Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola hubungan ini terjadi dalam tiga wujud ajaran agama mendukung pengembangan iptek tetapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek mendukung ajaran agama tetapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya
Dengan menggunakan empat kemungkinan tentang pola hubungan antara iman keagamaan dan ilmu pengetahuan sebagai kerangka teori, penelitian ini hendak mencari jawaban mengenai relasi keduanya dalam perspektif Alquran.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Oleh karena itu, jenis data yang digunakan adalah data-data kepustakaan, bukan data-data lapangan. Untuk mengkaji integrasi antara iman dan ilmu dibutuhkan beberapa sumber yang relevan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri, menelaah dan mengkritisi buku-buku atau tulisan lain yang mendukung pendalaman dan ketajaman analisis. Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya penulis membaca, mempelajari, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-data yang relevan yang akan mendukung pokok bahasan, kemudian disimpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengertian Iman dan Ilmu
Iman berasal dari kata amana yu'minu imanan, yang artinya percaya. Secara istilah, sebagaimana terdapat dalam Al-Qur'an dan Hadis Nabi Muhammad saw., iman adalah percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akhir, dan Takdir-Nya. Iman itu sesungguhnya menciptakan nilai-nilai yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (rabbaniyyah), yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup itu berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan, Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un "Sesungguhya kita berasal dari Tuhan dan kita akan kembali kepada-Nya".Â
Perkataan iman sering diartikan sebagai percaya. Pemberian arti demikian itu tidak salah, namun belum mencakup secara keseluruhan maknanya. Untuk memperoleh gambaran maknanya secara lengkap, perlu kita ingat bahwa perkataan iman berasal dari bahasa Arab 'aman' (kesejahteraan dan kesentausaan) dan 'amanat' (bias dipercaya atau diandalkan). Oleh karena itu, kata "iman" selalu menunjukkan rasa "aman" dan membuat orang mempunyai "amanat", tentunya lebih daripada hanya "percaya", dalam arti sekedar percaya akan adanya Tuhan.
Iman adalah sikap seseorang yang sifatnya lebih mendalam dan tempatnya di hati. Seperti terdapat dalam Surah Al-Hujurat ayat 14, yang artinya :
"Orang-orang Arab itu berkata : Kami beriman. Katakan : Kamu belum beriman, tetapi katakanlah Kami telah tunduk (berislam). Keimanan itu belum masuk kedalam hatimu. Dan kalau kamu mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya, maka tidak akan dikurangi nilai pekerjaan kamu sedikitpun. Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun dan Penyayang." (Q.S. Al Hujurat (49) : 14)
Sedangkan kata "ilmu" dengan berbagai bentuknya disebutkan dalam Al-Qur'an sebanyak 854 kali. Ilmu dari segi bahasa berarti kejelasan, yaitu pegetahuan yang jelas mengenai sesuatu. Dalam pandangan Al-Qur'an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia lebih unggul daripada makhluk-makhluk yang lain untuk menjalankan fungsi kekhalifahannya. Hal ini tercermin dari kisah kejadian manusia pertama yang dijelaskan oleh Al-Qur'an dalam surah Al-Baqarah (2) : 31-32, yang artinya :