Nay sore itu banyak bicara. Bicara tentang sekolah, tentang cita-cita, tentang almarhumah bundanya. Juga tentang naik-naikan kelas sembilan yang sebentar lagi.
"Ayahku pernah bilang kalau ada rezeki, akan membelikanku tas sekolah."
"Lho kan tas sekolahmu sama denganku. Kenapa mesti beli yang lain."
"Ya gak apa-apa. Itukan kalau ada rezeki. Sekali-kali hadiah kenaikan kelas dari ayahku, jangan dari tantemu aja."
"Iya juga sih. Nanti kalau tasmu beda, aku juga akan minta dibelikan supaya sama tasnya dengan punyamu."
Aku dan Nay terus saja berbicara, dan bercanda. Sampai kami kembali ke rumah masing-masing.
Namun saat azan isya usai berkumandang. Aku mendengar pengumuman dari mushola di dekat kediaman Nay yang jaraknya juga tidak terlalu jauh denganku.
"Telah meninggal dunia bapak Fulan umur 49 tahun.. ."
"Nay!"Aku seketika menyebut nama sahabatku, dan berteriak memanggil bunda sekejap saja, dan berlari menuju rumah Nay.
Aku menerobos kerumunan, lalu masuk, dan melihat Nay sedang membaca surat Yasin dari hpnya sembari basah wajahnya dengan air mata. Kemudian aku memeluknya erat tak kuasa bicara apa-apa.
Nay semakin deras airmatanya, juga aku. Dan, aku melihat tas sekolah baru yang dijanjikan almarhum ayahnya itu ada di sisi Nay.