Ia berjuang untuk bisa sekadar menyapa diriku hanya dengan gerakan kepala ringan untuk mengangguk
Lalu aku mencium keningnya untuk katakan padanya aku sudah mengerti, dan ikhlas untuk takdir ini
Air mata itu tidak pernah kering hingga sekarang, dan selalu datang membasah di kala aku merindukan kelembutannya
Merindukan tutur halusnya
Merindukan canda manjanya
Merindukan kecantikan, kesederhanaan, dan kesahajaannya
Dipangkuanku itu ia menutup mata rapat untuk selama-lamanya
Ketika ayam, burung, dan suara azan berkumandang di subuh itu
Aku baringkan dirinya dengan beban yang ketika itu tak ada kesanggupanku untuk melepaskannya
Kemudian aku berkata padaMu
"Tuhan untuk apa Engkau pertemukan aku dengannya ini hanya untuk waktu yang singkat, untuk apa??