Dari kelas tujuh sampai delapan sekarang ini, kami pun selalu bersama. Tidak satu kelas, tapi tetap Nay dan aku tidak bisa dipisahkan.
***
Di kelas delapan, ayah dan bundaku bercerai. Aku tidak tau kenapa mereka berpisah. Padahal kehidupan kami biasa saja, dan sederhana. Juga tidak kekurangan suatu apa.
Tapi aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Hanya saja kehidupan kami tidak seperti dulu lagi. Semuanya sekarang aku rasakan jadi serba salah.
Aku, dan adikku kata bunda, sudah diputus oleh hakim PENGADILAN, bahwa hak asuhnya ada pada bunda. Mau tidak mau, aku ikut saja.
Meski di saat tertentu, aku juga bisa menemui ayah yang kembali ke rumah peninggalan orang tuanya.
Dari kejadian itu, aku dan Nay saling berbagi cerita. Saling bertukar apapun yang bisa kami tukar. Kadang baju dan celana panjang, sampai kerudung pun, kami saling tukar pakai.
Aku tetap tidak ada perubahan. Yang ada dipikiranku, ayah, dan bunda masih baik-baik saja, meski tidak tinggal di satu rumah. Dan, Nay juga begitu. Kami hanya ingin sekolah, berteman, bersahabat, belajar, dan bermain bersama-sama.
"Esta?"Kata Nay suatu ketika.
"Kenapa?"
"Kamu kalau lulus kelas sembilan, mau lanjut kemana?"