Mohon tunggu...
Erusnadi
Erusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Time Wait For No One

"Sepanjang sungai/kali masih coklat atau hitam warnanya maka selama itu pula eksistensi pungli, korupsi dan manipulasi tetap bergairah "

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pencari Berita

12 September 2022   09:31 Diperbarui: 13 September 2022   09:16 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara diupayakan jika teman-teman redaktur media lain menanyakan tentang tidak turunnya berita kemarin di hari ini. Dikatakan oleh Pemred itu, bahwa ini sudah kebijakan hasil rapat redaksi tidak menurunkan berita itu.

***

Usulan Nastiti untuk mengangkat berita yang tidak dimuat memang sangat sensitif. Terkait korupsi yang diduga dilakukan oleh oknum pejabat pemerintah. Informasi ini ia dapat dari Bimo, juga teman-teman media lain.

Makanya ia cepat mengusulkan pada rapat redaksi itu kemarin. Untuk datangi narasumber itu, ia juga datangi bersama rekan media lain. Di instansi itu dipastikan narsum yang punya kompeten untuk menjelaskan. Dan semua itu ia lakukan.

Sebab narsumnya juga pihak humas dari instansi itu, sementara satunya lagi ahli hukum. Tidak ada yang salah. Ini menurut Nastiti, masih dugaan. Itu pun ia tulis menurut apa yang disampaikan oleh pihak humas, terutama.

Sedang berpikir itu, Fri, mendatangi Nastiti untuk meminta wawancara pihak lain sehubungan dengan berita yang tidak dimuatnya kemarin. Fri, redaktur pelaksana desk hukum, langsung memberikan pointer pertanyaan. Kata Fri, pihak yang akan diwawancara sudah dihubungi, dan ia tinggal datangi saja.

"Dia ada waktu, hingga jam lima sore hari ini,"kata Fri.

Nastiti tidak segera menjawab. Ia melihat pointer pertanyaan itu. Masih ada hubungan dengan berita yang ia tulis kemarin. Namun pointer pertanyaan ini justru seperti memutarbalikkan fakta dugaan korupsi itu sendiri. Namun Nastiti tidak bisa memprotesnya. Protes bisa-bisa kredit motornya tersendat. Apa mau dikata, ia turuti juga akhirnya.

Singkat kata, Nastiti serahkan hasil wawancara itu, persis menjelang isya, dan ia juga bersiap untuk kembali ke kosannya tidak mau lagi lama-lama di ruang ini. Rasanya ruang sudah sumpek, dan tidak akrab lagi ia dengan bau asap rokok, dan kopi basi.

Ia kembali dari kantor itu membawa banyak pertanyaan di benaknya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun