Mohon tunggu...
Erwindya Adistiana
Erwindya Adistiana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Learning by Experience

Penulis pemula yang tertarik pada hal-hal seperti sejarah, militer, politik dan yang lain-lannya

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Melata di Bawah Bayang-bayang Nuclear Holocaust

10 Juni 2022   02:36 Diperbarui: 10 Juni 2022   02:49 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari Ledakan Senjata-Senjata Nuklir terbesar di dunia | Sumber Gambar: atomicheritage.org

Tetapi Kennedy enggan untuk segera menginvasi Cuba atas balasan dari penempatan missile Soviet tersebut, walaupun para penasihat militernya banyak yang mendesak Kennedy untuk segera melakukan penyerbuan terhadap Cuba. 

Kennedy justru memilih untuk bernegosiasi dengan pihak Soviet untuk menarik missilenya dari Cuba dibanding harus menginvasi Cuba yang ditakutkan akan menimbulkan konflik yang lebih besar lagi. Sayangnya keputusan Kennedy ini justru membuat para penasihat militernya berang karena menganggap langkah tersebut justru membuat Amerika terlihat lemah.

Usut punya usut, Kennedy pun pada akhirnya setuju dengan permintaan Khruschev tersebut yaitu menarik missile-missile Jupiter Amerika Serikat dari Turkey dan Italy. Kedua belah pihak pada akhirnya sepakat dengan keputusan tersebut dan Khruschev pada akhirnya memerintahkan agar missilenya ditarik dari Cuba, 

walaupun Amerika Serikat akan menarik enam bulan kemudian dengan dalih bahwa missile Jupiter di Turkey dan Italy memang sudah obsolete dan memang sudah dijadwalkan untuk ditarik kembali. Tetapi keputusan Kennedy tersebut yang sudah membuat konflik yang lebih besar terhindar, 

tidak disambut baik oleh para petinggi militer, mereka menganggap bahwa keputusan Kennedy tersebut justru membuat Amerika terlihat seperti kalah dan seakan-akan tunduk akan tuntutan Soviet.

Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy bersama para penasehat militernya pada saat Krisis Missile Kuba, 17 Oktober, 1962 | Sumber Gambar: af.mil
Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy bersama para penasehat militernya pada saat Krisis Missile Kuba, 17 Oktober, 1962 | Sumber Gambar: af.mil

Krisis missile Kuba yang berlangsung selama 13 Hari dari 16 Oktober hingga 29 Oktober tahun 1962 ini banyak disebut-sebut sebagai krisis di mana bumi tengah berada diambang Perang Dunia Ketiga, bahkan Perang Nuklir sekalipun. Asumsi tersebut muncul karena ketegangan Amerika Serikat dan Uni Soviet telah mencapai puncaknya pada saat Krisis Missile Kuba, 

terutama karena banyaknya petinggi militer Amerika Serikat yang terus mendorong Kennedy untuk segera menginvasi Kuba. Jika Kennedy setuju atas dorongan untuk menginvasi Kuba tersebut, bukanlah tidak mungkin jika Perang Dunia Ketiga dan Perang Nuklir akan meletus, terutama karena banyaknya personil Uni Soviet yang juga ditempatkan di Kuba 

guna mengawasi penempatan missile-missile tersebut dan akan terbunuh jika Amerika menginvasi Kuba dan secara otomatis akan membuat Uni Soviet turun tangan membantu Kuba dari invasi tersebut.

Pada saat Krisis Missile Kuba akibat ketegangan Amerika Serikat dan Uni Soviet yang telah mencapai puncaknya, bayangan akan Nuclear Holocaust ini pun kembali menghantui penduduk di seluruh dunia. Banyak negara yang sudah mempersiapkan rakyatnya untuk evakuasi jika kelak Perang Nuklir pecah. 

Bahkan di Amerika Serikat hampir sebagian besar penduduk juga sudah berisap-siap untuk evakuasi dan berlindung jika Perang Nuklir meletus. Bahkan akibat dari kengeriaan akan ketegangan Amerika Serikat dan Uni Soviet ini, para ahli Agama juga turut memberi khotbah dan berdoa secara bersama guna menghadapi kehancuran skala besar akibat dari Perang Nuklir jika pada akhirnya meletus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun