rintihku sambil meneteskan air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Fiksi Islami Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun